"Hati-hati, kau membicarakan istriku!" desis Nicky, "eim...maaf. Aku tidak ada maksud lain!"
"Kau menyukai istriku, kau mau aku pecat?"
"Jangan terlalu posesif Nicky, santai saja!" Daren menyenggol lengannya, "sebesar itukah cintamu padanya?" godanya,
Nicky menoleh Daren yang memberikan ekspresi pancingan, membuat wajah Nicky memerah dan sedikit serba salah.
"Sudah, kita fokus lagi kepada yang tadi. Sampai dimana tadi?" seru Mela mencairkan kembali suasana, "eim...itu soal Liana kembali ke kantor!" sahut Hendra.
Daren menyenggol tubuh Nicky kembali, "tadinya aku juga berfikir seperti itu....tetapi....!" desis Nicky, ia memungut sesuatu dari sakunya. Lembaran foto yang sudah di buangnya itu ia pungut kembali, ia membukanya dan menaruhnya di meja.
Semua mata tertuju pada benda itu, Daren memungutnya dan mengamatinya, "ini ancaman Nicky?" desisnya, Hendra merebutnya, membacanya, ia menggeleng pelan.
"Mungkin orang yang mengirim surat ancaman ini sudah gila, ini....darah kan?" serunya, sekarang giliran Mela yang merebut foto itu. Ia juga menggeleng pelan, "sepertinya ini tidak main-main, Nicky kita harus hati-hati!"
"Aku tidak bisa mengambil resiko yang bisa membahayakan Liana, dan jujur...aku mulai khawatir mengijinkannya keluar rumah!"
"Apa kau sudah tahu siapa pengirimnya?" tanya Daren, "aku masih menyelidikinya, semoga kita segera tahu siapa pelakunya. Oya, berhubung pak Yusuf mengundurkan diri karena pindah ke kampung halamannya, aku membutuhkan seorang JM secepatnya!"
"Kita bisa menyeleksi dari yang ada!" usul Mela, "kita lihat kinerja beberapa orang selama dua tahun terakhir!"