"Xel!" panggil Jesie.
Axel menoleh.
"Loe tahu nggak?" tanyanya.
"Tahu apa?" tanyanya kembali sambil terus menengok ke belakang.
"Hati-hati aja!"
"Ha!"
"Hati-hati di depan loe!" teriak Jesie yang melambatkan laju sepedanya. Axel masih di kecepatan tinggi, ia menoleh ke depan karena sepedanya sedikit oleng dan melenceng.
"Wuaa....!" teriaknya, Axel tak bisa mengendalikan sepedanya di jalanan itu, sepedanya melaju ke arah telaga, tersandung batu dan melayang. Axel terlempar dan terguling hingga jatuh ke dalam air. Jesie tertawa dari tempatnya. Ia pun melepaskan sepedanya dan mendekat sambil terua menertawai Axel.
Axel menyeka wajahnya, dan menatap Jesie.
"Loe sengaja ngerjain gue?"
"Dua-satu!" seru Jesie sambil tersenyum.
Mareta juga mencari Jesie sampai ke tempat itu, ia melihat sepeda yang tadi Axel bawa. Ia pun menghampiri sepeda itu dan melihat ke sekeliling. Ia menemukan Jesie sedang bersama Axel. Axel berada di dalam air dan Jesie berdiri di pinggir telaga sedang tertawa. Mareta memasang wajah kecut melihat keduanya akrab sekali.
"Auw...auw, auw!" seru Axel tiba-tiba sambil merunduk memegang kaki kanannya. Seketika Jesie jadi panik.
"Xel, loe kenapa?"
"Aduh jes, kaki gue...kaya' nya kaki gue keram deh!"
"Keram!"
"Auw....auw... Jes...!" serunya.
Jesie langsung terjun ke air untuk membantunya. Berdiri di depan Axel lalu mencelupkan tangannya ke dalam air untuk membantu Axel. Tapi Axel malah tertawa. Itu membuat Jesie terkejut, kembali berdiri dan memasang wajah cemberutnya lagi.
"Dua sama!" seru Axel sambil mencolek hidup Jesie.
"Loe ngerjain gue?"
"Siapa suruh ngerjain gue duluan!" cibir Axel.
"Loe...loe bikin gue panik tahu nggak." seru Jesie memukul lengan Axel.
Axel tertawa lagi.
"Kita seri kan jadinya!"
"Rese' loe ah!" kesal Jesie membuang muka. Tapi Axel malah menyekop air dengan tangannya dna menyiramkannya ke tubuh Jesie, membuat gadis itu kaget dan membuka mulut lebar.
"Loe!"
Axel makin kencang tertawa. Jesie membalas siraman air itu, akhirnya mereka malah main siram-siraman air dengan girang dan tawa yang tampak bahagia.
Mareta masih menonton di balik pohon, mengepalkan tinju lalu mencakar badan pohon dengan geram
Belakangan ini mereka deket banget, Jes...loe tuh suka sama Axel atau Antony sih? Atau dua-duanya, Jes....kenapa loe nggak ngerti juga?
Mareta pergi dengan marah dan kesal. Membawa rasa cemburunya menjauh, sementara Axel dan Jesie masih asyik mainan air. Perlahan keduanya maju sambil terus menyiram satu sama lainnya hingga tangan mereka bersentuhan. Perlahan keduanya berhenti tertawa, pandangan merela bertemu lagi. Tatapan yang hangat dan lembut. Yang menenangkan, tapi Axel malah mengalihkan pandangannya dan keluar dari air. Jesie jadi merasa aneh dan bingung, sepertinya Axel memang tak mau memandangnya seperti itu, ia selalu menghindar jika mereka bertatapan seperti itu. Semalam juga, beberapa saat tadi juga. Dan sekarang juga iya, apa dia benar-benar nggak mau suka sama anak SMU hingga harus menghindar. Lalu kenapa belakangan dia jadi baik padanya, bahkan sangat perhatian? Apa artinya itu? Jesie jadi tambah bingung. Ia pun ikut keluar dari air, Untung baju belakang mereka tak basah, hingga hp yang Axel taruh di saku belakang masih utuh. Ia memungutnya, menekan sebuah nomor dan menempelkannya di telinga. Jesie hanya diam berdiri sambil sesekali mencuri pandang ke arah Axel.
Perasaan macam apa ini? Kenapa selalu begini setiap kali deket sama Axel, debaran di dada ini? Aduh...bisakah berhenti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H