"Kamu menyukai Ricky?"
Mawar masih diam dengan pertanyaan Dika, menatapnya dalam. Tapi Dika tak mampu menerka arti tatapan itu, apakah mengiyakan atau tidak.
Aku tidak menyukainya, tetapi menyayanginya. Karena dia kakakku, aku yakin dia kakakku!
Mawar kembali melempar pandangannya ke depan, bagaimana ia akan mengatakan pada Dika tentang hal itu. Bukankah mereka musuhan sejak beberapa tahun terakhir ini? Dan kerinduannya terhadap sang kakak yang tak bisa di tepisnya. Ia yakin Ricky itu memang kakaknya, meski nama belakangnya sudah tak lagi menggunakan nama keluarga mereka.
"Aku rasa...., suka itu ada banyak macamnya. Jika kita menyukai seseorang belum tentu kita mencintainya kan, kak Ricky itu....idolaku sejak kecil, aku tak pernah melewatkan pertandingannya!"
Sejak kecil, bukankah kami baru eksis di televisi sejak SMU. Apakah Rose sudah mengenal Ricky sebelumnya?
"Sejak kecil?" desis Dika, Mawar tertegun. Ia segera menyadari apa yang baru saja di ucapkannya. Ia jadi sedikit kikuk mencari jawaban yang tepat, tidak mungkin kan ia bilang ke Dika kalau Ricky itu kakak kandungnya? Lagipula ia belum punya bukti akan hal itu, ia juga belum siap menerima resikonya sekarang.
"Maksud aku ya....dari dulu aku nggak pernah melewatkan pertandingannya!"
"Kalau aku?"
"Ya, kebanyakan kan kamu tanding melawan kak Ricky. Ya tentu aja aku nonton!"
"Maksud aku...., kamu nggak kagum sama aku gitu....!" desisnya mengharap.
"Ehm...., dikit sih!" canda Mawar, Dika cemberut. "cuma dikit?" protesnya nggak terima. "emang maunya seberapa? La wong kamu orangnya cuma satu!" balasnya, "ya....mungkin....!"
"Bagaimana kalau kita main basket, katanya kamu mau menjajal kemampuanku?" tantangnya seraya berdiri, Dika ikut berdiri dengan girang.
"Asyik....sebentar lagi aku bakal punya pacar!"
Mawar melotot,
"Loh, apa hubungannya?"
"Lah...kan, kalau kamu kalah kamu jadi pacar aku. Lupa!"
"Ha!" Mawar membuka mulutnya lebar, "eh nggak bisa gitu. Kan aku nggak bilang setuju!"
Dika berjalan saja tanpa memperdulikan protesan gadis itu seraya berkata, "bilang aja kamu takut!" godanya. Mawar mengikuti, "siapa bilang aku takut, lihat aja nanti. Aku bakal kalahin kamu!"
Merekapun menuju lapangan dan bertanding, ternyata keduanya lawan yang cukup seimbang. Dika tak menyangka kalau gadis itu cukup mahir dalam basket untuk ukuran putri, cukup membuatnya kewelahan. Tapi ia terus menggodanya selama mereka bertanding. Tiba-tiba Mawar berhenti setelah memasukan bola ke dalam ring dalam posisi two point, ia membungkuk memegang lututnya dengan nafas terengah-engah. Dika menghampiri karena cemas.
"Rose kamu kenapa, kaki kamu sskit?"
Mawar menggeleng pelan, "aku nggak apa-apa, cuman....!" katanya di sela-sela nafasnya ysng berat, "udah lama aku nggak dapet lawan yang setangguh ini!"
"Seharusnya aku yang bilang seperti itu, kamu cukup tangguh untuk ukuran klub putri!"
Mawar berdiri tegap menatapnya tak terima, "hanya untuk klub putri?" lantangnya, "memangnya kamu mau masuk klub putra?" cibirnya seraya berjalan ke pinggir lapangan, Mawar ikut. Mereka duduk berjejer, Mawar merentangkan kakinya seraya memukul-mukul pelan betisnya yang terasa pegal. Dika melakukan hal yang sama, entah kenapa ia sudah seperti penjiplak. Apapun yang gadis itu lakukan selalu di ikutinya jika mereka sedang bersama.
Lalu Dika memungut botol air mineral di dalam tasnya, memberikannya pada Mawar. Gadis itu langsung saja merenggutnya, "terima kasih!" katanya lalu menenggaknya hingga setengah. Dika menikmati aksi gadis itu tanpa berkedip.
Mawar menoleh setelah selesai, "kenapa, nggak pernah lihat cewe kehausan?" tanyanya. Dika tersenyum, "nggak seperti kamu!" sahutnya merebut botol itu dan menghabiskan isinya. Setelah istirahat sebentar mereka pun beranjak dari sana.
Saat berjalan tiba-tiba Dika berjongkok di depan Mawar menawarkan punggungnya, "kamu ngapain?" tanya Mawar. "naik aja, udah lama kan kamu nggak naik punggung aku!"
"Tapi Dika, motor kamu kan deket!"
"udah naik aja!" perintahnya, Mawar menatap punggung pemuda itu. Ia ingat dulu Dika pernah menggendongnya sekali waktu di desa, dan hal otu juga membawanya kepada masalalunya bersama sang kakak. Karena dulu kakaknya memang sering menggendongnya seperti itu. Mawar tersenyum lalu naik ke punggung Dika, Dika memberikan tasnya kepada Mawar untuk di bawakannya lalu iapun bangkit . Mulai melangkah ke arah motornya terparkir yang sudah menunggu mereka mengukur jalan.
Dika berjalan pelan-pelan, ia sangat menikmati saat-saat seperti itu. Di saat Rose berada dalam punggungnya dan memeluknya erat, ia tersenyum dalam hati.
"Rose, boleh ku katakan sesuatu?"
"Katakan saja, kenapa harus minta ijin dulu!"
"Tapi jangan marah ya!"
"Jangan bertele-tele!"
Dika diam sejenak,
"Aku sedang jatuh cinta!"
Mawar tertegun, Dika sedang jatuh cinta?
"Sama siapa?"
"Ya sama cewe, masa sama cowo. Emang aku udah nggak normal!"
Terdengar tawa kecil Mawar menggema, tapi tawa itu hanya sebentar, "apa aku kenal dia?" tanyanya.
"Iya, kamu kenal banget sama dia karena dia satu kampus sama kamu?" Mawar semakin heran karena perasaan ia tidak dekat dengan satupun teman gadis di kampus. "dia itu...., cantik, jago basket, pintar melukis dan....!"
Sebuah dering hp yang tak mau berhenti membuat Dika harus menurunkan Mawar dan mengangkatnya.
"Ya Sam!"
.....
"Ya Tuhan....ok-ok-ok, aku ke sana sekarang!" serunya menutup telepon. "ada apa?" tanya Mawar.
"Aku langsung anter kamu pulang saja ya, temen-temen udah nunggu soalnya!"
Mawarpun mengangguk.
* * *
"Kamu darimana saja?" tanya Awan, "sorry, aku lupa!" jawabnya, "jatuh cinta itu boleh saja bro, tapi jangan sampai itu bikin kamu lupa segalanya!" sahut Sam.
Kini mereka berhadapan, Dika lupa kalau malam ini mereka ada pertandingan 3 on 3 dengan Ricky. "kamu yang menantang tapi kamu yang terlambat!" seru Ricky.
"Sorry, jika membuat kalian menunggu. Yang penting aku tidak kabur kan!" serunya melirik Jerry tajam.
Mereka mulai bertanding, tim Dika. Ada Dika, Sam dan Tata. Sementara di tim Ricky, ada Ricky, Jerry dan Vandi. Pertandingan selalu sengit dan seimbang, mereka memang rival abadi. Selain pertandingan resmi mereka juga sering melakukan pertandingan liar di luar, seperti kali ini. Dika melempar bola pada Sam yang posisinya sudah tepat, Sam mendriblenya beberapa kali lalu berlari maju beberapa langkah melewati Vandi untuk melakukan shooting, tapi Ricky maju ke arahnya untuk mennghalau bola ke dalam ring. Sayangnya saat meloncat, lututnya mengenai perut Sam hingga membuatnya harus colapse. Pertandingan seketika terhenti, Dika dan teman-temannya mendekati Sam yang memegang sisi perutnya seraya merintih.
"Sam, kamu nggak apa-apa?" panik Dika, Ricky dan yang lain ikut menghampiri. "Sam, kamu nggak apa-apa?" tanya Ricky, "sorry, tadi....!"
"Apa kamu sengaja mau melukai Sam?" seru Dika. Semua jadi tercengang, "Dika, aku sungguh nggak sengaja!"
Dika menatapnya tak percaya, "aku nggak apa-apa kok!" seru Sam bangkit memegang perutnya. "kita bisa menunda pertandingan jika perlu!" sahut Jerry.
"Nggak, aku masih bisa main!" bela Sam.
"Tidak, sebaiknya kita tunda lagi saja sebelum kita saling menyakiti!" tambah Jerry.
"Dan kamu yang selalu memulainya lebih dulu!" seru Dika menuduh Ricky, "Dik, kau nggak boleh selalu menyalahkan Ricky. Dia itu bener nggak sengaja tadi!" bela Jerry.
"Kamu memang selalu membelanya!" kesal Dika.
"Bukan begitu Dika, tapi....!"
"Sudahlah...., percuma kita bicara. Sekarang kita tidak bisa sependapat lagi kan!"
"Dika!" desis Jerry.
"Aku sangat kecewa sama kamu Jer, setelah semuanya....dan harus berakhir sepertinya. Kamu dan aku...., ini memang sulit di bayangkan tapi....!"
"Dika!"
Dika malah pergi begitu saja, ia ingin membenci Jerry seperti ia membenci Ricky. Tapi ia tak bisa melakukan itu, bagaimana ia bisa membenci Jerry? Sejak kecil mereka selalu bersama, bahkan sudah seperti saudara dan kini....harus berakhir dengan permusuhan karena sebuah insiden. Insiden yang mengharuskan nyawa Farel terenggut, yang membuat Jerry jauh darinya dan lebih tetap bersama Ricky ketimbang bersamanya. Hal yang sangat membuatnya kecewa dan cukup menyakiti hatinya. Baginya, Ricky tak hanya menyebabkan Farel meninggal tetapi juga telah merebut Jerry darinya.
* * * * *
Tayang seminggu sekali setiap jum'at. Tapi maaf, episode kali ini telat sehari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H