"Kamu menyukai Ricky?"
Mawar masih diam dengan pertanyaan Dika, menatapnya dalam. Tapi Dika tak mampu menerka arti tatapan itu, apakah mengiyakan atau tidak.
Aku tidak menyukainya, tetapi menyayanginya. Karena dia kakakku, aku yakin dia kakakku!
Mawar kembali melempar pandangannya ke depan, bagaimana ia akan mengatakan pada Dika tentang hal itu. Bukankah mereka musuhan sejak beberapa tahun terakhir ini? Dan kerinduannya terhadap sang kakak yang tak bisa di tepisnya. Ia yakin Ricky itu memang kakaknya, meski nama belakangnya sudah tak lagi menggunakan nama keluarga mereka.
"Aku rasa...., suka itu ada banyak macamnya. Jika kita menyukai seseorang belum tentu kita mencintainya kan, kak Ricky itu....idolaku sejak kecil, aku tak pernah melewatkan pertandingannya!"
Sejak kecil, bukankah kami baru eksis di televisi sejak SMU. Apakah Rose sudah mengenal Ricky sebelumnya?
"Sejak kecil?" desis Dika, Mawar tertegun. Ia segera menyadari apa yang baru saja di ucapkannya. Ia jadi sedikit kikuk mencari jawaban yang tepat, tidak mungkin kan ia bilang ke Dika kalau Ricky itu kakak kandungnya? Lagipula ia belum punya bukti akan hal itu, ia juga belum siap menerima resikonya sekarang.
"Maksud aku ya....dari dulu aku nggak pernah melewatkan pertandingannya!"
"Kalau aku?"
"Ya, kebanyakan kan kamu tanding melawan kak Ricky. Ya tentu aja aku nonton!"
"Maksud aku...., kamu nggak kagum sama aku gitu....!" desisnya mengharap.