Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 7

10 Agustus 2015   15:17 Diperbarui: 10 Agustus 2015   15:17 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sebelumnya, The Wedding #Part 6

 

Liana masih menatap Rizal dengan kilatan curiga, ekspresi Rizal kali ini memang sungguh menampakan kalau dia memang menyembunyikan sesuatu.

"Jal, aku mau kau jujur padaku. Apa benar...sebelumnya kita tidak saling kenal?"

"Ehm... Liana, kita memang kenal di jalanan. Dan kau juga masih ingat pertama kali kita bertemu!"

"Tapi saat itu kau menatapku seolah kau sudah mengenalku lama!"

"Itu hanya perasaanmu saja!"

"Tidak!"

"Sejujurnya....itu karena....saat pertama kali melihatmu....aku....aku sudah jatuh cinta padamu!" ungkapnya, Liana terperanjat. "itu sebabnya aku mencoba melindungimu dari apapun, meski saat itu kita masih kecil. Tidak, kau yang masih kecil....aku sudah tumbuh remaja, jadi wajar kan jika aku merasakan itu!"

Liana sedikit menunduk, "tapi selama itu....kita tumbuh bersama, menggelandang bersama, kita bahkan mencopet bersama.....tapi kau tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaanmu padaku!"

"Karena aku tidak punya masa depan yang bisa aku tawarkan, bukankah saat kita melamar seseorang setidaknya....kita memiliki sesuatu yang bisa di tawarkan. Tidak mungkin kan aku akan terus membawa istriku mencopet atau mengamen, lalu anak-anak seperti apa yang akan kita hasilkan?"

Liana kembali menatap hamparan bunga di depannya, "ya....itu alasan yang masuk akal. Tapi bisakah itu di percayai, kita sudah lama saling kenal Jal. Aku tahu ada beberapa hal yang tidak jujur darimu, tapi ku harap....itu bukan hal buruk!"

"Aku hanya mencoba untuk menempatkan dimana diriku!"

"Hah......, bagaimanapun....terima kasih. Jika bukan karena kau....aku tidak akan ada di sini!"

"Itu sudah tugasku!"

"Apa?"

"E, mak-sudku....aku pernah berjanji pada diriku untuk selalu menjagamu, jadi itu....memang sudah menjadi tugasku!"

* * *

Liana memasuki kamar kakek Willy, ia duduk di ranjang. Setiap kali berada di ruangan itu ia memang bisa merasakan kehadiran kakek Willy, dan itu membuatnya sedikit tenang. Ia berjalan ke lemari, membukanya dan memandangi pakaian pria tua itu, rasanya aroma tubuh kakek masih bisa ia rasakan. Lalu ia melihat laci di dalam lemari itu, Liana mendekatinya, apakah tidak apa-apa jika ia membukanya? Ia pun menarik gagang laci itu hingga terbuka, "maaf kek, aku tidak bermaksud lancang. Aku hanya ingin melihat!" desisnya.

Di dalamnya terdapat pipa, kacamata, cincin yang biasa William pakai, masih ada beberapa pin. Lalu mata Liana menemukan sebuah album besar, iapun memungut benda itu. Sepertinya itu album keluarga, maka iapun membawanya duduk ke ranjang. Membuka halaman pertama, terdapat foto pengantin William, wanita yang bersanding dengannya itu cantik sekali. Kakek Willy juga sangat tampan sewaktu muda, pantas kalau Nicky juga setampan itu! Ia mulai membuka halaman perhalaman.

Terdapat dua anak kecil yang berjarak sekitar 3 tahunan, dua anak lelaki itu pasti ayah Rey dan Nicky? Liana membuka halaman berikutnya, mereka tumbuh dewasa hingga menikah. Sepasang suami istri dengan dua anak lelaki, itu pasti keluarga Nicky. Liana memperhatikan dua anak lelaki itu, itu kakak Nicky, Valent. Sorot matanya memang mengerikan, meski dia sangat tampan. Bahkan sedikit lebih tampan dari Nicky, tetapi yang ia bingungkan kenapa kakak beradik itu sangat jauh berbeda perangai? Dari cerita kakek.... Valent itu....

Liana jadi ingat kalau Valent juga mengincar Nicky, dia pernah juga mencoba membunuh Nicky saat mereka masih kecil. Apakah sekarang jika mereka bertemu....dia juga masih akan melakukannya? Dan kemana dia setelah kakek usir?

Liana mulai memikirkan banyak hal, dan sejujurnya ia mulai khawatir. Iapun menutup album itu.

* * *

"Kenapa kalian berkata seperti itu?" tanya Nicky, mereka sedang makan siang di sebuah restoran.

"Ferhan pernah ingin menghancurkan kita?" sahut Daren, "kita sudah bekerja sama bersama Indi Group selama dua tahun, dan hasilnya tidak mengecewakan. Jadi kalian tidak perlu khawatir!" sahut Nicky.

"Tapi tak ada salahnya jika kita tetap waspada!" seru Hendra, "Itu benar, apalagi sekarang banyak perusahaan baru yang menjatuhkan kita. Ngomong-ngomong soal itu Nicky, kau yakin PT. Mandiri Jaya bisa di percaya?" tambah Daren,

"Aku sudah bertemu langsung dengan Dirutnya, dia terlihat baik!"

"Penampilan luar bisa menipu, lain kali jika kau membuat janji sebaiknya aku ikut!" sela Mela. "aku tahu kau seorang penasehat yang baik Mey, tetapi bukannya kemarin kau sibuk?" sindirnya.

"Kau seperti tidak rela Daren akan menikah denganku, kau juga menyukainya? Aku bisa melaporkanmu pada Liana!" tantangnya, "menyukainya....yang benar saja, kau pikir aku gay? Lagipula kalaupun dia itu wanita aku juga tidak mungkin menyukainya?" balasnya. Mereka tertawa ringan.

"Oya, soal Liana. Ku dengar dia mulai membaik?" tanya Mela, "memang seperti itu, belakangan....dia memang membaik. Dan ku harap....dia akan segera pulih!"

"Kalau begitu sibukan saja dia dengan pekerjaan kembali, tak ada salahnya dia kembali ke kantor!" usul Mela, "aku setuju!" seru Hendra menyela, "terus terang dia seorang yang menyenangkan!" pujinya. Nicky meliriknya dalam, Hendra langsung terbungkam padahal ia masih ingin bicara lagi soal Liana.

"Eim...maksudku....ya...memang begitu, dia teman yang menyenangkan!"

"Hati-hati, kau membicarakan istriku!" desis Nicky, "eim...maaf. Aku tidak ada maksud lain!"

"Kau menyukai istriku, kau mau aku pecat?"

"Jangan terlalu posesif Nicky, santai saja!" Daren menyenggol lengannya, "sebesar itukah cintamu padanya?" godanya,

Nicky menoleh Daren yang memberikan ekspresi pancingan, membuat wajah Nicky memerah dan sedikit serba salah.

"Sudah, kita fokus lagi kepada yang tadi. Sampai dimana tadi?" seru Mela mencairkan kembali suasana, "eim...itu soal Liana kembali ke kantor!" sahut Hendra.

Daren menyenggol tubuh Nicky kembali, "tadinya aku juga berfikir seperti itu....tetapi....!" desis Nicky, ia memungut sesuatu dari sakunya. Lembaran foto yang sudah di buangnya itu ia pungut kembali, ia membukanya dan menaruhnya di meja.

Semua mata tertuju pada benda itu, Daren memungutnya dan mengamatinya, "ini ancaman Nicky?" desisnya, Hendra merebutnya, membacanya, ia menggeleng pelan.

"Mungkin orang yang mengirim surat ancaman ini sudah gila, ini....darah kan?" serunya, sekarang giliran Mela yang merebut foto itu. Ia juga menggeleng pelan, "sepertinya ini tidak main-main, Nicky kita harus hati-hati!"

"Aku tidak bisa mengambil resiko yang bisa membahayakan Liana, dan jujur...aku mulai khawatir mengijinkannya keluar rumah!"

"Apa kau sudah tahu siapa pengirimnya?" tanya Daren, "aku masih menyelidikinya, semoga kita segera tahu siapa pelakunya. Oya, berhubung pak Yusuf mengundurkan diri karena pindah ke kampung halamannya, aku membutuhkan seorang JM secepatnya!"

"Kita bisa menyeleksi dari yang ada!" usul Mela, "kita lihat kinerja beberapa orang selama dua tahun terakhir!"

"Kalau begitu, kau Daren dan calon istrimu....cari beberapa orang yang menurut kalian pantas, dan kau....Hendra, kau cari berkas mereka. Aku tidak mau sampai salah pilih!"

"Beres bos, kita juga tidak mau sampai salah pimpinan!"

"Berhubung tidak ada meeting setelah ini, mungkin aku akan pulang lebih awal!"

"Tapi jangan lupa besok, kau mau mengajak Liana?"

"Tentu saja, dia juga perlu berbaur. Siapa tahu dia bisa merasa cocok dengan beberapa istri dari para teman bisnisku!"

* * *

Seperti biasa selesai mengurusi taman bunganya, ia akan menyiapkan bahan yang akan di masak untuk makan malam. Kemarin Nicky pulang tepat waktu, jam tujuh sudah sampai rumah. Maka kalau bisa hari ini ia harus bisa memasak lebih awal. Jadi sudah tidak repot ketika Nicky pulang, dan malam ini ia membuat beberapa menu spesial yang di sukai suaminya.

Tapi setelah beberapa selesai di masak, kok rasanya hari ini ia memasak berlebihan. Hanya karena terlalu semangat bukan berarti harus boroskan? Akhirnya, iapun hanya menghidangkan beberapa menu kesukaan Nicky saja. Lalu yang lain ia taruh di dapur untuk yang lainnya. Lagipula sekarang hanya ada mereka berdua, meski terkadang Liana meminta Jaya dan Rizal untuk ikut makan bersama.

Selesai memasak iapun pergi mandi karena sudah merasa lengket tubuhnya, tidak enak kan jika Nicky pulang dan dirinya belum mandi seperti kemari?

Mobil Nicky merapat lebih cepat dari biasanya, ia tak meminta Rizal menjemputnya tetapi ia bawa sopir dari kantor. Begitu memasuki rumah Jaya menyambutnya.

"Malam tuan, sepertinya semakin sibuk di kantor?" desisnya, "memang....sebenarnya aku membutuhkan sedikit bantuanmu di kantor. Kau sudah lama mendampingi kakek, jadi ku pikir kau tahu betul seluk beluk Harris Group!" katanya memberikan tasnya.

"Maksudmu tuan?"

"Nanti kita bicarakan di ruanganku, oya...dimana Liana?"

"Sepertinya di kamarnya tuan!"

Nicky mengangguk lalu berjalan ke kamar, ia melepas jasnya, membunangnya ke keranjang pakaian, lalu membuka dasinya, membiarkannya masih menggantung di leher. Membuka kancing kemeja di pergelangannya, lalu membuka sabuknya tepat saat Liana keluar kamar mandi. Ia segera menoleh, mata mereka beradu. Liana hanya terbungkus handuk, rambutnya masih basah. Karena sedikit terkejut suaminya sudah berada di kamar saat dirinya masih dalam keadaan seperti itu, membuat pipinya merona.

Nicky tak berkedip memandang istrinya, dia terlihat seperti bidadari yang baru mandi di air terjun. Tiba-tiba dadanya di hantam sesuatu yang menciptakam debaran dasyat, dan debaran itu juga menyerang Liana , lebih parah malahan. Ia bahkan tak mampu bergerak sedikit pun. Apalagi ketika langkah Nicky mulai mendekatinya, ia semakin gugup dan mulai gemetar.

Mencoba mengatur nafas memikirkan apa yang akan Nicky lakukan?

* * * * *

The Wedding #Part 8

• T.B.W.O.A ~ The Wedding (second novel)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun