William juga mendengar kabar soal hilangnya Daren, ia juga melihat berita kecelakaan itu.
"Jangan khawatir tn, Nicky pasti bisa mengatasi hal ini!" seru Jaya.
"Rupanya orang itu tak hanya mengincar keluarga ini. Tapi dia benar ingin menghancurkan Harris Group. Bahkan sampai karyawanku menjadi korban, aku khawatir anak itu yang menjadi korban kecelakaan!"
"Daren Harlys memang sangat berbakat. Boleh di bilang dia jenius, kita beruntung memilikinya!"
"Dan harusnya kita bisa melindunginya." dengus William.
Sementar Lisa sibuk menghubungi Burhan, tapi teleponnya sama sekali tak pernah mendapat jawaban. Ia pun membanting hpnya ke ranjang.
"Brengsek, kemana bajingan itu! Apa dia mulai menghindariku?" kesalnya.
Lisa memungut kembali hpnya, lalu ia menyambar tas dan bergegas keluar dari kamar.
Liana berjalan ke ruangan kerja Nicky, ia hendak mengambil sesuatu atas perintah kakek Willy. Begitu ia membuka pintu ia kaget karena Rey ada di dalam dan sedang duduk di depan komputer Nicky. Rey yang juga terkejut menoleh ke arahnya. Liana buru-buru menutup pintunya dan mendekat.
"Rey, apa yang kau lakukan di sini, Bukannya seharusnya kau masih di kantor?" tanya Liana.
Dengan melirik Liana, ia menutup file yang sedang ia buka dan mencabut flashdiscnya lalu mengantonginya.
"Aku pulang lebih awal, kenapa?"
"E...., kenapa kau ada di sini?"
"Aku mau ada dimana itu bukan urusanmu!" jawabnya ketus.
Liana menatapnya dengan curiga.
"Jangan menatapku seolah aku sedang mencuri, kita tahu siapa yang pencuri di sini!" gerutunya.
Liana melototnya, ia tak menyangka Rey yang ia kira lebih lembut dari Nicky ternyata bisa lebih kasar. Tanpa berkata lagi Rey keluar dari sana, melewati Liana begitu saja. Entah kenapa semua orang yang ada di rumah ini bersikap aneh.
Liana menggelengkan kepalanya lalu melangkah ke rak buku di belakang meja. Ia mencari sebuah buku yang di pesan kakek, akhirnya ia menemukan juga di rak atas. Ia harus menggeser kursi dan menaikinya untuk mengambilnya. Itu pun ia masih berjinjit untuk menarik bukunya, saat mendapatkannya ia malah kehilangan keseimbangan dan roboh dari kursi. Untung saja ada seseorang yang menangkapnya. Mata mereka bertemu.
"Rey!" desisnya.
Rey mengembalikan Liana ke kakinya. Suasana di antara keduanya jadi aneh.
"Hati-hati, jika tidak sampai kau bisa minta tolong kan?"
"Aku tidak apa-apa!" katanya mulai bernajak tapi Rey menahan lengannya, membuatnya menghentikan langkah.