"Apakah kau ada masalah, bos?"
"Tidak, hanya urusan kecil. Kau boleh keluar!"
"Ok!"
Liana sedang mencoba beberapa gaun di sebuah toko, "kenapa dadakan sekali, dan untuk apa Nicky menyuruhku membeli gaun lagi. Tempo hari kan aku sudah beli banyak!" keluhnya saat mencoba gaun silver dengan panjang semata kaki dan belahan hingga ke atas lutut di sebelah kanan. Ia pun keluar dan meminta pendapat dua pria yang bersamanya. Rupanya keduanya mengangguk, Rizal bahkan tidak berkedip menatapnya. Liana terlihat sangat anggun dengan gaun itu. "Nicky tak memberitahuku semalam, kenapa dadakan sekali acaranya?" keluhnya,
"Maaf nyonya, mungkin tuan lupa semalam!"
"Sebenarnya Jay, aju tidak suka panggilan itu. Apakah tidak ada panggilan lain yang cocok untukku?"
"Maaf, tidak ada!"
Terserah lah!"
Mereka juga mencari sepatu, karena kondisi kaki Liana yang tidak memungkinkan untuk mengenakan highheels, maka mereka mencari yang flat saja tetapi masih tetap elegan. Lagipula tinggi badan Liana sudah sepadan dengan Nicky meski tanpa highheels.
Anthony berjalan di pelataran deretan ruko itu, salah satu tangannya ia masukkan ke dalam kantong celananya. Sesekali ia lemparkan pandangannya ke dalam toko, dan sekilas ia seperti melihat seseorang yang di kenalnya. Maka iapun berhenti, mundur untuk memperjelas pandangannya. Wajah Liana tertutupi manekin dan pajangan sepatunya. Anthony terpana melihatnya, wanita itu mengenakan gaun hijau apel selutut yang indah, rambutnya yang di buat ikal di bagian bawahnya terurai indah.
Liana duduk menumpukan kakinya, sesekali ia memijit-mijit pergelangan kakinya, Rizal menatapnya dalam. Dan itu juga membuat kecemburuan pada pria di samping wanita itu yang wajahnya tak ia lupa hingga detik ini.