Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Last Hunter #Part 2

23 Juni 2015   20:26 Diperbarui: 21 September 2018   20:46 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda yang dipanggilnya Charlie itu menghampiriku, "He, Bung, kau boleh tinggal di sini. Di kamarku, tapi aku tidak suka jika kau menyentuh barang-barangku. Kau mengerti!"

"Aku mengerti, terima kasih!"

"Sekarang enyahlah ke kamar mandi, baumu tidak enak!" serunya. Aku pun langsung melompat ke kamar mandi, segar sekali rasanya bisa kembali bergumul dengan air. Untung pakaian Charlie pas. Aku keluar menemui keduanya yang masih sedikit berargumen di dapur.

Keduanya menoleh, kulihat Keira menatapku dalam. Ok, soal tampang aku tidak mengecewakan para gadis, hanya sikapku yang menutup diri sering membuat mereka berfikir aku aneh. Aku berjalan ke arah mereka, "Well, kurasa aku harus pulang dulu. Aku harus membereskan rumah sebelum pamanku kembali dari luar kota!" seru Keira. "Jika kau butuh sesuatu, kau bisa minta tolong pada Charlie!"

"Aku!" protes Charlie.

Keira tersenyum dan berjalan keluar, kupandang mobilnya melaju melalui jendela. Rumahnya berseberangan dengan Rumah Charlie, kulihat rumah itu. Ia membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua, berhadapan dengan kamar Charlie. Kurasakan mata Charlie mengamatiku,

"Kau menyukai temanku, ok. Karena Keira pikir kau orang baik maka aku percaya padanya, tapi aku masih tak percaya padamu!" aku hanya meliriknya.

"Beruntung ini hari minggu, aku bisa menemanimu. Tapi, ya Tuhan, apa yang akan kukatakan pada orangtuaku tentangmu? Mereka tahu semua temanku kecuali kau. Tentu, aku saja tidak mengenalmu!" kesalnya.

Dia terlalu banyak bicara dan itu membuatku muak, "Boleh kupinjam komputermu?" tanyaku.

"Sudah kukatakan jangan menyentuh barang-barangku!"

"Itu sebabnya aku minta ijin, jika kau mau aku segera pergi dari sini!" seruku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun