Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

White Rose #11 ; Pelukan

3 Juli 2015   22:48 Diperbarui: 3 Juli 2015   22:48 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

 

"Sharon!"

Mawar masih memegang pipinya yang terasa panas dan pedas oleh hantaman tangan Sharon, ia menatap gadis itu tak mengerti kenapa tiba-tiba menamparnya?

"Kenapa kamu...!"

"Jauhin kak Jerry karena dia pacar aku!"

"Sharon, aku nggak ada hubungan apapun sama kak Jerry,"

"Bohong, nyatanya kemarin kak Jerry menolak nganterin aku pulang cuma buat jalan sama kamu!"

"Itu....!"

"Pokoknya kamu harus jauhin kak Jerry!" seru Sharon menarik lengan Mawar, menyeretnya ke dalam toilet kosong yang sudah tak terpakai. Mendorong tubuh Mawar lalu menutup pintunya, menguncikan besinya. Mawar mencoba membuka pintu seraya berteriak, "Sharon, buka pintunya!" ia memutar gagang pintu, menariknya tapi tak bisa.

"Sharon, jangan tinggalkan aku di sini. Aku mohon buka pintunya!" tapi ia tak mendengar apapun, nampaknya orang yang di ajaknya berbicara sudah meninggalkan tempat itu. Mawar menyandarkan dirinya di daun pintu, berharap ada yang datang membukanya.

Sementara Dika cemas menunggu di tempat biasa, beberapa anak keluar dari pintu gerbang itu. Ia pun segera menurunkan topinya untuk menutupi wajahnya, tentunya ia tak mau mereka tahu kalau dirinya berada di sana. Iapun memungut hpnya, pura-pura mengotak-atik, tetapi memang ia hendak menghubungi Mawar, ketika telepon di sambungkan tiba-tiba hpnya itu mati, "loh....kok mati?" iapun menekan tombol power dan tetap tak bisa meyala.

"Aduh....lupa di charge lagi, Rose kemana ya, ini kan sudah lewat 10 menit dari janjinya?"

Mawar merosotkan diri ke lantai yang kotor itu, hampir tidak ada satu inchipun yang terlihat bersih dan layak. Cat dindingnya sudah pada mengelupas, ternit di langit-langitnya pun sudah pada rontok. Ia memeluk kakinya sendiri, menunggu ada yang datang. Beberapa kecoa bermunculan, ia semakin merapatkan diri. Ia tak berusaha mengusir mereka, asalkan tidak menggigit tak apa. Itung-itung buat teman daripada sendirian, "apa kalian bisa membantuku membuka pintu ini?"

Ia menghela nafas, "aduh...apakah aku sudah gila berbicara pada kecoa, Tentu saja kalian tak bisa membukanya untukku!" keluhnya, ia ingat janjinya pada Dika. Pemuda itu pasti sudah lama menunggunya, iapun memungut hp dan mencoba menghubunginya tetapi nomornya malah tidak aktif. Lalu ia mau menelpon siapa, paman Fahri? Tidak mungkin kan, iapun menyimpan hpnya kembali.

Ternyata apakah benar Jerry dan Sharon itu pacaran, Sharon begitu marah padanya karena kemarin dirinya pergi dengan Jerry. Wajarlah, ia bisa mengerti. Jika itu memang benar berarti ia harus menjauhi Jerry. Tapi selama ini ia juga tak mendekatinya kan? Tak terasa airmatanya menetes, ia mencoba untuk tidak takut tapi.....di saat seperti itu bayangan masalalu menghantamnya. Menciptakan sebuah rasa takut yang mendera, saat kecil ia memang takut dengan ruang gelap. Tapi bukankah sekarang dirinya sudah dewasa?

* * *

Ricky dan Mela berjalan ke arah gudang membawa kardus, mereka seperti mendengar ada suara minta tolong.

"Apa kamu mendengar itu?" tanya Ricky menghentikan langkahnya, "iya, seperti ada yang minta tolong?" sahut Mela. Mereka mendengarkan sekali lagi lalu mencari arah suara yang pelan itu.

Dika merasa ada yang tidak beres, pasti terjadi sesuatu dengan Mawar. Beberapa hari terakhir bukankah gadis itu selalu di jaili teman sekampusnya? Iapun memutuskan untuk masuk mengendap. Menutupi wajahnya dengan topinya, berjalan bergegas dengan menunduk. Sesekali celingukan.

Ricky dan Mela sampai di depan toilet tempat Mawar tersekap, "tolong, siapapun di luar sana!" seru Mawar menepuk daun pintu. Ricky segera meletakan kardus di tangannya dan berjalan untuk membuka pintu toilet itu. Mawar segera mundur ketika mendengar suara langkah kaki dan pintu terbuka, wajah Ricky kecil muncul di sana. Di hadapannya, tanpa pikir panjang ia pun berhambur memeluknya seraya berkata.

"Kakak!"

Ricky terpaku dengan apa yang di lakukan gadis itu, dia memeluknya erat seraya menangis seperti yang di lakukan adiknya dulu. Ada getaran aneh yang menyergap ruang hatinya, saat itu Dika menghentikan langkahnya seketika melihat apa yang terjadi. Ia mengepalkan tinjunya geram, siap meninju siapa saja yang hendak menyapanya. Sebuah suara barang jatuh ke lantai membuat Mawar terjaga, ka baru sadar kalau dirinya memeluk seseorang. Perlahan ia membuka mata dan menarik dirinya, Ricky berdiri di depannya. Baru saja di peluknya dan menatapnya aneh, pandangannya beralih ke Mela yang menatapnya dengan cemburu. Kardus di tangannyalah yang menimbulkan suara saat terjatuh ke lantai.

Ricky menatap Mela, gadis itu terlihat marah sekali. Tanpa berkata apapun Mela segera menyingkir, "Mel!" seru Ricky tapi gadis itu tak menghiraukannya. Lalu iapun kembali menatap Mawar, kali ini dengan tatapan marah. Tatapan yang seolah menuduh bahwa gadis itu sengaja memeluknya di depan kekasihnya, "kak Ricky tadi itu....!" Mawar ingin menjelaskan bahwa ia memeluknya karena refleks tetapi Ricky malah pergi mengejar Mela.

"Mel!" ia mempercepat langkahnya untuk meraih lengan Mela, "Mel, dengarkan aku dulu!"

Mela menampik tangan Ricky dan memberikan sebuah tamparan ke pipinya, membuat Ricky terdiam seketika. Mela langsung melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat itu, untuk sesaat ia terdiam tetapi setelah itu ia pun kembali mengejar Mela.

Mawar terdiam di tempatnya, tanpa sengaja ia telah membuat Ricky dan Mela bertengkar karena salah pahan. Seharusnya...., ia kembali menitikan airmata karena rasa bersalahnya.

Sebuah jentikan jari mengejutkannya, "Dika!" desisnya menatap pemuda itu yang juga menampakan kilatan tak suka dengan apa yang baru saja di lakukannya. Ia tahu Dika melihat semuanya, "aku tidak bermaksud seperti itu, harusnya aku tak memeluknya!" desisnya, "tidak di depan kak Mela!" airmatanya menggelinding.

Dia memperhatikan wajah gadis itu, seperti ada cap lima jari di salah satu pipinya. "apa yang terjadi, ada yang menyakitimu lagi?" tanya Dika, Mawar menatapnya. Ia menyeka airmatanya sendiri, "tidak!" sangkalnya.

"Lalu yang ada di pipimu itu apa, tidak mungkin kan kamu menampar pipimu sendiri?"

"Eh.... Ini...!"

"Katakan padaku siapa dia, biar ku hajar nanti!"

"Tidak Dika, tidak terjadi apa-apa!" katanya ,

"Tapi....!"

"Dika, bisakah kita pergi sekarang?" pintanya, Dika terdiam. Ia tahu Mawar hanya ingin mengalihkan perhatiannya saja. "kamu tidak perlu takut!"

"Aku bilang aku tidak apa-apa, aku hanya....ingin pergi dari sini!"

Dika masih tak melepaskan pandangannya dari Mawar, ia tahu gadis itu tak mau dirinya sampai membuat masalah di sini. Dan ia juga tahu kalau gadis itu memang butuh pergi secepatnya. Dika pun mengangguk pelan, Mawar melangkah lebih dulu dan Dika mengikutinya seraya masih celingukan. Ia berharap tak ada yang mengenali dirinya atau Mawar akan terkena masalah. Tapi rasanya cukup aman, setelah di luar gerbang ia memandangi gadis itu dari belakang. Pandangannya terhenti di bagian pakaian yang kotor. Ia tahu pasti terjadi sesuatu lagi dan Mawar lagi-lagi mencoba menutupi itu darinya.

* * *

 Mela sama sekali tak mau bicara dengan Ricky meski pemuda itu berusaha menjelaskan hal yang sebenarnya. Mela memang sering marah padanya tapi baru kali ini dia melemparkan tamparan. Selama perjalanan pulang Mela terus mengumpati Mawar dalam hati, ia membenarkan ucapan Sharon bahwa Mawar itu memang suka cari perhatian para cowo. Nyatanya bukan hanya Jerry tapi juga Ricky yang di rayunya.

Padahal gadis itu terlihat sangat polos dan baik, apakah itu hanya kedok? Awalnya ia tak percaya dengan ucapan Sharon karena Sharon memang terlalu terobsesi dengan Jerry.

Dika dan Mawar duduk berjejer di depan danau, "apa yang kamu lihat tadi tak sepenuhnya seperti itu, aku memeluknya karena refleks saja setelah kak Ricky membuka pintu itu!" jelas Mawar,

"Tak perlu minta maaf, pasti ada yang menjailimu lagi. Kenapa kamu tidak melawan atau membalas?"

"Untuk apa, itu hanya akan membuat kita sama dengan mereka. Lagipula aku datang ke kampus kan bukan untuk membuat musuh!" sahut Mawar.

"Kamu menyukai Ricky?" tanya Dika tiba-tiba, membuat Mawar tertegun.

* * * * *

• White Rose

Tayang seminggu sekali setiap hari Jum'at.

Mohon maaf jika episode kali ini telat sampai malam, dan ada informasi nih. Bagi sahabat K yang kangen sama Liana, insya Allah SSPB yang ke -2 akan saya tayangkan di K mulai senin depan. Do'akan supaya lancar yak!

Terima kasih....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun