Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance #Part 16

10 Oktober 2014   16:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:37 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Aku minta maaf, soal sikap ku tadi. Aku tak bermaksud kasar padamu, itu hanya...., tadi itu....aku hanya terkejut!"
Liana menoleh padanya.
"Tak apa. Lagi pula kau benar, tentang aku!"
"Tidak. Aku sungguh minta maaf!" desisnya.

Keduanya diam. Terpaku, saling menatap. Kini suasana menjadi sedikit hangat, detak jam dinding menjadi lagu indah yang mengiringi suasana hati yang sedang tidak menentu itu. Perlahan Rey mengangkat tangannya ke wajah Liana. Membuat gadis itu terperanjat, tangannya mulai berjalan pelan membelai wajahnya. Liana masih diam, kakinya jadi bergetar. Saat perlahan Rey mendekatkan dirinya ia mulai panik. Dan ketika Rey hampir merenggut bibirnya ia menghindar perlahan, mencari alasan untuk pergi.

"E, aku...., aku sudah di tunggu kakek!" katanya lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Rey hanya diam memandangnya hingga menghilang dari matanya.

Liana berhenti di depan pintu ruangan William, ia menghela nafas panjang dan menghembuskannya sebelum masuk untuk menghilangan keresahannya soal kejadian barusan. Semoga tak terlihat. Liana menghampiri William dan memberikan buku itu padanya. Pria tua itu memperhatikan sikapnya yang sedikit kikuk.

Liana duduk. Mencoba menenangkan diri, ia memang tak merasakan debaran yang hebat seperti yang iabrasakan pada Nicky saat bersama Rey tadi. Tapi jujur, ia mengagumi sikap Rey yang berani minta maaf atas apa yang di ucapkannya meski itu pun tidak salah. William melirik gadis di depannya,

"Li, kau kenapa?"
"Eh, tidak. Tidak apa-apa!"
"Benar?"

Liana mengangguk pelan.

Apa kakek tahu, kedua cucu kakek itu membuat bingung. Bahkan membuatku tak mampu menentukan sikap!

Sementara Nicky dan Andre masih di perjalanan, ia hampir sampai tapi masih terjebak macet. Sedangkan Burhan juga sedang menuju rumah sakit yang sama.

Dan Daren masih di ruang ICU, dokter masih menangani keadaannya yang kritis. Ia kehilangan banyak darah, untung saja tidak terlambat di bawa ke rumah sakit dan persediaan darah di rumah sakit mencukupi.

**********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun