Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Blood #Part 12

24 Februari 2015   13:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Kau masih cemburu dengan Sarah?" desisnya, airmata menggenangi pipi Karen. "kau masih mencintaiku, Karen!" tambahnya, "pergi!" usir Karen. "kau tidak bisa membohongi hatimu!"

"Ku bilang pergi dari rumahku!" ulangnya tanpa menoleh, "Karen!" desis Danny sekali lagi, tapi wanita itu malah berlari masuk ke dalam kamar, menutup pintunya rapat-rapat dan bersandar di baliknya. Ia menangis di sana.

Ya, aku masih mencintaimu. Tapi aku tidak akan mengemis cintamu lagi seperti yang dulu ku lakukan? Karena kau tidak pernah mencintaiku, Danny. Kau tidak pernah mencintaiku!

Danny menatap pintu kamar yang berjarak beberapa meter darinya itu, ia seperti bisa merasakan tangisan Karen. Betapa kejam dirinya ternyata, dulu ia mengabaikan cinta wanita itu dan sekarang ia memaksanya untuk mengakui kalau wanita itu masih mencintainya? Apa haknya? Dan apa yang akan ia lakukan jika memang Karen masih mencintainya?

Perlahan ia melangkah keluar dari rumah itu, di jalanan ketiga mayat itu sudah di masukan ke kantong mayat dan di pindahkan ke mobil jenazah. Beberapa polisi masih di sana menanyai beberapa saksi. Letnan Heru melihat Danny berjalan gontai ke arah mereka. Ia pun menghampirinya.

"Danny!" sapanya, Danny menatapnya. "Bisakah kau ikut aku ke kantor polisi, ada beberapa pertanyaan untukmu!" pintanya,

*****

"Papamu tidak menjemputmu?" tanya Sammy, "dia papamu juga!" sahut Sharon. Sammy tersenyum, "itu jika dia mengakuiku!"

"Papa bukan orang sekejam itu, mungkin jika dia tahu dulu Karen hamil dia tidak akan meninggalkannya!"
"Lalu bagaimana dengan mamamu, apa menurutmu dia yang akan di abaikan. Kalau begitu kamu tidak akan pernah ada?"
"Entahlah.....,"
"Kenapa kamu tak menelponnya?"
"Sudah ku hubungi tapi tak di angkat, biar ku coba lagi!" katanya memungut hpnya kembali dari saku bajunya. Ia menekan nomor Danny dan menunggu jawaban.

"Papa, papa dimana?" tanyanya.
"Maaf sayang, papa di kantor polisi. Papa lupa menjemputmu, bagaimana kalau papa suruh paman Toni saja yang menjemputmu?" tawarnya.
"Tidak perlu, aku akan pulang bersama Sammy saja!" tolaknya,
"Sammy!" desis Danny. Ia terdiam sejenak. "ya sudah, kalian naik taksi saja jangan naik bis!" suruhnya. Sharon sedikit heran karena papanya tak melarangnya, tapi....baguslah kalau begitu.

"Bagaimana?" tanya Sammy setelah Sharon menutup hpnya. "papa sedang di kantor polisi, sepertinya ada masalah. Aku bilang aku akan pulang bersamamu, bagaimana kalau kita ke rumahmu saja!" pintanya.
"Ke rumahku?"
"Ya, aku....aku ingin bertemu mamamu lagi!" desisnya. Sammy menatapnya, "seumur hidup aku baru bertemu langsung dengannya cuma sekali, boleh kan jika aku bertemu dengannya lagi?" pinta Sharon, Sammy melihat ada sebuah kerinduan di mata gadis itu. Kerinduannya pada sosok seorang ibu, Sharon kehilangan mamanya saat usianya 6 tahun, tentu ia sangat merindukan mamanya sama seperti dirinya yang juga merindukan ayahnya yang bahkan tak pernah memeluknya. Sammy tersenyum, "of course!" sahutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun