Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #27 ; Langkahi Dulu Mayatku

7 Agustus 2015   13:17 Diperbarui: 7 Agustus 2015   13:21 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Cheryl!" desis Alisa,

Bagaimana dia bisa masuk, ya Tuhan....pintu belakang. Dan apa yang di lakukannya?

"Mau apa kamu?"

"Menyelesaikan masalah, aku tahu kalian sedang bermasalah!"

"Apa kamu yang menaruh barang itu dalam tasku?"

Cheryl tersenyum kecut, "karena kamu memang nggak seharusnya ada di sana, kamu beruntung karena madam Selfie baik sama kamu!"

"Kenapa kamu lakukan itu, kamu masih tidak puas dengan apa yang telah kamu lakukan sama aku dulu?"

Nadine memarkir mobilnya di halaman rumah Alisa, tokonya sepertinya tutup. Maka iapun berjalan ke pintu depan.

"Aku menyingkirkanmu untuk menjauhkan kamu dari Ridwan, tapi kenyataannya Ridwan malah pergi kekuar negeri dan kembali membawa Nadine!"

"Dengar Cheryl, kamu seharusnya bisa menerima semua ini. Sekarang ada pria di sampingmu yang sangat baik. Aku yakin Ryan itu pria yang baik!"

"Ryan memang baik, tapi aku tidak mau kamu ataupun Nadine bahagia bersama Ridwan!"

"Apa maksudmu?"

Ting tong.....

Bell rumah berbunyi, Alisa menoleh. Itu pasti Nadine.

"Kurasa kita kedatangan tamu!" kata Cheryl berjalan ke pintu depan, tetapi Alisa menghalanginya. "Kamu tidak boleh membuka pintunya!" larang Alisa.

"Ku pikir kalian hendak membicarakan sesuatu!"

"Aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti Nadine!"

Ting tong.....

Bell kembali berbunyi, Cheryl tetap melangkah dan Alisa menarik lengannya. Akibatnya Cheryl mendorong tubuh Alisa hingga mengenai meja yang penuh perabot, beberapa perabot jatuh ke lantai. Menimbulkan bunyi gaduh hingga keluar rumah.

"Bunyi apa itu?" desis Nadine,

Alisa menghampiri Cheryl, "langkahi dulu mayatku sebelum kamu menyentuh Nadine!"

"Tentu saja!" sahut Cheryl mendorong tubuh Alisa kembali hingga punggungnya menghantam tembok. Sebelum Alisa bergerak, Cheryl kembali menghampirinya sementara Nadine mulai panik di luar rumah karena terdengar suara gaduh di dalam.

Cheryl melayangkan beberapa tamparan ke wajah Alisa, Alisa membalasnya. Membuat Cheryl semakin geram, ia menjambak rambut Alisa. Alisa memukul tubuhnya dengan siku. Nadine mencoba mengintip dari jendela, secara samar terhalang gorden ia melihat seperti ada yang berkelahi di dalam. Ia semakin panik, ia mencoba membuka pintu dan ternyata tidak terkunci. Apakah Alisa sengaja tidak menguncinya karena dirinya akan datang?

Nadine segera masuk, Alisa terpental. Kepalanya membentur meja hingga ia pingsan,

"Cheryl!" desis Nadine, Cheryl menoleh ke arahnya sementara Nadine menemukan Alisa yang tak sadarkan diri. Lalu ia kembali menatap Cheryl, "apa yang terjadi?" tanya Nadine.

"Kamu datang tepat waktu Nadine, jangan khawatir...kamu akan menemani Alisa ke neraka. Jadi kalian bisa terus sama-sama!"

"Apa?"

Cheryl melangkah ke arahnya, Nadine mundur perlahan. "kamu mau apa Cheryl?" tanyanya panik, "menyingkirkanmu, dari jalanku....kamu tahu Nadine, hanya aku yang pantas yang menjadi bintang utama di pementasan, hanya aku yang pantas mendampingi Ridwan!"

"Apa, Ridwan?"

"Jika kamu tidak melawan maka aku tidak akan membuatmu sakit!"

"Kenapa dengan Ridwan? Kamu sudah mengenalnya lama?"

"Kamu itu terlalu bodoh!" maki Cheryl mempercepat langkahnya, Nadine berniat lari tetapi Cheryl lebih sigap menggapainya. Mencengkeram lengannya kencang lalu melemparnya ke samping. Tubuh Nadine menghantam tembok, Cheryl menghampirinya. Memungut wajahnya,

"Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia!" serunya menampar Nadine hingga terlempar ke samping, Cheryl menjambak rambutnya. "arghhh....!" teriak Nadine, Cheryl menghantamkan Nadine ke tembok hingga terhuyung. Kepalanya mengeluarkan sedikit darah, Nadine merasa pusing akibat hantaman itu. Cheryl mengulangi perbuatannya beberapa kali, tetapi sekuat tenaga Nadine melawan. Menginjak kakinya hingga Cheryl melepaskannya, ia terjatuh ke lantai. Sekarang kepalanya benar-benar sakit, darah keluar lagi dari sisi kepalanya.

