Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Price of Blood #Part 25

14 Mei 2015   10:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:03 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


"Jangan pikirkan itu, aku-senang melakukannya. Oya-tolong sampaikan pada papamu....., aku merasa terhormat bisa membantunya!"

"Kenapa kau bicara seperti itu?"


Budi mengembangkan sebuah senyuman, ia mengalihkan pandangannya dari wajah gadis 12 tahun di sampingnya. Menatap ke langit luas di atas sana, ia seperti melihat wajah Erika tersenyum padanya. Lalu perlahan ia pun menutup matanya dan terdiam.


"Hei...., hei....kau-masih di sini?" desis Sharon lirih, tapi pria itu tak bergerak sedikitpun. Ada buliran bening yang jatuh dari mata Sharon, bagaimana pun pria itu menyelamatkan nyawanya juga menyelamatkan Sammy. Ia menyentuh lengan pria itu, seolah ingin mengucap sesuatu tapi ia hnaya diam memandangnya saja lalu beranjak ke helikopter dimana Sammy sudah terbaring dengan beberapa peralatan medis tapi tangannya di ikat di sisi ranjang untuk sekedar antisipasi. Anak lelaki itu mendapatkan beberapa luka di kepala saat bertarung dengan Budi, bahkan salah satu lukanya ia dapatkan saat bertarung dengan ayahnya sendiri. Sharon menatap wajah kakaknya, duduk di sampingnya.


"Aku harap kamu akan baik-baik saja, bukankah kita baru bertemu......jadi kamu harus kembali!" desisnya.


Danny berhasil menghantam Ferian beberapa kali hingga tak sadarkan diri, ia memeriksa apakah orang itu masih hidup atau tidak. Ternyata Ferian hanya pingsan, tak apa tapi asap dari gas itu semakin tebal dan mulai membuatnya tak bisa bernafas. Ia mencoba mencari keycard yang tadi terlempar untuk membuka pintu kaca yang tebal itu, tapi pandangannya tertutupi asap. Sementara tadi ia sudah mencoba menekan tombol yang di tekan oleh Ferian tapi tak berhasil. Ia takut jika salah menekan tombol bisa-bisa nanti malah meledakan tabung itu. Danny mulai terbatuk-batuk, ia memegang dadanya karena nafasnya semakin tercekat. Ia mendekati pintu kaca dan mencoba mendobraknya, itu tidak berhasil lagipula tubuhnya mulai lemas. Ia mengetuk pintu itu beberapa kali dengan tinjunya. Rasanya ia sudah mulai tak bisa bertahan, perlahan tubuhnya merosot ke lantai.


Jonan menjebol pintu ruangan itu, ia segera menyuruh semua anak buahnya menyebar ke dalam tetap dalam siaga.


"Jendral!" seru salah satu anak buahnya, Jonan segera menghampirinya. Danny bisa mendengar suara itu, ia pun meletakan tangannya di kaca dengan lemah. Secara samar Jonan bisa mengenali siapa yang ada di dinding kaca dalam ruangan itu.


"Danny!" desisnya, ia mendekatinya. Melihat temannya sudah terlihat semakin lemah, "bertahanlah, aku akan mengeluarkanmu!" serunya. Mereka mulai mencoba membuka pintu kaca itu dengan alat pemindai untuk mengetahui kodenya. Semuanya memakai masker pelindung agar tak menghirup asap dari dalam ruangan itu. Beberapa pihak juga mengamankan cairan-cairan yang ada dalam ruangan itu, Jonan bahkan meminta bantuan tambahan untuk datang ke tempat itu karena ternyata banyak zat berbahaya yang harus di amankan.


Setelah pintu terbuka, mereka segera membawa tubuh Danny yang sudah tak sadarkan diri keluar dari sana. Mereka juga menemukan Ferian yang ternyata masih bernafas. Danny segera mendapatkan pertolongan medis, tapi karena ia sudah terkontaminasi maka para ahli medispun harus menggunakan pelindung saat menanganinya.


Sharon hendak berlari ke arah ayahnya ketika ia melihat tubuhnya ayahnya di bawa keluar dari gedung itu tapi ia di hentikan karena untuk saat ini ia tak boleh berada terlalu dekat dengan Danny. Mereka segera di terbangkan dengan helikopter menuju rumah sakit. Saat dalam perjalanan Sharon bertanya pada salah satu dokter yang berada satu helikopter dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun