Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Price of Blood #Part 27

20 Mei 2015   00:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Lama Danny hanya terdiam menatap anak lelaki yang tidak lain adalah darahnya sendiri, ia hanya tak menyangka kalau selama ini ternyata dirinya memiliki seorang putra yang begitu mirip dengannya. Dan itu ia dapatkan dari Karen, wanita yang pernah menjadi kekasihnya selama tiga tahun. Dan selama itu pula ia meyakini bahwa ia tidak pernah mencintai wanita itu meski ia tahu betapa besar cinta yang wanita itu miliki untuknya sehingga namanya pun di berikan untuk putra yang di lahirkannya. Putra yang tak pernah ia tahu kehadirannya, bahkan Karen tak pernah menikah meski ia menyadari perannya sebagai orangtua tunggal dan putranya tetap membutuhkan nama seseorang sebagai ayahnya. Karen bahkan tetap mencantumkan namanya sebagai ayah kandung Sammy di akta kelahiran anak itu.

Karen menatap Danny yang membelai rambut Sammy, ia tahu Danny adalah seorang ayah yang baik. Itu sudah terbukti bagaimana dia bisa mendidik Sharon selama ini, bahkan sepeninggal istrinya. Seandainya saja Danny tahu tentang Sammy dari dulu, mungkin.....

Karen segera menepis pikiran itu dengan menggelengkan kepala. Itu sangat egois, dan ia tak mau seperti itu. Bukan sepenuhnya salah Sarah dan Danny jika ia tak bisa bersama pria itu, tapi itu juga merupakan salah papanya. Ia senang karena Danny tak membencinya setelah tahu apa yang telah papanya lakukan terhadap ayah Danny dan juga Danny sendiri selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan saat itu. Berbagai macam cara di lakukan agar Danny bisa terbunuh secara bersih tanpa harus mengotori tangannya sendiri, tapi takdir berbicara lain. Danny selalu berhasil survive sehingga pada akhirnya justru mampu membongkar kebusukan papanya di balik jabatan yang di sandangnya selama ini. Ia hanya tak pernah berfikir akan di pertemukan kembali dalam keadaan seperti ini, mungkin itu sebabnya Tuhan memanggil Sarah lebih dulu agar dia tak tersakiti oleh keadaan ini jika saja masih hidup. Tapi apakah benar, Tuhan mengirimkan Sammy padanya agar dirinya bisa mendapatkan cinta Danny yang selama ini ia inginkan? Sebutir airmata menggelinding di pipinya. Danny menatapnya dari samping ranjang Sammy, perlahan ia melangkah ke arah Karen.

Wanita itu tidak sadar kalau Danny sudah berdiri di hadapannya, ia tersentak saat tangan pria itu menyentuh pipinya untuk menyeka cairan hangat yang membasahi pipinya. Tapi ia segera diam kembali ketika menemukan mata Danny di hadapannya. Membiarkan pria itu melanjutkan apa yang di lakukannya.

"Tak perlu takut, semua akan baik-baik saja!" desis Danny.
"Aku pikir......, kami akan kehilanganmu!"
"Itu tidak akan terjadi!" janjinya.

Buliran bening kembali meluncur, Karen segera merebahkan dirinya ke dada pria itu dan Danny pun menyambutnya. Memeluknya erat, merasakan cintanya yang masih sama besar seperti dulu. Ia merasakan sakit di dadanya, bagaimana bisa selama ini Karen bertahan dengan cinta yang di pendamnya selama belasan tahun. Cinta yang murni, yang tak pernah di baginya kepada pria lain. Danny mempererat dekapannya, seolah tak ingin melepasnya lagi untuk kesekian lainya.

*****

Danny masih terlelap ketika seseorang menubruk tubuhnya, ia membuka mata seketika. Dan tubuh Sharon sedang mendekapnya erat dengan linangan airmata.

"Hai pumpkin!" sapanya.
"Papa jahat, papa sudah sadar tapi kenapa tak bangunkan aku?" kesalnya, Danny membelai rambutnya dan mendaratkan kecupan di pipi, "maafkan papa, bagaimana keadaanmu?"

Sharon melepas pelukannya, "buruk!" sahutnya, "papa membuatku takut setengah mati, aku pikir.....aku akan kehilangan papa!" tangisnya.
"Papa baik-baik saja, lihatlah!" Danny menyeka airmata yang membanjiri pipi putrinya, "putri papa kan gadis yang tangguh, jadi jangan menangis. Kalau cengeng bagaimana bisa mengendarai pesawat tempur!" cibirnya.

Sharon memukul perut Danny lembut, "auw!" rintih Danny dalam tawanya, lalu ia kembali memeluk putrinya. Dari punggung Sharon ia bisa melihat Sammy, iapun melepaskan pelukannya terhadap putrinya lalu bangkit duduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun