Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Cinta yang Terlarang #20 ; Sikap Jesie yang Berubah (2)

10 Oktober 2014   21:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:34 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Axel menyangga kepala Jesie dengan lengannya untuk menghindari terjadinya benturan. Kemudian Axel menariknya hingga keduanya duduk, memegang bahu Jesie sambil berseru,

"Loe nggak apa-apa kan?" cemasnya.

Jesie hanya menangis dan menggeleng pelan. Axel memeluknya erat, Jesie membalas pelukan itu.

"Gue takut, gue takut....!" hanya itu yang keluar dari mulutnya.
"Loe nggak perlu takut, gue nggak akan ngebiarin loe dalam bahaya!"

Bukan itu yang gue takutin, bukan itu Xel!

Keduanya kembali ke ruangan Axel. Mereka duduk berhadapan di ranjang. Saling memandang, hanya keheningan yang berbicara. Axel tahu Jesie menyembunyikan sesuatu darinya, entah itu apa. Tapi mungkin saat ini Jesie belum bisa menceritakannya, ia bisa melihat sebuah ketakutan di mata gadis itu. Dan ia tak mau membuatnya makin takut. Ataupun tertekan.

*****

Sejak saat itu sikap Jesie memang terlihat jadi aneh, ia mencoba bersikap biasa saja tapi tetap saja nampaknya ia tak mampu menyembunyikan kegelisahannya. Terkadang ia ingin mesra seperti sebelum penyakit Axel di ketahui tapi terkadang ia juga takut bersentuhan dengan pacarnya sendiri. Meski ia terus meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak takut akan hal itu.

Belakangan ini Axel jadi sering sakit, entah hanya sekedar flu atau demam. Dan dia juga sering terlihat lemas, bahkan berat badannya sudah mulai menurun sekarang. Hal itu membuat Jesie semakin khawatir akan keadaannya, ia ingin Axel tahu tentang keadaannya sendiri tapi ia tak tahu bagaimana harus menyampaikannya. Hal yang paling ia takutkan jika Axel tahu tentang penyakitnya adalah pemuda itu pasti akan menjauhinya, melarangnya untuk terus dekat dengannya padahal ia sungguh tak mampu jauh darinya. Tak bisa jika tak melihatnya sehari saja.

Seperti biasa mereka ngobrol di loteng. Jesie duduk di atas tembok, Axel mengurungkan kedua tangannya di sisi pacaranya itu. Mata mereka tak berhenti saling bicara dan saling berkasih. Jesie mulai melihat adanya bintik-bintik merah di wajah Axel, Axel juga sudah mengeluhkan hal itu padanya.

"Xel!"
"Ng!"
"Boleh nggak gue minta sahu hal sama loe?"
Axel tersenyum,
"Kok cuma satu, semuanya bakal gue kasih kok buat loe!"
"E....., loe harus janji sama gue. Apapun yang terjadi nanti loe nggak akan pernah ngusir gue dari hidup loe!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun