Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Honor ( Part 13 )

25 Agustus 2014   03:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:39 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ronald duduk di atas kasur, satu tangannya menyangga tubuhnya, ia masih hanya tertutupi selimut hingga sepinggang. Ada rasa perih yang ia rasakan di punggungnya akibat ukiran kuku Hikaru saat permainan mereka barusan. Ia mengangkat tangannya ke bahunya, dan menariknya. Melongokkan matanya ke sana, penasaran sepanjang apa luka cakaran wanita cantik itu, sayang jarak pandang matanya tak sampai.


Lalu ia pun menggaruk dadanya yang tertutup oleh sedikit bulu halus di sana, meski nggak gatal sebenarnya. Ia memandang wanita di depannya yang sedang mengenakan pakaiannya kembali tanpa sungkan di depan matanya. Kakinya jenjang nan mulus, membuatnya menelan ludah dan mulai membakar api di dalam tubuhnya kembali, meski tadi bibirnya sudah menelusurinya hingga jempol kaki dan naik lagi sampai ke daerah terlarang. Tak di pungkiri dia memang cantik.


Wanita ini, tiba-tiba datang ketika dirinya sedang asyik membayangkan akibat rencana liciknya sambil menikmati secangkir kopi, datang menawarinya sebuah berita penting. Bernegosiasi sedikit, lalu menyeretnya ke tempat sialan ini. Sebuah kamar hotel yang membuatnya melupakan rencana kecilnya untuk sedikit mengacaukan rumah tangga Danny Hatta. Hikaru menciuminya sejak di dalam lift, memaksanya meminta lebih. Pria mana yang akan menolak jika di tawari hal seperti itu, gratis lagi.

Ronald masih asyik menikmati setiap gerakan yang tercipta dari tubuh wanita itu ketika mengenakan pakaiannya kembali. Hal itu sungguh sangat menggoda, oh God... datang dari mana dia? Tiba-tiba muncul menyeretnya ke dalam ruangan sialan ini. Tapi meski seksi dan cantik, dia sangat kasar. Bahkan dirinya sempat mendapat tamparan dan pukulan sebelum mencumbunya, sepertinya dia seorang maniak atau gemar menyiksa orang.


Hikaru berbalik dengan menyibakkan rambutnya yang indah setelah memakai jacketnya kembali. Berjalan melenggok dengan anggun ke arah Ronald yang memandangnya dengan tatapan yang penuh dengan hasrat yang menggebu, ingin rasanya ia kembali menyeretnya ke dalam dekapannya. Tapi ia malah hanya diam sampai wanita itu berdiri di hadapannya, menatapnya dengan senyum manis yang nakal, sebuah tatapan kepuasan. Hikaru naik ke ranjang, duduk di pangkuan pria itu yang belum sempat mengenakan pakaiannya kembali, mengalungkan kedua lengannya ke leher kekar itu sambil berbisik,

" Aku mau isu berita itu tersebar ke media besok pagi, jika tidak aku akan menemukanmu dimanapun kau berada. Aku bukan pemaaf, jadi lakukan tugasmu dengan baik!" katanya dengan lembut tapi cukup mengancam, Ronald mengenali ancaman itu.

Dia menelan ludah untuk sekedar menguasai diri dari setan yang sedang berusaha menggodanya untuk kembali memeluk wanita itu lebih dekat lagi ke tubuhnya.

" Jangan khawatir, ku pastikan besok seisi kota akan heboh!" janjinya.

" Ku harap begitu!" sahutnya lalu mendaratkan sebuah ciuman lagi ke mulut Ronald, Ronald pun menyambut dan membalasnya, tapi sayang wanita itu tak berniat meneruskannya, ia melepaskan Ronald lalu meloncat turun dari ranjang. Berjalan ke arah pintu dan dengan sekejap menghilang dari pandangannya pria yang masih di penuhi hasrat yang duduk di dalam kamar yang masih bau birahi.


Ronald masih terdiam, mimpi apa dia semalam hingga bisa di datangi wanita cantik dan mencumbunya, meski hingga detik ini dia bahkan tak tahu namanya, tapi wanita itu tahu dirinya, namanya dan pekerjaannya. Darimana dia tahu dirinya? Dan siapa wanita itu sebenarnya? Kenapa dia memilih dirinya untuk menyebarkan berita itu. Apakah berita itu benar atau hanya sekedar isapan jempol semata. Hanya sebuah gosip untuk menurunkan martabat dan kehormatan seorang Menteri.


Ronald jadi tak sabar menunggu reaksi orang-orang terkait setelah artikelnya terbit, dan affair Danny Hatta akan menjadi bumbu yang sedap sekali, mantappp! sebuah senyum mengembang di bibirnya. Roni Sanjaya pasti akan senang dengan apa yang dia dapatkan, dan tidak akan ngomel lagi dan memakinya seenaknya. Tapi bosnya itu memang begitu kan! Tiba-tiba senyumannya itu menghilang memikirkan akibat yang akan terjadi pada dirinya karena artikelnya itu. Danny Hatta bisa saja mendatanginya dan mengulitinya, atau justru pihak pertama yang akan membunuhnya karena menyebar fitnah dan berusaha mencemarkan nama baik seotang Menteri. Ronald menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran itu.


Ah.....peduli setan dengan semua itu! Umpatnya dalam hati. Yang penting sekarang di tangannya sudah ada bumerang yang akan menghantam dunia politik besok pagi. Lebih baik sekarang ia keluar dari ruangan terkutuk ini dan kembali ke kantor. Mempersiapkan artikel itu dan menunggu hari esok. Apa yang akan terjadi ya?


*****


Sarah dan Tedi duduk di trotoar, mereka mengobrolkan hal yang sebenarnya tidak penting.

" Apa yang kita lakukan di sini? Ini membosankan!" keluhnya.

Sarah tak menjawab ia malah mengambil kamera digital dari dalam tasnya dan mulai mengambil beberapa gambar. Tedi melirik.

" Kau tidak butuh foto itu. Kau kan sudah tidak bekerja lagi di surat kabar!"

" Ini hanya hobi!" jawabnya .

Ia memutar arah kameranya ke seliling Istana negara. Apa yang sebenarnya ia lakukan di sini? Mencari berita atau memata-matai suaminya. Ini gara-gara foto murahan yang di kirim oleh mantan teman kerjanya. Harusnya ia lebih percaya pada suaminya ketimbang foto-foto itu, Kenapa hanya karena sebuah foto ia jadi mencurigai suaminya sendiri, padahal ia tahu betul kalau Danny sangat mencintainya dan tak mungkin mengkhianatinya. Bahkan setelah peristiwa terburuk 7 tahun yang lalu saat dirinya di sekap oleh MayJend Hendri, Danny tetap menikahinya, lalu apalagi yang harus di ragukan? Dasar bodoh! Makinya pada diri sendiri.

" Seperti orang idiot duduk di sini, menyebalkan!" keluh Tedi lagi, dia jadi seperti wanita, suka mengeluh.

Sarah menangkap pemandangan iring-iringan Ibu Menteri kaluar dari pintu Istana Negara, terlihat suaminya membukakan pintu pada wanita tua itu yang masih cantik nan menawan dengan gaya sombong. Wanita itu kalau di lihat-lihat mirip sekali dengan suaminya, Danny memang memiliki mata ayahnya tapi tidak dengan wajahnya. Sementara gadis yang bersama Danny di dalam foto itu mambuka pintunya sendiri. Tanpa mampir otak dulu Sarah mengambil gambar mereka beberapa kali, entah untuk apa. Akhirnya suaminya masuk ke dalam mobil, tak berapa lama mobil mereka melaju.


Sarah menurunkan kameranya, memasukkannya lagi ke dalam tas, dan berdiri.

" Ayo kita pergi!" ajaknya. Hari sudah mulai senja, sebentar lagi malam. Tedi berdiri sambil menjinjing kameranya yang berat itu.

" Apa kau mendapat sesuatu?"

" Tidak!"

" Kalau begitu percuma kita duduk di sini seperti pengemis!"

Sarah tak menyahut, ia tersenyum dengan tawa kecil. Mereka kembali berjalan kaki menuju ke tempat mobil Sarah terparkir.

Itu lumayan jauh sih.


Ketika hampir sampai di mobilnya Sarah mengamati sekelilingnya, ada beberapa orang yang di rasanya sedikit mencurigagakan. Ia berhenti, Tedi ikut berhenti juga.

" Sarah, ada apa?"

" Kau lihat orang-orang itu?"

" Ya, mereka memang sedikit aneh."

" Ini pertanda buruk, sebaiknya kita segera masuk ke dalam mobil!" usul Sarah.

" Aku setuju!"


Keduanya bergegas lari ke mobil dan segera masuk. Keempat orang itu pun bergerak dua di antaranya mengejar dan dua lagi masuk ke dalam Fortuner hitam yang terparkir tak jauh. Sarah menyalakan mesin mobilnya dan langsung melaju dengan kecepatan tinggi.


" Sial!" seru salah seorang karena tak sanggup mengejar, Fortuner itu menghampiri dan keduanya masuk. Mereka langsung mengejar mobil Sarah.


" Mereka mengejar kita!" seru Tedi.

" Ku bilang juga apa, mereka itu penjahat!"

" Kenapa mereka mengejar kita?"

" Mana ku tahu!"

" Siapa mereka?"

" Apa mereka terlihat hendak menembak atau meledakkan mobilku?" tanya Sarah.

" Aku tidak tahu, tapi mereka tak mengeluarkan senjata apapun kelihatannya!" jawab Tedi.

" Aku tak percaya akan kembali dalam situasi seperti ini!"

" Apa ini akan menyenangkan?"

" Kau ingin mati?"

" Tentu tidak!"

" Maka diamlah, atau ku lempar kau keluar !" serunya.

Tedi diam, sepertinya Sarah benar akan melakukannya jika dirinya masih berisik.

" Cepatlah, jangan sampai kehilangan dia?" seru Nathan.

" Ini sudah cepat, mau secepat apalagi. Seharusnya kita menyergapnya tadi sebelum dia dekat dengan mobilnya!" seru Arga.

" Aku tidak mau di hajar oleh Hikaru karena kita gagal!"

" Wanita itu, semaunya saja, kalau bukan karena bos aku tak mau mengikutinya!" timpal Rendi.

" Kau pikir aku mau!" seru Nathan dengan kesal.


Mereka akhirnya bisa mengejar Sarah dan menabrak belakang mobil Sarah, membuat Sarah dan Tedi panik. Keduanya menoleh ke belakang.

" Gawat!" bisik Sarah menambah kecepatannya. Ia membelokkan mobilnya dan mengikuti rute suaminya semoga bisa menyusul. Dengan begitu dirinya bisa aman kalau tidak dia tidak akan tahu apa yang akan terjadi nanti. Sarah makin mempercepat laju mobilnya, tak peduli kexepatannya mencari lebih dari 100 km/jam.


" Sial, lebih cepat lagi!" seru Rendi.

" Jangan berisik!" sahut Arga yang menyetir. Ia juga menambah kecepatannya. Tapi...

" Oh, brengsek. Dasar wanita jalang!" maki Sam.

" Kenapa?" tanya Nathan.

" Lihatlah di depan!" suruh Sam sambil memberikan sebuah teropong kepada temannya itu. Nathan menerimanya dan menempelkannya ke matanya.


Di jalanan yang melengkung ia melihat iringan mobil pejabat di depan, dan mobil nissan Juke warna putih yang sedang mereka kejar melaju hampir mensejajarkan posisinya dengan mobil iringan itu. Salah satu mobil iringan itu ia kenal, mobil Danny Hatta. Ini gawat, melawan Danny Hatta seorang diri saja mereka tak mampu malah ketiga temannya tertangkap. Apalagi melawannya dengan timnya, cari mati namanya.


" Son of bitch!" maki Nathan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun