Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Blood #Part2

10 Desember 2014   15:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:37 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seusai dari makam Danny pergi ke departemen, mengurusi keinginannya untuk mengambil cuti beberapa minggu.

"Ya, ku rasa kau memang butuh itu. Setelah kepergian Sarah kau malah jadi sangat sibuk!" seru frans di ruangannya. Sekarang ia jadi kepala Birokrasi.
"Bagaimana putramu?" tanya Danny.
"Steve lebih aktif dari yang bayangkan, memiliki anak lelaki ternyata lebih merepotkan." jawab Frans, "Sharon sendiri, sekarang terlihat lebih dewasa!"

Danny tersenyum, "Dia seperti mamanya, juga sangat cerewet!" keluhnya.
"Dia bilang padaku, dia ingin menjadi penegak hukum sepertimu!"
"Dia ingin menjadi Polwan, bukan tentara!"
"Itu bagus!"
"Entahlah, sebenarnya aku lebih menyukai jika dia memilih jalan lain!"
"Dia putrimu Danny, kau tak perlu khawatir. Dia pasti mewarisi keahlianmu!"
"Belakangan aku merasa sedikit khawatir, itu sebabnya aku mengambil cuti. Sarah mendatangiku beberapa kali dalam mimpi!"
"Bukankah dulu itu sering?"
"Ya, tapi kali ini berbeda. Dia hanya memandangiku dan tersenyum padaku!"
"Sudahlah Danny, jangan berfifkir yang tidak-tidak. Itu hanya mimpi, mungkin karena kau sangat merindukannya!"

Danny mengusap rambutnya sambil menghela nafas, "ya, mungkin kau benar!" desisnya.
"Bagaimana tadi dengan pak Menteri, Cutimu di setujui? Atau untuk sementara kau mau membantuku lagi di Birokrasi?"
"Aku tidak tertarik untuk hal itu!"
"Apa kau yakin kau akan off dari PBB setelah cuti?"
"Ku rasa begitu,"
"Lalu apa selanjutnya?"
"Huh....., entahlah. Aku masih belum memikirkannya, kembali ke Divisi mungkin!"
"Bagaimana kalau kau ikut seleksi Secret Service Presiden saja, kau punya pengalaman tinggi untuk hal itu. Sebelumnya kau mengawal Ibu Menlu dengan baik, dan kau adalah agen terbaik. Ku pastikan kau pasti akan lolos!"
"Untuk itu aku harus minta persetujuan istri kecilku!"
Yang di maksud Danny istri kecil adalah putrinya, Sharon Azalea Hatta.

*****

Danny mampir dulu ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan rumah yang habis. Ia memang keluar dari minimarket itu dengan beberapa kantong dan memasukannya ke jok belakang mobilnya. Setelah menutup pintu mobil ia melihat sekeliling tempat itu, kok rasanya dari tadi ada yang aneh, tapi apa?

Matanya menangkap beberapa orang yang berada tak jauh darinya, ada ibu-ibu yang keluar masuk minimarket. Ada beberapa orang yang menyebrang jalan, ada beberapa yang duduk di halte. Tiba-tiba ada sesuatu yang tertangkap di feelingnya, seperti sebuah desingan peluru melayang ke arahnya. Ia segera memiringkan tubuhnya untuk menghindari peluru itu, peluru itu menembus kaca minimarket dan berakhir di salah satu rak di dalam sana. Danny kembali ke posisinya, ia melihat arah peluru itu berasal, seorang pria berkaca mata hitam berada di seberang jalan, memegang sebuah senjata api laras panjang. Pria itu melontarkan pelurunya lagi lalu bergegas masuk di sampingnya. Sekali lagi Danny menghindar, peluru mengenai kaca mobilnya. Ia pun segera masuk ke dalam mobilnya dan mengambil rute mengejar mobil jeep itu meski harus berlawanan arah sampai di lampu merah yang berada beberapa meter di depannya.

Mata Danny terus mengarah ke mobil itu hingga berada di belakangnya, tapi ia terhalang beberapa mobil lain. Mencoba mencari celah untuk mendahului. Siapa lagi yang ingin membunuhnya? Perasaan saat ini ia tak membuat ulah dengan siapapun.

Danny menerobos jalur busway agar lebih cepat dan mensejajarkan mobilnya dengan mobil orang itu yang berada di sisi jalur busway, kecepatan mereka sama-sama bertambah. Danny mencabut senjata apinya, membuka kaca jendela dan menembak saat posisi mereka sudsh sejajar. Orang itu memutar kendalinya ke kiri untuk menghindari tembakan itu. Mobilnya menyenggol mobil dan kendaraan motor di sisinya, dan terjadi senggolan beruntun hingga yang paling tepi terdorong sampai ke ruko. Menabrak ruko pertokoan itu. Orang itu membalas tembakan Danny, masih tak mengenai sasaran. Terjadi baku tembak di jalanan itu.

"Brengsek! Kalau begini caranya, warga sipil bisa terluka!" kesal Danny. Akhirnya ia melambatkan laju mobilnya agar sedikit di belakang, ia mengincar ban mobil musuhnya. Tepat sekali, dua tembakan mengenai ban mobil jeep itu, membuatnya oleng dan hilang kendali.

"Sial" maki pria itu, ia masih mencoba menyeimbangkan mobilnya. Tapi mobil itu berjalan oleng ke kanan dan ke kiri tak beraturan, menabrak beberapa mobil dan kendaraan bermotor yang tak juah darinya. Akhirnya mobil itu keluar jalur dari jalan raya dan menabrak gedung pertokoan. Pengendaranya langsung keluar, masih membawa senjatanya dan berlari. Beberapa orang yang berada di sekitarnya merapat, dan ada juga yang berteriak ketakutan. Danny mencari celah untuk menjalankan mobilnya ke tepi, terjadi kemacetan pula akibat hal itu. Tapi Danny tetap memaksa mobilnya menepi ke halaman pertokoan itu, tak peduli harus menabrak ujung mobil lain yang juga sudah sedikit ringsek akibat tabrakan beruntun yang terjadi. Mobilnya berhasil menepi ke halaman pertokoan, ia segera menghentikannya di sana dan keluar dari mobilnya untuk mengejar pria itu. Berlari ke arah tikungan dimana pria itu berbelok. Ia masih bisa melihatnya berbelok masuk ke dalam gang, ia pun segera mengejarnya.

Danny sedikit tertinggal jauh dari orang itu, mereka melewati gang panjang yang tak terlalu luas. Sejauh ini belum ada cabang gang yang bisa orang itu gunakan untuk berbelok menghindari Danny. Maka dia pun menembak ke belakang sambil terus berlari, ia melontarkan peluru beberapa kali ke arah Danny hingga pelurunya habis. Ia pun membuang senjatanya dan terus berlari. Tak satupun pelurunya yang mengenai Danny.

Danny terus mengejarnya, karena larinya cukup kencang maka ia pun membidik salah satu kakinya. Pelurunya tepat mengenai betis kanan orang itu, membuatnya tersungkur ke tanah. Danny berlari menghampirinya, orang itu menoleh. Dia berusaha berdiri, merambat di tembok dan berjalan dengan luka di kakinya. Dia menoleh dan melihat Danny yang semakin dekat padanya. Dia mencabut sebilah pisau lalu tanpa ragu menyayat lehernya hingga robek. Seketika semburan darah memancar dari kerongkongannya dan tubuhnya meluncur ke tanah.

Langkah Danny terhenti, ia memandang tubuh terkapar dua meter di depannya itu. Matanya masih terbuka, memandang lurus ke kakinya. Darah masih mengalir dari tenggorokannya yang digoroknya sendiri dengan pisau yang tergeletak di dekat tubuhnya.

Mungkin orang itu sudah gila, dia meggorok lehernya sendiri hanya karena tak mau Danny menangkapnya. Atau itu sebuah kesetiaannya terhadap orang yang mengirimnya. Danny segera berbalik dengan salah satu tangannya menyangga tembok.

Apa maksudnya ini dan siapa lagi yang mengincarnya?

*****

Rombongan mobil polisi dan sebuah ambilans datang ke sana. Mereka teronggok tak jauh dari depan gang. Mayat pria itu sedang di angkut ke dalam mobil jenazah. Danny berdiri dengan seseorang di dekat sebuah mobil polisi. Untungnya Danny memang tak menyentuh mayat pria itu sama sekali hingga tak ada sidik jarinya di sana.

"Dia menggorok lehernya sendiri?" seru Letnan Heru.
"Seperti yang ku katakan padamu. Aku tahu ini gila, atau memang orang itu yang gila!" sahut Danny.
"Kau tahu siapa dia?"
"Dalam mimpipun aku tak pernah melihatnya,"
"Kau tidak ingat siapa orang yang mungkin menaruh dendam padamu?"

Danny memandangnya.

"Jika harus di ingat mungkin banyak, dan aku tak bisa menerka yang mana."
"Ok, kami akan coba mencaritahu siapa dia. Kau cukup pandai tak menyentuhnya!"
"Kau tahu aku bukan orang bodoh!"
"Tapi biasanya kau cukup ceroboh, ehm....kerusakan di jalan lumayan!"
"Apa ada yang terluka parah?"
"Beberapa pengendara motor memang di larikan ke rumah sakit tapi setidaknya mereka masih hidup!"

Danny menghela nafas,
"Aku harus segera menjemput putriku, bolehkah aku meninggalkan tempat ini?"
"Tentu, jika ada sesuatu kau boleh hubungi aku!"
"Thanks!" desis Danny lalu berjalan ke arah mobilnya.

Jam pulang sekolah masih dua jam lagi, tapi ia cukup khawatir mungkin saja ada yang mengawasi putrinya. Apa yang di katakan Heru ada benarnya juga, mungkin yang mengirim pria itu memang menyimpan dendam padanya. Tapi siapa? Cukup lama ia berkecimpung menjadi agen rasanya sudah cukup banyak pula nyawa yang melayang di tangannya.

Danny memasuki halaman sekolah bertaraf International itu, selesai memarkir mobilnya ia pun langsung turun. Ia berjalan ke ruangan kepala sekolah untuk menanyakan perkembangan pelajaran putrinya. Sejauh ini Sharon memang tak mengecewakan dalam sekolah, meski terkadang ia berkelahi dengan murid lelaki. Danny memang beberapa kali mendapat surat panggilan dari sekolah karena Sharon berkelahi.

Bell berdering dan anak-anak berhamburan meninggalkan kelas masing-masing, Danny duduk di depan mobilnya. Matanya mencari seseorang di kerumunan anak-anak yang berhamburan. Gadis itu melihat sang ayah dan langsung berlari ke arahnya, Danny tersenyum melihatnya.

"Papa sudah bertengger di sini, awalnya!"
"Kalau terlambat nanti kau ngambek lagi," jawab Danny. "kau tak membuat masalah kan hari ini?"
"Papa jangan khawatir belakangan tak ada yang menggangguku,"
"Baguslah. Kita segera pulang saja!"
"Papa tak mau mengajakku makan dulu, aku sangat lapar!"

Danny memicingkan mata, "biasanya kau makan di rumah!"
"Aku mau makan di luar bersama papa, kita sudah lama tidak ngedate!"

Danny mengeluarkan tawa kecil, ia merangkul putrinya seraya berseru,
"Jangan khawatir, papa tidak selingkuh selama bertugas. Ku rasa.....kau yang sering melakukannya!"
"Oya, sejauh ini tak ada satupun yang menyenangkan di sekolah. Papa kan tahu satu-satunya kekasihku ya papa!"

Danny tertawa lagi, mereka berjalan memasuki mobil dan mencari restoran untuk mengisi perut.

**********

The Danny Hatta Course Trilogi ;

# Price of Justice ( first novel )
# Price of Honor ( second novel )
# Price of Blood ( last novel )

Di jadwalkan tayang dua kali seminggu,Selasa & Jum'at.

Untuk episode kali ini maaf telat sehari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun