Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Price of Blood #Part 24

10 Mei 2015   20:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Danny melirik Ferian yang sedang menekan beberapa tombol di dalam ruangan berkaca itu, sepertinya bajingan itu hendak membuka tabung berisi gas beracun itu. "aku akan berusaha menghentikan Ferian!" sahutnya.

Sammy dan Sharon menggeleng bersamaan, "tidak!" desis Sharon, "Dad!" seru Sammy. Danny memandang kedua anaknya, "kalian tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Sammy, kau harus berjanji padaku. Bawa adikmu pergi dari sini, pastikan dia selamat!" pintanya.
"Pa....!" desis Sharon,

Danny membawa keduanya keluar dari ruangan lab bersama Budi yang terlihat meringis-meringis. Ia mendorong kedua anaknya keluar dari ruangan itu, "kalian harus segera keluar dari sini!"
"Tapi pa!"

Danny segera menekan sebuah tombol di sisi pintu, pintupun mulai berderit. Sharon hendak melangkah tapi Sammy menahan tangannya, "papa!" serunya, perlahan pintu tertutup rapat. Danny menguncinya.

"Papa!" teriak Sharon,
"Kita harus pergi dari sini!" ajak Sammy,
"Tidak, kita tidak bisa meninggalkan papa!"
"Tapi di dalam sangat berbahaya, kita membutuhkan bantuan dari luar!"
"Sammy!"
"Dia benar, kita membutuhkan alat untuk melindungi diri dari benda-benda itu. Ada bantuan di luar!" seru budi agar Sharon mau ikut, tapi gadis kecil itu rasanya masih tak mau ikut keluar. Tiba-tiba Sammy merasa kepalanya kembali sakit, ia memegang kepalanya seraya meraung.

"Sammy, kamu kenapa?" panik Sharon, "arrrggghhhh!" teriaknya.

Sementara Danny menghampiri Ferian ke dalam ruangan kaca itu, "seharusnya kau pergi!" seru Ferian seraya menekan sebuah tombol di meja, pintu di belakang Danny terutup seketika. Terkunci. "apa yang kau lakukan terhadap benda itu?"

Ferian malah tertawa, "kau mau tahu menuju kemana serum itu?" tunjuknya dengan matanya. Danny melirik tabung besar di sampingnya. Ia terdiam, menunggu Ferian memberinya penjelasan. "tabung itu terhubung ke pipa air minum warga, jika ku tekan tombol ini maka semuanya akan mengalir ke daerah pemukiman. Bercampur dengan air yang mereka gunakan untuk minum, mandi dan makan. Dosisnya sudah di sesuaikan, siapapun yang terkena racun itu akan mati perlahan. Sama seperti rekan-rekanmu!"

"Kau tidak seharusnya melibatkan warga yang tidak tahu apa-apa!" geram Danny, "aku mendapatkan proyek besar dalam hal ini. Kau tahu....tidak akan terjadi apapun padaku karena satu-satunya serum penawar itu sudah bercampur ke dalam darahku. Jika aku mati atau tubuhku hancur, penawar itu tidak akan bisa di gunakan lagi!"
"Kau memang bedebah!"

Ferian membawa sebuah benda di tangannya, ia melirik keluar ruang kaca. "semua benda di luar itu tak berarti apa-apa, tapi di dalam ruangan ini.....bisa saja membunuhmu!"
"Aku tidak pernah takut mati, tapi sebelum aku mati.....aku tidak akan membiarkanmu mencelakai lebih banyak orang yang tidak bersalah!"
"Ha....ha...., kenapa kau peduli pada mereka? Mereka hanya segelintir orang-orang yang tidak berguna, aku bisa memberimu penawaran.....jika kau biarkan aku pergi, aku akan membagi 50% keuntunganku padamu. Bagaimana?"
"Aku tidak tertarik dengan uangmu!" tolak Danny,
"Kalau begitu kau memilih mati?"
"Kau yang akan mati!" Danny mulai melangkah, tapi Ferian menunjukan benda di tangannya. Membuat Danny menghentikan langkah, "jika kau berani menyerangku, akan ku pastikan para warga mati hanya dalam waktu kurang dari sejam!" ancamnya. Ferian melirik benda di pinggang Danny.

"Berikan senjata apimu?" pinta Ferian, Danny mengepalkan tinjunya tapi ia menuruti keinginan Ferian. Ia mencabut senjata apinya dan melemparnya ke arah Ferian. Perlahan Ferian merunduk untuk memungut benda itu, matanya masih melekat pada Danny tapi Danny lebih cepat dari dugaannya. Ia menyerang Ferian dengan cepat, membuatnya terjatuh. Benda di tangannya terpental ke lantai. Danny memberinya beberapa hantaman di wajah, Ferian melawan. Ia menendang punggung Danny hingga menyingkir dari atasnya. Ferian pun bangkit, Danny menyerangnya kembali dan dia melawan. Kini keduanya berkelahi, mata Ferian melirik ke benda di sudut ruangan. Ia harus mendapatkan benda itu kembali agar bisa terlepas dari Danny Hatta, hanya jika ia memegang benda itu ia bisa menghentikan Danny untuk menyerangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun