Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah Sang Bidadari ~ Inheritance #Part 17

13 Oktober 2014   17:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:13 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Nicky dan Andre sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, untuk memastikan siapa yang baru saja mengalami kecelakaan mobil. Apakah benar itu Daren atau bukan. Semantara Burhan juga sedang menuju ke sana untuk membereskan apa yang belum selesai, yaitu melenyapkan Daren Harlys. Siapakah dia antara mereka yang akan datang lebih dulu ke rumah sakit?


Nicky sedang menunggu lampu merah berubah warna menjadi hijau, ia menggerakkan jemarinya yang maish tertumpu di setir mobil. Menjentikannya dengan gerakan kecil yang berulang-ulang. Ada rasa cemas yang menyelimuti pikirannya.

"Jalanan ini selalu ramai, menyebalkan!" maki Andre, "kenapa lampu merahnya lama sekali, apa mereka tidak tahu kita sedang buru-buru!" tambahnya. Lalu ia melirik bosnya. Nicky bukan orang yang banyak bicara, sekesal apapun ia tidak akan crocos mengumpat seperti salah satu karyawannya yang kini duduk di sampingnya itu. Tapi dari raut wajahnya sudah jelas terlihat kalau dia lebih kesal dan lebih cemas ketimbang Andre.

"Mobil ini sangat lambat!" kesal Nicky.
Andre memasang senyum kecil di bibirnya,
"Ya, kau benar bos. Aku lebih suka mobilmu yang dulu!"sahutnya.
"Jujur, aku tidak suka kau memanggilku bos jika kita sedang di luar kantor!"
"Maaf, ku rasa itu malah lebih akrab ketimbang ku panggil kau, Pak!"

Akhirnya lampu hijau menyala juga, bye-bye lampu merah semoga kau tak hadir lagi di depan. Jalanan tetap saja ramai dan membuat mereka berkendara lambat.

Burhan membawa motornya dengan kencang menerobos celah sempit mobil yang berdesakan, ia memilih membawa motor karena itu akan lebih cepat sampai ketimbang mobil yang sudah pasti akan terjebak macet. Ia harus sampai lebih dulu sebelum ada yang menemukan Daren Harlys masih bernapas. Bajingan kecil itu mengenali wajahnya dan bosnya. Meski dia tidak tahu nama mereka tapi tetap saja itu berbahaya. Dan bisa menjadi penghalang besar nantinya, maka dari itu dia tidak boleh di biarkan hidup.

Liana masih diam di ruangan William, mengamati pria tua itu yang sedang membaca buku yang tadi dia ambilkan dari ruangan Nicky. Itu buku tentang Management bisnis. William menoleh padanya,
"Ku rasa kau harus mempelajari beberapa hal!" serunya.
"Mempelajari apa kek?"
"Tentang bisnis."
"Ha, e...., ku rasa..... Itu tidak perlu. Aku tidak tertarik untuk masuk bisnis, lagipula aku saja tidak ingat sekolahku sampai mana. Meski, aku sering membaca buku pelajaran yang ku dapat dari teman!" tolaknya.
"Liana."
"Kek, aku tidak menginginkan semua itu. Bisa di terima di rumah ini saja sudah membuatku cukup senang!"
Pria tua itu memandangnya lekat.
"Kakek sudah tua, dan kita tidak tahu sampai dimana usia kita. Kakek ingin saat kakek mati nanti kau masih bisa mendapatkan kehidupan yang layak!"
"Kek, jangan bicara seperti itu. Usia kita itu ada di tangan Tuhan!"
"Kau tahu itu, Tuhan bisa melakukan apa saja yang sudah ia tuliskan. Siapa tahu setelah kita bicara kakek akan langsung mati!"
"Kakek!" seru Liana.

William tersenyum melihat kecemasan gadis di depannya. Ia jadi semakin menyayangi gadis itu, dan ia yakin bahwa dirinya tidak salah pilih.

"Kita bicarakan hal lain saja ya kek!" pintanya.
"Hal lain, misalnya?" sahut William.
"E....., boleh aku bertanya soal Rey?"
"Rey?"

Liana mengangguk.
"Ada apa dengan Rey?"
"Tempo hari, aku sempat mendengar Rey menyebut nama Helen ketika mabuk. Apakah Helen kekasihnya?"
"Kenapa, kau cemburu?"
"Kakek aku serius!"
"Kau sungguh ingin tahu?"

Liana mgangguk lagi, pelan. Matanya masih menatap pria tua di depannya.

"Helen dan Rey menjalin hubungan selama hampir 5 tahun, merekabsaling mencintai dan hubungan mereka baik-baik saja. Sebelum....."
"Sebelum apa?"
"Helen akhirnya jatuh cinta dengan orang lain, dan memutuskan untuk menikah dengan orang itu. Hal itu membuat Rey sangat terpukul. Dia masih tidak bisa menerima Helen memilih pria lain, hampir setiap hari dia mabuk dan pulang pagi. Jika di dalam rumah dia hanya akan mengurung diri di dalam kamar. Sampai pada akhirnya, beberapa minggu kemudian terjadi sesuatu!"

Liana membenarkan duduknya, ia lebih seksama mendengarkan. Sepertinya kelanjutan kalimat William soal Rey akan menegangkan.

"Terjadi kebakaran di rumah Helen, wanita itu beserta calon suaminya mati terbakar di dalam dapur!"

Liana menutup mulutnya dengan tangan sambil berdesis, "Ya Tuhan!"

"Penyelidikan polisi menyatakan penyebab kebakaran itu adalah....., karena kebocoran gas. Sepertinya mereka hendak memasak dan gasnya meledak saat mereka menyalakan kompor. Kedua terpanggang!"

"Itu tragis!"
"Hal itu membuat Rey semakin terpukul, dia bahkan tak pernah bisa melakukan hal yang benar setelah apa yang terjadi."

Liana tampak berfikir, entah apa yang dia pikirkan. Kenapa keluarga ini rasanya memiliki banyak masalah? Dan itu membuat rasa takut kembali menyerangnya. Apalagi kejelasan soal pembunuh yang masih berkeliaran di luar sana.

*****

Daren masih belum sadar meski ia sudah melewati masa kritisnya. Akhirnya Nicky sampai juga, ia langsung bertanya bagian RM,
"Maaf sus, korban kecelakaan mobil beberapa saat lalu ada di ruang mana ya!"
"Anda keluarganya?"
"E...., kami temannya!" jawab Nicky.
"Apakah anda bisa menghubungi keluarganya soalnya harus ada yang mengurus administrasinya!"
"Keluarganya ada di luar negeri, kami akan segera mengurusnya!" serunya. "Andre kau urus semuanya, nanti ku ganti!" katanya.

Setelah tahu di ruangan mana Daren di rawat Nicky segera ke sana, sementara Andre mengurus administrasinya. Dan Burhan juga sedang berjalan ke ruangan Daren, ia menyusuri setiap ruangan untuk menemukan Daren. Keluar dari lift Nicky langsung menuju kamar Daren dengan bergegas, tapi langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang ia kenal keluar dari ruangan. Orang nampak hanya memasukan kepalanya saja ke dalam ruangan itu lalu mengeluarkannya lagi. Dari arah berlawanan tentu saja Nicky mengenali wajahnya. Orang itu menegakkan kepalanya dan terlihat terkejut melihat Nicky memandanginya. Nicky berjalan ke arahnya, orang itu juga melangkah.

"Burhan, apa yang kau lakukan di sini?"
"Hai Nicky. Lama tidak bertemu, aku sedang menjenguk teman yang sakit!" jawabnya.
"Oh!"

Tentu Nicky mengenalnya. Pria ini pacar tantenya, Lisa. Mereka bertemu beberapa kali saat Burhan mengantar Lisa pulang. Meski Burhan tak pernah masuk ke dalam rumah.

"Dan, apa yang kau lakukan di sini, Bukankah ini terlalu jauh dari rumahmu?"
"Temanku mengalami kecelakaan, kebetulan lokasinya di daerah ini!" jawab Nicky dengan nada yang sedikit....., aneh. Ia memandang Burhan dengan curiga, entah curiga untuk apa? Tanpa bicara lagi Nicky berbalik, melangkah ke kamar Daren yang sudah tinggal beberapa langkah lagi. Ia pun masuk ke dalam sana. Terlihat anak muda itu masih terkapar lemah di atas ranjang. Cup oksigen menutup hidung dan mulutnya. Perban melingkari kepalanya, memang benar itu Daren. Sebenarnya Nicky memang sudah yakin sejak Mela menelponnya, itu sebabnya ia tidak keberatan saat suster memintanya melunasi administrasinya.

Kenapa orang itu mengincar Daren? Apa yang sebenarnya ia inginkan, mereka pasti berniat membunuh Daren bukan tanpa alasan. Menculiknya dan langsung mendorongnya ke jurang, itu rasanya tidak mungkin! Apa Daren mengetahui sesuatu, atau ada yang mereka inginkan tapi Daren tak memberikannya?

Nicky memandang pemuda yang baru 3 tahun masuk bergabung dengan Harris Group itu. Hubungan mereka memang cukup intim. Nicky menganggap semua bawahannya adalah teman kerja, itu bisa menghidupkan suasana yang menyenangkan di dalam kantor. Dengan begitu mereka semua akan merasa benar di hargai, dan bisa menghargainya juga sebagai atasan. Ia bahkan tak pernah membedakan staf lama atau pun baru. Dan nyatanya memang membuahkan hasil, keakraban yang tercipta membuat semuanya jadi nyaman bekerja dan nyaris tidak ada keluhan. Itu sebabnya banyak yang menginginkan Nicky yang menggantikan William sebagai PresDir di Harris Group. Ia mewarisi sifat kakeknya, hanya saja Nicky terlihat lebih cuek jika berhadapan dengan wanita, meski begitu banyak juga gadis yang mengejarnya.

Burhan mengintip dari kaca di pintu, ia mengepalkan tinjunya dengan geram.

Brengsek, seharusnya aku bisa datang lebih awal dan membereskan bocah ingusan yang sombong itu. Dia tidak boleh hidup, tidak boleh membuka mata dan berbicara dengan Nicky ataupun polisi.

Burhan tahu polisi juga akan segera datang untuk mencari keterangan penyebab kecelakaan itu. Itu sebabnya ia harus sembunyi dulu dan mencari waktu yang tepat sebelum Daren membuka matanya dan mengucap sepatah kata. Ia melangkah pergi dari sana, semoga saja Nicky tidak curiga padanya.

Nicky tampak menelpon seseorang, dan berbicara serius. Itu Brian, yang ada di seberang teleponnya. Ia berniat memindahkan Daren dari rumah sakit itu dan meminta beberapa anak buah Brian menjaga ruangannya nanti, untuk keamanan. Ia yakin penjahat itu pasti akan datang dan kembali membunuh Daren jika tahu anak itu masih hidup. Dan untungnya ia datang lebih dulu ke sana sebelum ada yang mendahului.

Andre berjalan ke ruangan Daren, di sela langkahnya sebuah panggilan masuk mengusiknya. Ia pun memungut hpnya, itu Mela.

"Iya Mel!"
"Bagaimana, apakah itu benar Daren?" cemasnya.
"Iya, itu memang dia."
"Bagaimana keadaannya?"
"Aku masih belum tahu, aku bahkan belum melihatnya." jawabnya sambil berjalan kembali.
"Dia akan hidup kan?"

Andre tertawa kecil, "sepertinya kau cemas sekali, apa hatimu sudah berpindah?" guraunya, Mela yang memendam perasaan untuk Nicky memang di ketahui oleh teman-teman terdekatnya, termasuk Andre. Bahkan sebenarnya Nicky pun tahu hal itu.

"Bukan saat yang tepat untuk bercanda, Ndre!"
"Ok, kau jangan khawatir. Aku yakin Nicky akan lebih mengamankan keselamatannya sekarang!" katanya sambil membuka pintu.
"Ku harap juga begitu!"
"Ya sudah, kalau sudah ada perkembangan nanti ku hubungi lagi. Dan sebaiknya kau pulang saja dari kantor!"
"Aku memang sudah di jalan!" jawabnya.

Andre menutup teleponnya dan menghampiri Nicky yang juga baru selesai berbicara dengan temanya by phone.

"Apa rencanamu selanjutnya, Bos?"
"Memastikan dia aman sampai hidup kembali, kita belum tahu apa yang terjadi jika dia masih seperti itu!" tunjunya dengan dagunya pada Daren yang terkapar di atas ranjang.

"Sebaiknya kau istirahat dulu. Biar aku yang jaga, apa polisi akan segera ke sini?"
"Dalam perjalanan!" jawab Nicky.
"Good!"

***********

Trilogi,
Sayap -sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance (first novel)

Tayang tiga kali seminggu,Senin, Rabu, & Jum'at

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun