Nadine sedang di tangani di ICU ketika keluarganya datang, sementara Cheryl memasuki apartemennya dengan tergesa, ia segera melepas sarung tangan silicon yang di kenakannya di kedua tangannya. Membuangnya ke tong sampah, ia memungut segelas air dan menenggaknya hingga kosong. Tetapi ia masih gemetaran, masih belum tenang, maka iapun berhambus ke kamarnya. Membuka laci dan memungut sebuah plastik bening kecil. Menuang isinya di tangan, memungut dua butir dan menelannya. Menikmati reaksi yang ia rasakan seraya memejamkan mata dan memegang pinggiran meja kencang.
Perlahan ia mulai tenang, membiarkan tubuhnya terduduk ke lantai.
"Ridwan, bagaimana keadaan Nadine?"
"Aku masih belum tahu tante!"
"Bagaimana ini bisa terjadi?" tangis Ratna, "kan ibu sudah bilang, Alisa itu berbahaya. Kamu tidak seharusnya membiarkan Nadine dekat sama dia!" sela Dewi. Kali ini Ridwan terdiam, sesungguhnya ia masih tak percaya dengan apa yang di temukannya. Tapi jika di ingat Alisa memang mengancam Nadine, dan bagaimanapun di rumah itu memang hanya ada Alisa dan Nadine.
"Kalau terjadi sesuatu dengan Nadine, Alisa harus mempertanggungjawabkannya!"
* * *
Alisa memegang jeruji besi yang mengurungnya, setelah di lakukan pemeriksaan ternyata di rumah itu hanya ada sidik jarinya dan Nadine saja. Tidak ada sidik jari orang lain, bahkan Cheryl. Bagaimana bisa, padahal sudah jelas Cheryl menyentuh banyak barang saat terjadi perkelahian, bahkan Cheryl memegang pisau itu, karena Cheryl yang menusuk Nadine. Tapi kenapa hanya ada sidik jarinya di pisau itu? Lalu apa yang akan ia lakukan, apa yang akan di katakannya nanti. Meskipun ia memohon tidak akan ada yang percaya kalau bukam dirinya yang melakukannya, tidak akan ada yang percaya kalau Cheryl juga ada di sana. Kecuali....
Kecuali Nadine selamat dan mengatakan yang sesungguhnya, tetapi Nadine menerima tusukan itu untuk menyelamatkannya. Seharusnya dirinya yang tertusuk, dirinya yang meregang nyawa.
Jika sampai Nadine tidak selamat, maka iapun tidak akan bisa memaafkan dirinya.
Dokter keluar dari ruang ICU, semua orang menghampirinya.