Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sayap-sayap Patah sang Bidadari ~ The Wedding #Part 4

31 Juli 2015   16:33 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:00 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika kau menganggapku sebagai suamimu kau tidak akan menolaknya, lagipula itu akan menjadi milikmu!"

"Milikku?"

"Kakek memberikan saham yang dimilikinya padamu, mungkin seharusnya kau yang menjabat sebagai presdir!"

Liana melotot memandang Nicky lalu tertawa, tawa pertama setelah sekian lama. "kau ini bicara apa, sekolah saja aku tidak ingat sampai dimana. Home schooling pun terputus, lagipula aku tidak mau berurusan dengan hal seperti itu!"

"O-iya, masalah homeschooling, apakah kau mau melanjutkannya?" tanya Nicky,

"Ku rasa tidak perlu!" tolaknya, lagipula bukan aku pemegang sahamnya, kakek bilang yang menjadi suamikulah yang akan menjadi Presdir dari Harris Group. Jadi kau belum tahu tentang hal itu ya?

"Oya, mungkin malam ini aku sedikit terlambat. Tapi tidak akan lama, dan jangan terlalu lama berada di luar!" seru Nicky seraya berdiri meraih tasnya dan bersiap melangkah tapi....

"Tunggu!" cegah Liana, ia pun berhenti. Liana bangkit menghampirinya, "dasimu sedikit miring!" katanya membenahi dasi suaminya, Nicky memandang wajah istrinya yang sekarang begitu dekat dengannya. Wanita itu bahkan tak pernah menyentuh make-up meski di meja riasnya penuh dengan produk-produk kecantikan berkelas, tapi dia selalu terlihat cantik dengan kulit coklatnya yang eksotis. Dan memiliki tubuh seperti boneka barbie, situasi itu cukup menciptakan debaran aneh di dada Nicky. Memandang istrinya, ia ingin sekali merengkuhnya ke dalam dekapannya. Memberinya pelukan hangat atau ciuman pagi seperti pasangan lainnya, tetapi ia hanya bisa memandangnya. Bahkan takut untuk menyentuhnya meski hanya sekedar menyilakan rambutnya yang menggantung di sisi wajahnya.

Liana membalas tatapan itu, sepertinya ia juga mengharapkan hal yang sama. Nicky merasa harus segera pergi atau ia akan benar-benar menciumnya oleh sikap manisnya itu. Ia tak mengucap apapun, hanya berdehem dan melanjutkan langkahnya. Liana bisa merasakan kegugupan Nicky, ia sudah mencoba bersikap manis. Membuka kehangatan di antara mereka, tapi sepertinya sekarang justru Nicky yang menghindarinya. Dan soal dasinya yang selalu miring, siapa yang selama ini membenahinya? Mudah-mudahan saja bukan wanita lain di luar sana.

Nicky menghempaskan tubuhnya di jok belakang seraya membenahi dasinya, sedikit mengendurkannya. Bukan karena Liana kurang benar saat membenahinya tadi, tapi karena ia merasa gerah tak mampu menguasai diri dan hampir saja mati kutu. Rizal melirik dari spion tengah seraya menjalankan mobil, "ada apa, apakah ada yang membuatmu kesal sepagi ini?"

"Tidak, tidak ada apa-apa!" sahutnya, "Jal, apa kau merasakan perubahan Liana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun