"Aaarrrrggghhhhhh....!"
Tanganku terpelintir, untung saja tidak sampai patah. Tanganku yang masih bebas kugunakan untuk menyerangnya tapi, Magie menangkisnya lalu mendorong tubuhku merapat tembok. Menekannya kuat hingga membuatku sulit benafas, "Kenapa kau mengendap masuk ke rumahku, Alex?" seru Magie, "itu sangat tidak sopan, bukankah aku punya bell yang bisa kau tekan di pintu depan?" tambahnya.
"Maaf, aku hanya ...."
"Ingin menyelidiki siapa aku?"
Aku tak menjawab karena dia memang benar, dia melepaskanku lalu berjalan menjauh. Kupegang lenganku yang hampir patah dan kuputar-putar pelan seraya membalikan tubuh.
"Kau sudah tahu niatku, jadi ... kau sudah tahu saat aku masuk ke rumahmu? Lalu kenapa kau tak menyapaku saja baik-baik, malah meninjuku!" kesalku.
"Apakah aku harus menyapa secara baik-baik kepada orang yang menyelinap masuk ke rumahku seperti maling?"
Aku diam menatapnya yang duduk di atas ranjang dengan anggun, tak terlihat kalau dia barus saja bisa mengalahkan aku.
"Jadi, siapa kau?"
"Biar kuperkenalkan diri, namaku Magie._ Magie Courtes. Pendampingmu!"
"Apa, pendampingku?"