Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terjebak di Hotel Kumuh

8 Januari 2015   15:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:33 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ku perhatikan dia secara seksama, ya Tuhan....dia kan teman Tien yang punya mata yang indah itu! Bagaimana....aku bisa bersamanya di sini?

"Kau....kau bisa bahasaku?" desisku, "kenapa, aku orang Indo!" sahutnya dengan tenang seraya berjalan ke arah kursi dan memungut sepotong kaos warna merah, memasukan tubuhnya ke dalam kaos itu. Pas sekali, kulitnya yang agak coklat dan sangat maskulin berpasangan dengan kaos merah itu.
"Oh....!" desisku, aku melihat diriku sendiri yang ternyata hanya mengenakan tank - top warna hijau milo dan celana pendek setengah paha. Aku terkejut.....mulutku membentuk huruf o melihat diriku sendiri, lalu aku segera mencari sesuatu. Ku temukan sebuah kemeja, langsung ku kenakan saja, wangi! Tak berbau busuk seperti yang lainnya yang berserakan di mana-mana. Dimana jaket dan celana jeansku? Aku tak melihatnya satupun.

Rasa mual kembali menyerang perutku, aku pun berlari ke kamar mandi untuk muntah....wuok...wuok...., tapi justru bau kamar mandi itu yang membuat perutku bertambah teraduk-aduk. Apakah tempat ini tak pernah di bersihkan? Segera aku berkumur dan mencuci muka lalu kabur dari kamar mandi itu.

Ku lihat pria itu sedang mengotak-atik pintu, "apa yang kau lakukan?" tanyaku pasaran, "sepertinya pintunya terkunci!" jawabnya tanpa menoleh padaku, ia berusaha memutar-mutar gagang pintu dan menariknya beberapa kali. "ya cari kuncinya!"
"Aku sudah mencarinya, tak ada dimanapun!"
"Apa!" seruku seraya mendekat, "jangan bilang padaku, kita terkunci dari luar!"
"Sepertinya memang begitu,"

Ku pandang dia, seolah dialah yang bersalah karena aku terjebak di tempat menjijikan ini bersamanya. Dari gesturnya, caranya berbicara....caranya berpakaian....rasanya..., tak mungkin yang menempati ruangan ini adalah dia.

"Tempat ini milik siapa?" tanyaku lantang, "oh....ini, seingatku A phao yang menampatinya!" jawabnya sambil duduk di kursi, "siapa dia?"
"Teman Tien, dia ada di antara kita semalam!"
"Oh....yang bertampang preman itu? Pantas saja....tempatnya berantakan, sama dengan orangnya. Kalau begitu, lakukanlah sesuatu agar kita bisa keluar dari sini, aku sudah tidak tahan!" seruku...."eh, tunggu!" ku tatap dia...., "kita berdua terbangun di sini, saat kau membuka mata kau terbaring dimana?"
"Di sampingmu!"
"A...pa!" teriakku keras, dia sampai sedikit meringis dengan teriakanku, "kau....kau tidur di sampingku....oh...oh Tuhan!"
"Aku juga tidak tahu kenapa kita bisa di satu ranjang, jangan menatapku seperti itu. Aku tidak memperkosamu!"
"Mana aku tahu apa yang kau lakukan, semalam kan kita mabuk!"
"Memangnya kau merasakan sesuatu?"

Aku terdiam, memang benar....aku tak merasakan apapun. Semoga saja memang tak terjadi sesuatu, lagipula memang tak ada bagian yang sakit. Semoga saja aku memang masih Virgin, aku berjalan menuju tasku yang tergeletak tak jauh dari ranjang. Ku aduk isinya untuk menemukan hpku, langsung ku buk dan....oh Tuhan mati total, semalam aku lupa mengisi batrenya. Sial, "kau bawa hp?" tanyaku.

"Seingatku semalam aku membawanya, tapi aku tak menemukannya sekarang!"

Kami duduk terdiam cukup lama, mungkin ada berjam-jam. Mana perutku keroncongan, lagi! Lain kali tidak lagi terjadi seperti ini, pokoknya kapok deh di bujuk Indi buat ikut ke klub. Biarin aja di bilang kampungan yang penting selamat dunia akhirat. Aku mulai gila rasanya kalau tak segera keluar dari tempat ini.

"Ini gila, aku bisa kena SARS lama-lama di sini. Ya Tuhan....tolong bukakan pintu itu!" akhirnya ku buka mulutku kembali setelah lama diam.
"Kau berisik sekali, apa kau tak bisa diam?"
"Tidak, sebelum keluar dari kandang ini!" jawabku ketus, aku mulai mencari sesuatu. Pakaianku, dimana? Aku tak menemukannya, ku rasakan dia memperhatikan aku.
"Kau cari apa?"
"Jeansku, aku tak mungkin keluyuran hanya dengan kemeja ini!"
"Semalam kau muntah, ku rasa jeansmu ada di kamar mandi!" jawabnya, aku tercenung sejenak lalu ku toleh dia, sepertinya dia tahu apa yang akan terlontar dari mulutku. Aku segera ke kamar mandi kembali, benar...ada di keranjang pakaian. Bercampur dengan....entah pakaian siapa. Aku keluar kembali, "siapa yang membukanya?"
"Aku tak ingat!"
"Dan jaketku?"
"Entahlah....mungkin juga ada di sana!"

Aku mendesah panjang...., ada suara klik di pintu. Baik aku maupun dia langsung berlari ke pintu. Pintu terbuka lebar dan Indira bersama dua pria masuk ke sana. Itu Thien dan....mungjin A Phao, yang tinggal di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun