Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

White Rose #9 Sebuah Kerinduan

18 Mei 2015   11:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:52 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Soal cewe, kata Awan....kamu punya hubungan sama cewe bersepeda itu?" tanya Sam.
"Dia gadis pemilik kalung itu!"
"Ha...., dia...tapi bukannya Rose itu.....pincang?"
"Dia nggak pincang!" seru Dika dengan nada marah menatap temannya. "maksud kita....yang dulu kakinya sempat sakit itu kan? Sejak kapan dia di Jakarta?" seru Tata.

Dika tak menyahut, bayangan Rose boncengan dengan Jerry masih jelas di benaknya. Kenapa harus Jerry? Tapi ia juga tak mau kalau itu Ricky, itu akan membuat otaknya makin mendidih. Apapun uang berbau Ricky membuatnya ingin mengamuk.

Sementara Ricky mengajak Mela ke makam orang tua kandungnya, rasa sesak itu masih ada karena hingga sekarang ia tak tahu dimana keberadaan adik kandungnya. Ia merasa malu kepada kedua orangtuanya karena tak mampu menjaga amanatnya.

Mela menyentuh bahu Ricky, "ini sudah 10 tahun Ricky, dan tak seharusnya kamu terus menyalahkan dirimu atas menghilangnya Rose!"
"Lalu aku harus menyalahkan siapa, Tuhan? Itu tidak mungkin kan, semua memang salahku. Harusnya aku tak memaksanya pergi hari itu, kami memang membutuhkan waktu untuk bisa memulai hal baru, terutama Rose!"
"Tapi kita tidak bisa memutar waktu ke belakang, menyesali apa yang sudah terjadi tidak akan mengubah apapun. Kita berdo'a saja semoga kamu bisa bertemu dengan Rose kembali jika dia memang masih hidup!"

"Aku sangat merindukannya, Mel. Aku sangat merindukannya.....!" desisnya, dan ia malah teringat wajah Mawar di ruang lukis itu. Dan mengingat hal itu....justru membuat hatinya sakit.

Setelah dari makam mereka pergi ke pantai, seperti biasa Ricky memainkan lagu kesukaan Rose dengan harmonika adiknya itu. Satu-satunya benda yang tersisa yang bisa membuatnya merasa dekat dengan adiknya. Mela membiarkan saja pacarnya memainkan lagu itu berulang kali tanpa ingin mengganggu, ada airmata yang menitik di pipi Ricky ketika ia makin hanyut memainkan lagu itu di iringi nyanyian ombak. Seandainya saja ombak ini mampu berbicara, ia ingin sekali ombak itu menyampaikan kepada Rose dimanapun dia berada bahwa dirinya masih akan terus mencarinya. Dan masih sangat menyayanginya.

*****

•White Rose

Tayang seminggu dua kali, Senin dan Kamis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun