Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[PDKT] Cinta Dalam Sepotong Mendoan

5 April 2015   00:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:32 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta Dalam Sepotong Mendoan


By : Y. Airy
no : 8

"Aduh....ngantrinya lama amat sih!" keluh Fahmi seraya menggaruk kepalanya, entah itu gatal atau nggak. "kalau nggak takut jadi anak durhaka mana mau aku ngantri mendoan buat Bunda gini," tambahnya lagi.

Bunda Fahmi memang maunya mendoan di tempat itu, cuma pedagang kaki lima. Tapi katanya rasanya itu loh....enaknya selangit, mana yang jual ramah dan cantik lagi! Fahmi jadi ingat pujian Bundanya sama gadis penjual mendoan itu. Memang sih, kalau Bundanya beli sendiri juga dirinya ikut makan. Memang enak pula, tapi diam-diam dalam hati Fahmi jadi penasaran tentang gadis mendoan itu. Setelah mengantri lama kaya' ular akhirnya tinggal nunggu satu lagi. Fahmi asyik BBM-an sama temannya ketika itu, ia sempat mendengar suara sang gadis saat melayani pembeli. Sepertinya tidak asing di telinganya.

Iapun mendongakkan kepalanya untuk mencari tahu siapa si gadis, seketika matanya serasa mau loncat ketika melihat gadis itu.

"Putri!" desisnya.

Gadis itu menoleh padanya, "kak Fahmi!" sahutnya. Fahmi langsung meloloskan diri dari antrian, lagipula memang sudah gilirannya. "kamu.....kamu yang jualan di sini?" tanyanya hati-hati. Putri tersenyum tampa malu.

"Iya, kak Fahmi ngapain di sini?"
"Beli mendoan?"
"Doyan mendoan juga?" tanya Putri seraya membungkus beberapa biji mendoan pesenan orang yang tadi di belakang Fahmi tadi. "pesenan Bunda!" sahut Fahmi.

Putri memang gadis incaran Fahmi sejak tahun lalu, dia langsung kecantol sama di gadis waktu pertama kali bertemu di Orientasi Mahasiswa baru. Kebetulan mereka satu Fakultas tapi karena dirinya senior yang hampir pensiun dari sana terkadang susah ketemu.

"Mau beli berapa?"
"10 biji aja. Eh....emangnya kamu memang jualan mendoan di sini ya?"
"Biasanya sih, Ibu yang jualan. Tapi karena beberapa hari ini Ibu nggak enak badan jadi aku yang gantiin. Tapi biasanya emang aku bantuin juga sih!"
"Gitu!"

Setelah dapat pesanan Bundanya Fahmi masih tak beranjak, ia masih berdiri di dekat gadis itu. Mungkin malahan bakal nungguin sampai tutup kalau sang Bunda tidak menelponnya dan ngomel. Sejak malam itu setiap Bundanya mau beli, Fahmi menawarkan diri untuk jadi kurir. Padahal biasanya paling males kalau nggak di omelin dulu.

Malahan Fahmi sering membantu Putri melayani pembeli, meski Putri sudah menolak. Tapi karena hal itu dirinya jadi lebih mengetahui sisi lain sang gadis pujaan.

"Udah, kak Fahmi duduk aja mumpung sepi!" suruh Putri,
"Nggak apa-apa, biar aku bantuin nggoreng ya?"
"Emang bisa gitu, entar malah jadi berantakan semua. Pelanggan pada kabur!"

Lagi asyik berdebat ada suara yang harus menghentikan keduanya. Keduanya kenal suara itu, "apa apa ini, ribut-ribut?" seru orang itu. Pria yang usianya tak jauh dari Fahmi yang cukup Fahmi kenal, pria itu adalah security caffe tempatnya biasa ngumpul sama teman-temannya. Bertubuh kekar dan berwajah sedikit sangar.

Waduh.....ngapain nih orang ada dimari?

"Ehm....nggak apa-apa kok bang!" sahut Putri merebut sodet di tanganku dan sedikit menggeser tubuhku biar agak minggir.
"Nih bocah tengil gangguin kamu?" tanya Orang itu seraya menatap Fahmi seolah mau menelannya mentah-mentah. "nggak bang, kak Fahmi ini teman aku. Oya, kak Fahmi itu bang Ridho. Kakak aku!"

Kakak!

Mata Fahmi melotot seketika, jadi satpam sangar ini kakaknya Putri? Fahmi mulai jadi kikuk dan kelagapan. Mana nih orang sudah tahu kebiasaannya nongkrong di caffe sama teman-temannya, aduh.....bakal di ijinin nggak ya kalau naksir adiknya?

Fahmi berusaha memberi senyum, "malem bang....!" sapanya. "kenapa senyum-senyum!" galaknya, seketika Fahmi menghapus senyum di wajahnya. "kamu ini....yang suka dateng ke caffe kan!"

"Eh.....eh...iya bang!"
"Ngapain kamu deket-deket sama Putri?"
"Abang jangan galak-galak gitu dong, kak Fahmi kan senior aku di kampus!"

Ridho memandang Fahmi dari ujung rambut sampai kaki, lalu kembali me wajahnya. Ada adonan tepung di pipi Fahmi. Sepertinya pria itu tahu kalau Fahmi lagi berusaha mendekati adiknya. Tatapannya bertambah tajam, membuat seluruh tulang Fahmi jadi mau rontok rasanya.

"Kamu suka sama adikku?" tanyanya tiba-tiba, Putri yang terkejut sekarang. "abang ngomong apa sih, kami kan cuma teman!" seru Putri dengan wajah sedikit malu. Fahmi sendiri malah memutar-mutar bola matanya mencari jawaban yang tepat.

"Eh....he...he...!" ada tawa kecil yang keluar dari mulut Fahmi, "kalo boleh sih bang, saya emang suka sama Putri!" jujurnya. Putri melotot dan memutar pandangannya ke arah Fahmi. Fahmi membalas tatapan itu dengan senyum kecil, membuat Putri harus membuang muka karena malu pula.

Ridho menatap Fahmi makin serius, mengangguk-angguk perlahan. Ia memegang jangkutnya seperti memikirkan sesuatu, tatapannya membuat Fahmi makin gugup.

"Boleh, asal kamu mau jualan mendoan gantiin Putri tiap malem selama setahun. Baru kamu boleh pacaran sama Putri!" tegasnya.

"Apa!"

Kata itu keluar dari mulut Fahmi dan Putri serempak, keduanya saling pandang lalu kembali memandang pria yang di panggil abang oleh Putri itu berjalan menjauh.

**********

NB :

Untuk melihat karya peserta lain silahkan kunjungi Fiksiana Community


Dan silahkan bergabung di group

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun