"Nadine!" desisnya, sebuah pisau menancat di sisi perut Nadine sebelah kanan. Nadine memegang perutnya sendiri, tubuhnya terhuyung ke belakang. Cheryl mundur perlahan, ia melihat tangannya sendiri lalu berlari melalui pintu belakang tempatnya masuk. Alisa bangkit tetapi Nadine malah merosot ke lantai, Alisapun menghampirinya.
Mobil Ridwan merapat di halaman rumah Alisa, ia segera meloncat turun.
"Nadine!" desis Alsia,
"Al-lisa!" desis Nadine lirih, Alisa panik melihat darah Nadine yang tumpah dari perutnya. "bertahanlah!" serunya, ia memegang gagang pisau itu. Mencabut pisau itu dari tubuh Nadine perlahan, "arrrggghhhh....!" teriak Nadine perlahan. Tetapi teriakan Nadine terdengar oleh Ridwan yang sedang ingin mengetuk pintu.
Alisa melepas afron yang di kenakannya, menggunakannya untuk menutupi luka Nadine, menekannya agar darahnya berhenti mengalir. Ia sendiri jadi makin panik, apalagi mulut Nadine membuka hendak mengatakan sesuatu tetapi tak terdengar suara.
"Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit!" tangis Alisa berurai airmata. Alisa bangkit tapi sebelum ia melangkah ia melihat Ridwan muncul di ambang pintu dapur, membuatnya terpaku. Ridwan melihat tangan Alisa berlumur darah, lalu pandangannya turun ke bawah,
"Nadine!"
* * * * *
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H