Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Price of Blood #Part 26

18 Mei 2015   15:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Alicya!" desisnya,
"Frans, bagaimana?"
"Kami masih menunggu!"
"Ya Tuhan....., seburuk itukah?"

*****

Karen menghampiri Sammy yang sudah sadarkan diri, anak lelaki itu berpelukan dengan sang Ibu. "Mom, how about Sharon?" tanyanya.
"Dia baik-baik saja, hanya.....dia masih sangat shok!"
"And Dad?"

Karen terdiam, menatap putranya. Sammy tahu ada yang tidak beres, "Mom, what happened?" desisnya mulai cemas. Karen mencoba tersenyum, "kau pulihkan kondisimu dulu ya, semua akan baik-baik saja!"
"Don't lie to me!" pintanya, "Mom, please!" Karen meneteskan airmata, "kami masih belum tahu kondisinya sekarang, Danny menghirup gas beracun dari kebocoran tabung itu dalam jumlah yang tinggi!"
"No!" desis Sammy.

Ia mencoba mengingat apasaja yang terjadi, tapi ada beberapa bagian yang dia tak ingat. Setelah ia pingsan akibat suntikan yang di berikan anak buah Ferian, lalu saat ia sadar ia melihat Sharon hampir tertembak sampai mereka berusaha keluar dari tempat itu dan harus berakhir dengan kepalanya yang kembali seperti di hantam palu. Setelah itu ia tak ingat apapun lagi kecuali bangun di ruangan itu melihat ibunya di sampingnya.

Sammy melepas infus di telapak tangannya dan meluncur dari ranjang, "sammy, kau mau kemana?" panik Karen, "aku harus melihat Sharon!" sahutnya. "tapi kondisimu masih lemah!" larang Karen. Sammy tak peduli akan hal itu, "Mom!" desisnya menatap ibunya. Dan Karen mengerti tatapan itu, sama seperti saat dulu Danny bersikeras menemui Sarah meski keadaannya masih kritis. Ia pun menuntun putranya keluar dari ruangan menuju ruangan Danny berada, Sharon duduk di kursi tunggu bersama Frans.

Sammy duduk di sampingnya, menatap gadis itu. Perlahan Sharon mengangkat wajahnya, membalas tatapan sang kakak. Lalu keduanya berpelukan, Sammy mencoba bersikap tenang untuk memberikan kekuatan pada adiknya padahal ia sendiripun merasakan hal yang sama. Takut kehilangan ayah yang baru saja ia temui, yang baru saja bisa di panggilnya Daddy.

Dokter akhirnya keluar dari ruangan itu, membuka maskernya. Semuanya langsung berdiri, "dokter, bagaimana?" tanya Frans mewakili semuanya. "saat ini kami berhasil membersihkan racun dari dalam darahnya dengan serum yang telah kita dapatkan, tapi masih perlu beberapa proses lagi untuk membersihkan beberapa organ yang juga terkontaminasi, terutama paru-paru dan otaknya!"

"Tapi dia bisa selamat kan dok?"
"Kami masih belum bisa memastikan hal itu!"
"Apa kami boleh menemuinya?"
"Untuk saat ini pasien belum boleh di temui sampai benar-benar bersih, tapi secara mental....tidak ada yang perlu di khawatirkan. Dia memiliki keinginan kuat untuk tetap hidup!"

Ada sedikit kelegaan setelah mendengar kalimat terakhir dokter, meski itu belum menjamin apakah Danny akan selamat atau tidak. Sharon berjalan perlahan ke pintu, mengintip dari kaca di sana. Sebutir airmata kembali menggelinding.

Papa harus hidup, papa sudah janji padaku tidak akan meninggalkan aku sendirian. Papa harus hidup untuk janji itu! Harus.


*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun