Ivana menghampiri Nicky yang sedang ngobrol dengan papanya, "hai Nicky!" sapanya lembut. Nicky menatapnya sejenak, tetapi ia tak membalas senyuman wanita itu.
"Ku pikir kau akan datang sendiri seperti selama ini, aku jadi kecewa!" serunya, "jika ada yang bisa mendampingiku kenapa aku harus datang sendiri?"
"Mungkin....kau mau mengajak orang lain yang lebih sempurna untuk mendampingimu!"
"Apa maksudmu?"
"Liana bahkan tak bisa berjalan cepat di sisimu, apalagi berjalan dengan anggun!" katanya menempelkan diri di sisi Nicky, menyelipkan lengannya yang lentik ke lengan kanan Nicky.
Liana menghentikan langkah ketika melihat Ivana di samping Nicky dan mereka berbicara akrab.
"Dan kenapa itu menjadi masalah bagimu?"
"Kau masih saja munafik, kau pasti menyadari banyak yang memperhatikan kalian!"
"Mereka memperhatikan kami karena istriku terlihat sangat cantik malam ini, itu menjadi masalah bagimu?" balas Nicky, ia melempar pandangan ke depan dan menemukan Liana sedang menatapnya dengan cemburu. Dan Ivana merasa cukup kesal dengan sahutan Nicky, sepertinya ia harus menyusun rencana ekstra untuk bisa membuat Nicky melempar istrinya.
Nicky melepaskan diri dari tangan Ivana, "dengar Ivana, sebaiknya kau berhenti menggangguku. Ku rasa di sini masih banyak pria lajang!" katanya lalu menyingkir. Ivana terpaku, kata-kata Nicky seperti sebuah penghinaan baginya, dan ia tak bisa menerima itu. Ia menatap punggung Nicky yang sedang menghampiri istrinya.
"Berani sekali kau bicara seperti itu Nicky, kita lihat saja, akan ku buat kau mengemis padaku!"