"Orangtuamu benar, mungkin seharusnya kau....!"
"Aku tidak mau membahas itu, kita sudah sepakat kan!"
"Tapi sekarang lihatlah, aku bahkan tak bisa berbuat apa-apa!"
"Mas, kita tidak boleh berputus asa. Semua cobaan itu pasti ada hikmahnya!"
"Tapi....!"
Zahra mendekat padanya, berlutut di depannya dan memungut tangannya. Menggenggamnya hangat, "bagaimana aku bisa meninggalkanmu, aku mencintaimu mas. Bagaimanapun keadaanmu, aku mencintaimu bukan hanya saat kau kaya atau pun sehat. Ingat janji suci kita, bahwa kita akan saling mencintai dalam susah maupun senang, sakit maupun sehat. Aku mencintaimu karena kau adalah suamiku, aku mencintaimu karena kau adalah imamku. Jadi jangan pernah berpikir seperti itu lagi, percayalah....kita akan melalui ini bersama-sama. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kempauan umatnya!"
Rasya memandang istrinya dengan tatapan kagum, ia tersenyum pada akhirnya.
"Terima kasih, sayang. Maaf, jika selama ini aku terlalu pesimis!" lalu ia pun mendongak ke atas, "terima kasih ya Allah, engkau telah menyandingkan hamba dengan wanita yang sangat luar biasa!"
Kemudian ia kembali menatap istrinya, "aku janji, aku akan bangkit dan berlatih berjalan lagi. Aku akan berjuang untuk keluarga kita, aku tidak akan membiarkanmu menanggung beban sendirian!" istrinya tersenyum padanya.
"Oya, mas. Aku punya kejutan!"
"Kejutan?"