Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Price of Blood #Part 20

16 April 2015   09:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:02 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Danny mematikan handphonenya!" seru Frans seraya menaruh telepon ke tempatnya, Karen memandangnya dengan kesal, "tapi kata Jendreal Jonan, dia datang sendiri ke sana!" tambahnya.

"Kemana?"
"Ke tempat dimana ada kemungkinan Sharon berada, tapi Jendral Jonan sudah menyiapkan beberapa anggotanya untuk siaga. Mungkin Danny akan menghubunginya untuk minta bantuan jika waktunya sudah tepat!"

"Dan kita hanya berdiam diri di sini?" kesal Karen seraya bangkit dari kursinya, "kekhawatiranmu berlebihan Karen, cobalah untuk sedikit tenang!" bujuk Vincent, "kau sudah gila jika kau pikie aku bisa bersikap tenang!" balasnya.

"Kita sedang melakukan menyidikan tentang siapa saja yang terlibat, mungkin saja saudara Anton terlibat. Dan mungkin juga dia bisa memberitahu kita apa yang sebenarnya ada di sana!" seru Frans. "kita juga sedang mengembangkan serum penawar untuk racun itu, semoga itu akan berhasil!"

Karen memandang Frans penuh arti, "kenapa kau bicara seperti itu, apa menurutmu.....ada kemungkinan anak-anak bisa mengalami apa yang di alami MayJend Rizky?"
"Hanya untuk berjaga-jaga!"
"Oh Tuhan!" desis Karen memegang kepalanya, mendadak ia jadi merasa sedikit pusing. Bagaimana kalau itu benar terjadi? Ia kembali duduk di kursi dengan lemas.

Danny dan Budi mengendap di antara semak-semak, ada beberapa orang yang berada beberapa meter di depan mereka. Ada juga sebuah menara tempat mereka berjaga, di atasnya juga ada seseorang yang selalu siaga.

"Aku akan kesana, kau tahu tugasmu!" serunya pada Budi, pria itu mengangguk. Danny mulai melangkah perlahan sementara Budi bersiaga dengan senjatanya untuk melindungi Danny. Dua orang yang sedang berjaga di sana dengan senjata lengkap di tubuhnya sedang sedikit bersantai sambil mengisap rokok. Meski matanya tetap menyisir ke sekitarnya, Danny bersembunyi di balik semak tak jauh dari salah satunya.

"Sial!" maki salah satunya, "kenapa kau?" tanya temannya, "biasa, apakah kita akan selalu buang air di semak-semak? Sebenarnya perutku juga sedikit melilit!" serunya membuang puntung rokok itu dan menginjaknya, temannya hanya tersenyum mencibir. Sementara orang itu melangkah sedikit menjauh untuk buang air kecil. Ia menepikan senjatanya ke punggung dan menghadap semak yang tinggi, mulai membuka resleting celananya. Danny melangkah super hati-hati, sedikit memutar. Orang itu seperti mendengar ada pergerakan, ia terdiam sejenak tapi setelah itu ia menepikan kecurigaannya, yang penting ia mau melegakan perutnya dulu. Danny berdiri di belakangnya, orang itu kembali merapatkan resleting celananya seraya berbalik tapi seketika ia diam terpaku. Danny meninju wajah orang itu sebelum orang itu bereaksi hingga terpental, ia juga tak membuang waktu. Segera saja ia memungut kepala orang itu dan mematahkan lehernya sebelum orang itu sempat melawan. Ia pun melempar orang itu dari tangannya begitu saja, lalu menoleh ke kanan dan ke kiri.

Ia pun segera melangkah menuju menara, sementara salah satu penjaga itu mulai resah karena temannya tak kunjung kembali.

"Kenapa dia lama sekali?" keluhnya, Danny mendekatinya seraca perlahan. Orang itu celingukan seraya menggaruk lehernya, sedikit berjalan untuk memantau. Ia melihat pergerakan di antara semak belukar, ia terdiam sejenak lalu mendekatinya dengan mengangkat senjatanya. Matanya melirik kanan-kiri secara hati-hati. Tapi Danny sudah berada di bawah menara sementara orang itu menjauh ke semak, Danny menaiki menara itu. Sementara Budi merasa tak tahan hanya memantau iapun berjalan mendekat ke arah orang yang sedang berjalan ke semak itu. Ia tak mengendap-endap seperti Danny tapi langsung saja berjalan cepat hingga menimbulkan suara bergesekan sesama semak yang tinggi. Orang bersenjata itu merasakan pergerakannya, ia pun melontarkan tembakan ke arah suara. Seketika hal itu membuat Danny dan orang yang berada di atas menara terkejut, orang itu melongo untuk melihat apa yang terjadi. Untungnya dari sisi yang berlawanan dari tempat Danny memanjat, orang itu justru melihat pergerakan Budi hingga harus membidiknya, tapi meleset. Budi segera menghindar, sementara orang yang di semak itu juga melihatnya dan melemparkan tembakan kembali. Dari pos di depannya yang berada puluhan meter dari pos pertsma juga mendengar suara tembakan itu.

"Ada apa itu, apa ada penyusup?" seru salah satunya, mereka segera melihat dari teropong dan bersiaga. Sementara Budi sedang berkelahi dengan orang yang ada di bawah, Danny berhasil naik ketika orang di atas menara itu sedang mencoba mengunci lawan temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun