"Tuhan tahu aku tidak bersalah, dan itu cukup bagiku!"
"Ya....tentu saja, Tuhan bahkan tahu apa yang kita tak tahu. Tapi apakah Tuhan bisa datang ke pengadilan, dan mengatakan bahwa bukan kamu pelakunya, tidak kan Alisa. Jadi kamu tidak bisa mengandalkan Tuhan!"
"Siapa bilang, aku percaya dengan Tuhanku. Aku percaya....DIA punya rencana di balik semua ini!" matanya mengambang, tapi ia masih menahannya.
"Tapi Tuhan tidak suka dengan orang yang tidak mau berusaha!"
"Sudahlah Luke, aku mau istirahat!" kata Alisa membalikan tubuhnya, "aku dengar....kamu baru saja mendonorkan ginjalmu untuk Nadine!" kalimat Lucas menghentikan langkahnya.
"Ridwan mendatangimu dan memintamu melakukan itu, heah...bagaimana dia bisa lakukan itu?" cibirnya, "dia mengaku mencintaimu....tapi dia memenjarakanmu tanpa memberimu celah untuk membela diri!" desis Lucas, Alisa menoleh padanya.
"Lalu dia memaksamu memberikan ginjalmu pada Nadine, itukah namanya cinta?" cibirnya.
"Dia tidak memaksaku!"
"Kamu masih membelanya setelah apa yang di lakukannya?" geram Lucas, "dia tidak peduli padamu, Alisa. Dia tak sepantasnya mendapatkan cintamu!"
"Kamu tidak tahu apa-apa tentang itu, Luke!"
"Ya, aku tidak tahu apa-apa, tentu saja...." potongnya, "sebesar itukah cintamu padanya...sampai kamu tidak bisa melawannya?" airmata Lucas merembes dari matanya, Alisa membuang muka perlahan. Buliran bening mengalir, dan itu membuat luka di perutnya nyeri.