Liana sepertinya sangat senang karena akhirnya Rizal benar-benar ada di rumah ini.
"Semalam ada yang mendatangiku!"
"Oya!" Liana mengernyit, "tapi....bukan kau tak punya SIM?"
"Selesai mengantarmu ke kantor, Rizal akan melakukan testdrive untuk bisa mendapatkan SIM. Jika dia sudah dapat, kakek akan merasa lebih tenang!" seru William.
Liana menoleh pria tua itu.
"Kakek....., aku senang kakek benar-benar memberikan Rizal pekerjaan di sini, aku kan jadi punya teman!"
"Ku pikir juga begitu, tapi jangan lupa jemput Liana kembali di jam istirahat siang!"
"Jangan kuatir tn. Aku akan menjaganya!"
seperti selama ini.
Rey muncul di pintu, langkahnya terhenti ketika melihat Rizal. Nicky dan Daren juga muncul, mereka ikut berhenti dan melihat ke arah mata Rey menuju. Nicky memang belum pernah bertemu dengan Rizal. Tapi kelihatanya pria itu akrab sekali dengan Liana.
Rey menggerutu melihat Liana masuk mobil yang akan di kendalikan oleh pria itu. Padahal sebenarnya ia ingin mengajak Liana berangkat bersama, sekalian ada yang ingin di bicarakan. Rey melirik Nicky lalu ia berdesis,
"Aku tidak suka pria itu!"
"Kau mengenalnya?" tanya Nicky.
"Teman Liana di jalanan, kami bertemu sekali!"
Oh....jadi dia teman Liana!
Mobil yang membawa Liana sudah melaju, William menoleh. Ia sedikit terkejut melihat tiga orang yang berdiri di depan pintu.
"Kalian tak ingin berangkat? ini sudah hampir telat!" katanya mengingatkan.
"Oh...!" seru ketiganya.
"Kami memang mau berangkat tn. Willy!" jawab Daren.