Cheryl menghampirinya lagi, memungut rambutnya lagi tetapi Nadine segera mendorongnya, melawannya. Membuat Cheryl harus menghantamkan pukulan beberapa kali ke wajahnya, membuatnya benar-benar lemah. Lalu Cheryl kembali memungut tubuhnya Nadine, menaruh telapak tangannya di leher Nadine.

"Kamu adalah penghalang keduaku, maka kamu juga harus tersingkir!" geram Cheryl mengencangkan cengkeramannya di leher Nadine. Nadine mencoba menyingkirkan tangan Cheryl dari lehernya tetapi cengkeraman Cheryl justru semakin kencang, membuatnya tak bisa bernafas.

Alisa menggerakan tubuhnya, kepalanya sedikit pusing, ia menyentuhnya. Sepertinya lukanya tidak terlalu serius, iapun bangkit. Berjalan perlahan, matanya melebar melihat pemandangan yang ia temukan.

"Nadine!" desisnya, ia melihat Nadine sudah hampir kehabisan nafas di tangan Cheryl. Wajahnya juga babak belur, Alisa segera berlari. Mencoba menyingkirkan tangan Cheryl dari leher Nadine.

"Cheryl lepaskan, Cheryl!" teriak Alisa, tak ada cara lain. Alisa menjambak rambut Cheryl kencang hingga kesakitan, seketika ia melepaskan Nadine. Nadine terbatu-batuk memegangi lehernya, sementara Alisa kembali berduel dengan Cheryl.

* * *

Ridwan mempercepat laju mobilnya, Nadine melarangnya menyusul tetapi ia memiliki firasat tidak enak. Makanya ia tetap pergi, semoga tidak terjadi apa-apa.  

Alisa mendorong Cheryl hingga terbentur lemari, lalu ia segera menghampiri Nadine.

"Nadine, kamu tidak apa-apa?"

Nadine menggeleng, tapi sesungguhnya kepalanya sakit sekali. Cheryl bangkit, ia sedikit terhuyung. Perpegang pada meja dapur, ia menemukan beberapa pisau menancap di tempatnya yang terbuat dari kayu. Ia menariknya sstu, sebuah pisau dapur panjang dan runcing. Ia menggenggamnya erat menghampiri keduanya. Alisa membantu Nadine bangkit, "kita harus keluar dari sini, kamu bisa jalan?" tanya Alisa. Nadine memandanganya, tetapi ia malah melihat Cheryl menghampiri mereka dengan cepat.

"Alisa!" teriak Nadine mendorong tubuh Alisa ke samping, tubuhnya sendiri sedikit terdorong ke depan saat dirinya menyingkirkan Alisa. Seketika Cheryl sampai padanya, tubuhnya tersentak. Darah segar keluar dari mulutnya, Cheryl sendiri tersentak, ia segera menjauh. Alisa tercengang melihatnya.

"Nadine!" desisnya, sebuah pisau menancat di sisi perut Nadine sebelah kanan. Nadine memegang perutnya sendiri, tubuhnya terhuyung ke belakang. Cheryl mundur perlahan, ia melihat tangannya sendiri lalu berlari melalui pintu belakang tempatnya masuk. Alisa bangkit tetapi Nadine malah merosot ke lantai, Alisapun menghampirinya.

Mobil Ridwan merapat di halaman rumah Alisa, ia segera meloncat turun.

"Nadine!" desis Alsia,

"Al-lisa!" desis Nadine lirih, Alisa panik melihat darah Nadine yang tumpah dari perutnya. "bertahanlah!" serunya, ia memegang gagang pisau itu. Mencabut pisau itu dari tubuh Nadine perlahan, "arrrggghhhh....!" teriak Nadine perlahan. Tetapi teriakan Nadine terdengar oleh Ridwan yang sedang ingin mengetuk pintu.

Alisa melepas afron yang di kenakannya, menggunakannya untuk menutupi luka Nadine, menekannya agar darahnya berhenti mengalir. Ia sendiri jadi makin panik, apalagi mulut Nadine membuka hendak mengatakan sesuatu tetapi tak terdengar suara.

"Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit!" tangis Alisa berurai airmata. Alisa bangkit tapi sebelum ia melangkah ia melihat Ridwan muncul di ambang pintu dapur, membuatnya terpaku. Ridwan melihat tangan Alisa berlumur darah, lalu pandangannya turun ke bawah,

"Nadine!"

* * * * *

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun