Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #21 ; Batas Antara Baik dan Jahat Itu Sangat Tipis

1 Juli 2015   13:32 Diperbarui: 4 April 2017   17:45 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jadi, sejak kapan kalian punya hubungan di belakangku?"

Ridwan tak langsung menjawab, ia memang berniat memberitahukan Nadine semuanya tapi ia juga bingung mau memulainya dari mana.

"Kenapa kamu diam, aku tidak menyangka....kalau kalian berdua bisa berbuat seperti itu!"

"Tidak sepenuhnya seperti itu!"  

Nadine melempar matanya ke kolam, "masih ingin mengelak, aku melihat sendiri kalian selingkuh. Dan kenapa mesti Alisa? Ku pikir....dia benar-benar ingin menjadi temanku!"

"Dia memang temanmu!"

"Jika dia menganggapku sebagai temannya dia tidak akan menusukku!" kesal Nadine memutar kepalanya ke arah Ridwan. "Dan....., aku tidak tahu kalau kamu bisa menari. Apalagi yang aku nggak tahu tentang kamu? Aku pikir....aku sudah sangat mengenalmu, tetapi....sepertinya aku bahkan nggak tahu apa-apa tentang kamu!"

"Nadine, aku bisa menjelaskan semuanya!"

"Memang seharusnya begitu," potongnya.

"Kamu ingat, aku pernah bercerita padamu bahwa dulu aku pernah punya kekasih?" tanya Ridwan, Nadine diam. "Dan aku harus meninggalkannya karena orangtuaku mengirimku ke Oxfort, sebenarnya bukan itu satu-satunya alasan. Orangtuaku mengirimku jauh darinya karena apa yang di lakukannya, dulu hubungan kami memang di restui tapi....setelah peristiwa itu....Ibu bahkan membencinya!" Ridwan menghela nafas dalam, "dan wanita itu....!" Nadine menghela nafas untuk mempersiapkan apa yang akan di dengarnya, "wanita itu.... Alisa!"

"Al-Alisa!"

"Aku memang bisa menari, dulu aku juga punya mimpi yang sama. Tapi setelah semua yang terjadi....aku harus mengubur mimpi itu, aku harus mengubur Alisa dalam kenanganku. Mungkin....aku bisa melupakan mimpiku demi keluarga, tapi Alisa.....membutuhkan waktu untuk bisa melupakannya. Dan....aku baru sadar, aku tak benar-benar bisa melupakannya!"

"Jadi aku cuma pelarian?"

"Tidak juga,"

"Apa?"

"Aku tak mengingkari perasaanku padamu, bahwa aku juga mencintaimu.... Tapi aku juga masih mencintai Alisa!"

"Heah....he...he...., bagaimana bisa kamu mencintai dua orang sekaligus. Dan kenapa kalian tak jujur padaku dari awal?"

"Dulu Alisa pernah memintanya, memintaku meninggalkanmu dan menagih janjiku. Tetapi....sekarang dia justru ingin aku tak meninggalkanmu!"

"Haruskah aku percaya, dia terlihat sangat senang berciuman denganmu. Aku tak yakin dia akan meninggalkanmu, dan kamu....memangnya....kamu siap meninggalkan Alisa untuk kedua kalinya?"

Ridwan terpaku.

* * *

Cheryl melirik Ryan yang sedang berkonsentrasi menyetir, pria itu mendengar semua pembicaraannya dengan Lucas tapi dia tak menampakan ada amarah.

"Kamu mendengar semuanya kan, tapi kenapa kamu tak mengatakan apapun!"

"Kamu mau aku bicara apa?"

"Kamu tidak marah?"

"Kenapa aku harus marah?"

"Karena ternyata aku sangat jahat, aku sungguh tak pantas kamu cintai. Kamu terlalu baik untukku, Ryan!"

"Aku tak menganggap diriku baik, lalu apa hakku menilai apakah kamu jahat atau tidak!"

Cheryl tertegun, ia memutar kepalanya menatap Ryan.

"Batas antara baik dan jahat itu sangat tipis, orang baikpun bisa melakukan kejahatan dan terkadang....orang jahat juga bisa melakukan kebaikan yang tak kita duga. Dan....aku mencintai kamu bukan karena kamu baik atau jahat, cinta itu....tidak di ukur hanya sebatas sifat dan sikap!" Ryan menghela nafas, sementara mata Cheryl mulai sembab.

"Aku tidak keberatan jika kamu masih mmebutuhkan waktu untuk bisa mencintaiku, tapi kamu harus tahu....bahwa aku akan selalu ada untuk kamu. Tidak peduli bagaimanapun keadaannya!"

Cheryl menunduk, airmata mulai mengalir deras di pipinya. Ryan menyadari itu, "hei, ada apa?" Cheryl tersedu, ia menggeleng pelan lalu memandang Ryan sejenak sebelum menjatuhkan dirinya ke tubuh Ryan yang masih menyetir.

"Maafkan aku....maafkan aku....!" desisnya.

* * *

Ridwan mengendarai mobilnya dalam diam, sekarang Nadine yang memintanya meninggalkan Alisa. Alisa sendiri mengatakan bahwa dia yang akan mundur, tapi justru dirinya yang sekarang tak tahu harus berbuat apa. Rasanya jadi begitu berat meninggalkan keduanya, beberapa menit lalu ia sudah mantap ingin meminta Nadine mengerti jika hubungan mereka harus berakhir. Tapi sekarang, ia juga sepertinya tak rela jika pernikahan mereka harus batal tapi ia juga tak ingin Alisa pergi.

* * *

Alisa duduk di coffeshop tak jauh dari sanggar, matanya tertuju ke arah wanita yang belakangan menjadi sahabatnya. Nadine. Pagi tadi Nadine mengirimnya pesan untuk pertemuan ini.

"Kamu belum jawab Alisa!" seru Nadine, "iya!" sahut Alisa.

"Jadi pagi itu....saat ku perkenalkan kalian, kalian pura-pura tak saling kenal? Heah...he..he...dan aku bodoh sekali karena percaya begitu saja dengan sandiwaramu!"

"Tidak semuanya sandiwara Nadine, aku tidak tahu kalau ternyata Ridwan adalah tunanganmu sebelum pagi itu. Dan saat itu, aku hanya....hanya tidak tahu harus bagaimana!"

"Tapi seharusnya, setelah itu kalian bisa jujur padaku!"

"Maafkan aku, awalnya....aku sangat marah dan....aku sempat ingin membencimu karena itu!"

Nadine terdiam, ia ingat dulu Alisa sempat mendiamkannya beberapa hari. Jadi itukah sebabnya?

"Aku tidak berniat merebut Ridwan kembali darimu!"

"Tidak berniat...., lalu apa itu? Kalian menari bersama, kamu tahu Alisa...aku bahkan tidak tahu kalau Ridwan bisa menari!"

"Dia tak pernah memberitahumu?"

"Itu bukan point utamanya, jujur....aku sangat kecewa padamu. Aku pikir....kamu benar-benar ingin berteman sama aku?"

"Tentu saja aku ingin berteman sama kamu!"

"Kalau begitu seharusnya kamu jujur padaku sejak awal,"

"Maafkan aku Nadine!"

"Berhentilah minta maaf, kamu....kamu lebih jahat dari dugaanku Alisa!"

"Nadine!"

Nadine langsung berdiri dan beranjak pergi, Alisa tak memanggilnya untuk menghentikan langkah temannya karena ia tahu itu akan percuma.

Sejak itu hubungan mereka jadi renggang, di sanggar keduanya tak pernah tegur sapa meski sebenarnya ingin. Dan tahu, siapa yang tertawa? Cheryl, Cheryl tertawa di dalam hatinya. Dan kesempatan itu di ambilnya untuk mendekati Nadine, mencoba membuat Nadine semakin jauh dari Alisa. Setelah itu dia juga akan membuat Nadine menjauh dari Ridwan.

Pagi itu Alisa berdiri di depan loker Nadine, memandanginya. Ia sungguh masih ingin mereka bisa tertawa bersama, latihan bersama seperti dulu. Beberapa teman mulai berdatangan, Alisa terperanjat dengan derap langkah kaki dan menyingkir. Ia segera memasuki ruang latihan dan melakukan pemanasan terlebih dahulu. Latihanpun berjalan seperti kemarin-kemarin. Tapi di tengah latihan itu, tiba-tiba Nadine jatuh terjerembat. Membuat latihannya harus terhenti seketika, semua temannya menoleh padanya.

Nadine merintih seraya memegang pergelangan kakinya, beberapa teman segera menghampirinya.

"Nadine!" seru mereka, Alisa berdiri diam memandangnya karena saat dirinya hendak menghampiri Nadine langkahnya terhenti karena Cheryl sudah lebih dulu menghampirinya, "Nadine kamu kenapa?" tanya Cheryl. Miss. Anna pun menghampirinya, "Nadine!"

"Kakiku!" rintihnya, semua mata tertuju ke kaki Nadine. Sepatunya rusak, Cheryl melepasnya dari kaki Nadine, mengamatinya. Bagian talinya ada yang putus, bagian ujung sepatunya juga rusak. Seperti ada yang sengaja merusaknya, lalu dia pun mengangkat kepalanya memandang Alisa. Alisa tercengang dengan tatapan Cheryl yang melemparkan tuduhan, "kamu pasti yang melakuakannya!" desis Cheryl, semua matapun mengarah ke Alisa. Beberapa gadis memang melihat Alisa di depan loker Nadine saat mereka baru datang.

Nadine juga mengangkat kepala ke arah Alisa yang hanya diam.

* * * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun