Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Blood #Part2

10 Desember 2014   15:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:37 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Danny sedikit tertinggal jauh dari orang itu, mereka melewati gang panjang yang tak terlalu luas. Sejauh ini belum ada cabang gang yang bisa orang itu gunakan untuk berbelok menghindari Danny. Maka dia pun menembak ke belakang sambil terus berlari, ia melontarkan peluru beberapa kali ke arah Danny hingga pelurunya habis. Ia pun membuang senjatanya dan terus berlari. Tak satupun pelurunya yang mengenai Danny.

Danny terus mengejarnya, karena larinya cukup kencang maka ia pun membidik salah satu kakinya. Pelurunya tepat mengenai betis kanan orang itu, membuatnya tersungkur ke tanah. Danny berlari menghampirinya, orang itu menoleh. Dia berusaha berdiri, merambat di tembok dan berjalan dengan luka di kakinya. Dia menoleh dan melihat Danny yang semakin dekat padanya. Dia mencabut sebilah pisau lalu tanpa ragu menyayat lehernya hingga robek. Seketika semburan darah memancar dari kerongkongannya dan tubuhnya meluncur ke tanah.

Langkah Danny terhenti, ia memandang tubuh terkapar dua meter di depannya itu. Matanya masih terbuka, memandang lurus ke kakinya. Darah masih mengalir dari tenggorokannya yang digoroknya sendiri dengan pisau yang tergeletak di dekat tubuhnya.

Mungkin orang itu sudah gila, dia meggorok lehernya sendiri hanya karena tak mau Danny menangkapnya. Atau itu sebuah kesetiaannya terhadap orang yang mengirimnya. Danny segera berbalik dengan salah satu tangannya menyangga tembok.

Apa maksudnya ini dan siapa lagi yang mengincarnya?

*****

Rombongan mobil polisi dan sebuah ambilans datang ke sana. Mereka teronggok tak jauh dari depan gang. Mayat pria itu sedang di angkut ke dalam mobil jenazah. Danny berdiri dengan seseorang di dekat sebuah mobil polisi. Untungnya Danny memang tak menyentuh mayat pria itu sama sekali hingga tak ada sidik jarinya di sana.

"Dia menggorok lehernya sendiri?" seru Letnan Heru.
"Seperti yang ku katakan padamu. Aku tahu ini gila, atau memang orang itu yang gila!" sahut Danny.
"Kau tahu siapa dia?"
"Dalam mimpipun aku tak pernah melihatnya,"
"Kau tidak ingat siapa orang yang mungkin menaruh dendam padamu?"

Danny memandangnya.

"Jika harus di ingat mungkin banyak, dan aku tak bisa menerka yang mana."
"Ok, kami akan coba mencaritahu siapa dia. Kau cukup pandai tak menyentuhnya!"
"Kau tahu aku bukan orang bodoh!"
"Tapi biasanya kau cukup ceroboh, ehm....kerusakan di jalan lumayan!"
"Apa ada yang terluka parah?"
"Beberapa pengendara motor memang di larikan ke rumah sakit tapi setidaknya mereka masih hidup!"

Danny menghela nafas,
"Aku harus segera menjemput putriku, bolehkah aku meninggalkan tempat ini?"
"Tentu, jika ada sesuatu kau boleh hubungi aku!"
"Thanks!" desis Danny lalu berjalan ke arah mobilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun