Liana kembali menatap untaian berlian di atas permadani merah itu, terdapat liontin indah di sana, liontin yang berbentuk bunga Lily, memancarkan kilau cahaya yang memantul di bawah cahaya lampu ruangan itu.
"Ini cantik sekali!" desis Liana, "sini!" seru Nicky memungut kotak itu, ia memungut kalung berlian itu, membuang kotaknya entah kemana lalu melingkarkannya di leher istrinya. Setelah selesai ia mundur untuk menatap istrinya, "perfect!" desisnya.
"Terima kasih!"
Nicky menawarkan lengan kirinya, Liana langsung mengerti. Ia menyelipkan tangan kanannya di lengan suaminya lalu mereka berjalan keluar.
Mereka pergi berdua, tanpa Rizal menyetir mobil. Tadinya sih Jaya ingin membawa mobil sendiri bersama satu dua orang sebagai pengawalan, tetapi Nicky menolak. Mereka hanya pergi berdua saja.
* * *
Ruangan itu sudah penuh dengan para tamu undangan, Liana tak melepaskan lengan suaminya ketika mereka menemui beberapa orang dan berjabat tsngan. Ia sempat minder saat hendak melangkah ke sana mendampingi Nicky, tetapi usapan tangan Nicky di lengannya membangkitkan nyalinya.
Ivana yang mendampingi papanya ke acara itu karena mamanya memang sudah meninggal, melihat Nicky yang sedang bicara dengan beberapa orang di dampingi istrinya.
"Nicky, aku mau ke kamar kecil dulu, dimana ya?"
"Ehm....," Nicky celingukan, "sepertinya ada di sebelah sana, biar ku antar ya?"
"Tidak perlu, kau bisa melanjutkan perbincanganmu dengan teman-temanmu, biar aku sendiri saja!"