Sementara Sharon sedang mencoba menenanhkan Sammy yang kesakitan, "lakukanlah sesuatu?" pinta Sharon terhadap Budi, Budi sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan anak lelaki itu. Ia mencoba mengangkat tubuhnya, "sebaiknya kita membawanya keluar dari sini, aku yakin di luar Jendral Jonan membawa dokter!"
"Tapi....!"
"Kita tidak punya waktu!" ajak Budi seraya membantu Sammy berdiri di bantu dengan Sharon. Tapi tiba-tiba Sammy terdiam, keduanya bingung. Perlahan ia menurunkan tangannya dari kepala, mengangkat kepalanya perlahan dengan tegap.
"Sammy!" desis Sharon,
Sammy melirik Sharon lalu mendorongnya keras, membuat tubuh gadis itu terpental ke tembok. Sebelum Budi bereaksi, Sammy juga menghantamnya hingga terpental. Sharon merintih kesakitan, ia mencoba berdiri.
"Sammy, apa yang terjadi padamu?" tanyanya, Sammy yang tadinya hanya diam menoleh mendengar suara Sharon, iapun melangkah dengan cepat ke arah gadis itu. Tanpa memberi ruang ia segera mencengkeram leher Sharon sekuat tenaga, Sharon mencoba melepaskan cengkraman kakaknya di lehernya. Tapi tangan yang melingkari lehernya itu sangat kuat, ia mulai sesak nafas.
"Sam-sammy!" desisnya tercekat, hampir tak terdengar. Budi segera menghampiri mereka, mencoba melepaskan tangan Sammy dari leher adiknya, tapi tangan anak lelaki itu sangat kuat.
"Sammy, Sammy lepaskan!" seru Budi, Sammy malah menghantam Budi, melepaskan Sharon. Tubuh gadis itu merosot ke lantai seraya terbatuk-batuk memegang lehernya. Tubuhnya sudah cukup lemas karena hampir kehabisan nafas. Kini Budi bertarung dengan Sammy, kekuatan anak itu menjadi bertambah lebih tangguh seperti orang dewasa. Budi sampai kewelahan menghadapinya, bahkan anak itu berhasil merebut senjata api yang ia selipkan di pinggangnya beberapa menit lalu saat hendak membantunya. Tak menunggu lama, Sammy menembak Budi dan mengenai dada kanannya. Membuat pria itu terpental ke tembok. Perlahan Budi jatuh ke lantai, Sharon hanya terdiam menyaksikan hal itu.
"Sammy!" desisnya lirih, tapi suaranya masih terdengar oleh Sammy. Membuat anak itu menoleh padanya lagi dengan tatapan yang mengerikan. Itu bukan Sammy, dia lebih terlihat seperti monster. Perlahan tubuh Sammy berputar ke arahnya, senjata api masih di tangannya. Masih terlihat kepulan asap di moncongnya. Sharon menatapnya dengan rasa takut juga perasaan tak percaya kalau Sammy bisa berubah sekeji itu. Ternyata dia belum benar-benar sadar dari pengaruh eksperimen yang di lakukan pria itu, sekarang Sammy mengangkat tangannya yang berisi senjata api ke arah Sharon. Membuat gadis itu makin tercekat, dari ekspresi wajahnya Sammy sudah siap menarik pelatuk untuk membidik adiknya sendiri.
**********
A Danny Hatta Novel Trilogi ;
# Price of Blood (the last novel)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H