"Itu!" Danny mengepalkan tinjunya, "itu tak berarti apa-apa, anggap saja.....aku tak pernah membuat pesan itu!" serunya lalu melanjutkan langkahnya dan menghilang di balik pintu kamarnya.
Karen masih terpaku di sana, sebutir airmata menggelinding melewati pipinya. Sementara Danny bersandar di balik pintu, ia sendiri tidak tahu apakah langkah yang di ambilnya salah atau benar. Tapi ia tak ingin Karen menanggung semua itu, menanggung dirinya, anak-anaknya. Ia memejamkan mata, sebuah rasa sakit kembali muncul di kepalanya. Sekuat tenaga ia tetap mencoba bertahan, mencoba tidak meraung, tidak merintih. Hanya mengepalkan tinjunya untuk menahan rasa sakit itu, keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhnya. Rasa sakit itu kini makin menjadi dan tak tertahankan. Ia melangkah ke ranjang dan membiarkan dirinya terhempas di sana seraya meremas kasur untuk menahan rasa sakit yang kian menjadi.
* * * * *
Â
• A Danny Hatta Novel Trilogi ;
# Price of Blood (the last novel)
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H