Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [58]

23 Januari 2022   12:04 Diperbarui: 23 Januari 2022   12:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • Mc Kay -- Month of June
  • VERIVERY -- My Beauty
  • Jeong Sewoon -- Oh My Angel
  • Yoo Seonho -- One Blue Star
  • Junggigo -- Only U
  • Seulgi & Wendy -- Only You
  • PRODUCE X 101 CRAYON -- Pretty Girl
  • Elaine -- Rain or Shine
  • SEVENTEEN -- Say Yes
  • RED VELVET -- See The Stars

BAEK CHOEUN'S POV

Aku berlarian menuju apartemen keluarga Min. Aku menelepon Donghyun setengah jam yang lalu, tapi yang menyambut teleponku malah Dongsun. Dongsun bilang Donghyun tidak bangun dari sejak siang tadi ketika dia selesai makan siang (dan menurutnya, Donghyun makan sedikit sekali). Dongsun mengecek keadaannya dan dia yakin Donghyun demam. Dongsun harus pergi menjalani pemotretan malam ini dan dia tidak bisa membatalkannya, sedangkan seperti biasa, appa dan eomma mereka disibukkan dengan kegiatan gereja, entah mereka akan pulang jam berapa (atau bahkan tidak pulang lagi). Memang sejak aku pulang dari Jeju, aku belum bertemu secara langsung dengan Donghyun, dan itu artinya nyaris seminggu kami belum bertemu. Aku tidak perlu bersusah payah membunyikan bel apartemen, aku hanya langsung memasukkan kode pintunya dan cepat-cepat masuk, bahkan aku tidak mengganti sepatuku dengan sandal rumah, aku hanya mencopot sepatuku dan membiarkannya berserakan. Pintu kamar Min brothers dibiarkan terbuka, kukira oleh Dongsun, yang sosoknya sudah tidak terlihat di rumah. Aku duduk di lantai, di dekat sisi ranjang dimana Donghyun tertidur. Sosoknya saat tidur tetap terlihat tampan, tapi dia berkeringat lebih banyak dari biasanya, padahal pendingin ruangan menyala dan wajahnya terlihat agak pucat. Aku meletakkan telapak tanganku di dahinya, dan suhu tubuhnya cukup tinggi. Aku membersihkan keringatnya dengan tisu dan menggenggam tangannya.

"Donghyun... ayo bangun. Kau sakit, biar aku merawatmu."

Aku merasa bersalah aku tidak memperhatikannya dengan baik akhir-akhir ini. Dahinya berkerut dalam tidurnya. Apakah dia sedang bermimpi? Apakah mimpinya buruk?

"Aku harus mengompresnya. Kalau demamnya bertambah, mungkin aku harus membawanya ke rumah sakit."

Aku berdiri dan baru saja akan meninggalkannya, ketika dia balik menggenggam tanganku dengan erat.

"Noo... na... Choeun..."

Aku menoleh dan memandanginya. Matanya masih tertutup rapat, tapi dia tampak makin gelisah. Aku tidak bisa meninggalkannya dalam keadaan begini.

"Donghyun... ini aku. Bangunlah, hmm?"

Aku kembali ke posisiku berdiri di sisi ranjangnya dan menggerakkan lengannya dengan tanganku yang bebas.

"Donghyun... Min Donghyun..."

Biasanya akan sangat sulit membangunkannya, dan aku agak terkejut ketika dia akhirnya membuka matanya.

"Donghyun, kau tidak apa-apa?"

"Choeun... noona?"

"Ya, ini aku. Aku disini."

Aku terkejut ketika Donghyun duduk dan memelukku. Dia membenamkan kepalanya di bawah daguku dan memelukku sangat erat. Aku balik memeluknya. Tubuhnya hangat dan basah oleh keringat.

"Noona... jangan tinggalkan aku. Jangan biarkan aku mencarimu. Aku tidak bisa tanpamu."

"Donghyun, apa sih yang kau katakan? Siapa yang akan meninggalkanmu? Untuk apa kau mencariku? Aku selalu disini untukmu. Oke, maksudku, maaf aku sibuk beberapa hari ini, tapi aku sudah disini lagi," jelasku panjang, "aku jauh lebih takut kehilanganmu, meskipun mungkin aku tak pernah menunjukkannya padamu."

Aku mengelus belakang kepalanya dan punggungnya untuk beberapa saat sampai dia melepas pelukannya. Akhirnya kami bertukar pandang dalam keadaan kamarnya yang remang-remang, sinar lampu jalanan masuk lewat jendela yang tertutup kain gorden putih transparan. Wajahnya masih tampak pucat dan dia masih berkeringat.

"Noona janji ya? Tidak akan membiarkanku sendirian? Aku tadi mencarimu... di mimpiku. Kupikir itu bukan mimpi... rasanya nyata sekali. Aku mencari noona di tengah badai. Aku benar-benar takut kehilangan noona."

"Aku janji, Donghyun. Maafkan aku ya aku membuatmu kesepian... mungkin karena itu kau mimpi buruk."

Aku duduk di sampingnya dan membelai rambutnya sambil tersenyum. Aku mencintaimu, Donghyun. Andaikan kau bisa mendengar suara hatiku, kau akan selalu mendengar kalimat itu terucap, terutama di setiap saat kita bersama dan di saat aku merindukanmu.

"Apa kau lapar? Kau harus makan sesuatu dan minum obat setelahnya. Mau makan apa?"

Donghyun memeluk lenganku dan meletakkan kepalanya di bahuku dengan manja.

"Nanti saja, aku ingin bersama noona seperti ini sebentar."

"Aku tak percaya seorang Min Donghyun menolak makanan. Apakah ini untuk pertama kalinya dalam hidupnya?"

Kami sama-sama tertawa. Mataku lalu melihat kesana-kemari dan menyadari ada sesuatu yang aneh di meja belajarnya (yang bersebelahan dengan meja belajar Dongsun).

"Balon apa itu?"

Oh~ baby

Oh baby, I wanna tell you, hey you're the prettiest right now
6. .

Yesterday is gone and we don't know what tomorrow will bring June, you and I, remember today
Romantic month of June

With you, the romantic month of June, the wind blows over us

You're always the prettiest right now

I like the seat by the window, all the way to the back

If we're together, I don't care where to go

Between late spring and summer, between us
Bus radio Sweet love song

On the bus radio is the sweet love song that you like

(Mc Kay -- Month of June)

"Balon?"

Aku berjalan menuju meja belajarnya dan melihat benda apa yang terikat pada balon itu dan membuatnya tidak bisa terbang. Donghyun menyalakan lampu, jelas-jelas bingung juga dengan balon itu. Akhirnya aku bisa melihat kotak kecil terikat di ujung tali balon berwarna oranye terang itu.

"Apa... ini?"

Aku membuka kotaknya dan membuat balonnya terbang begitu saja ke langit-langit kamar. Mulutku ternganga ketika melihat cincin yang sangat cantik di dalamnya. Aku melihat ke meja satunya, merasa perlu memastikan ini memang meja belajar Donghyun, bukan meja Dongsun. Jadi cincin ini bukan punya Dongsun... bukan punya Eunyul eonni... dan Eunyul eonni kan memang sudah punya cincin... jadi ini...

"Ah, aku tak mengerti kenapa ini bisa ada disini... kurasa Dongsun hyong yang merencanakannya."

Donghyun mengambil kotak cincin itu dari tanganku dan mengambil cincinnya.

"Aku sudah dua kali berencana melamar noona, tapi rencana itu selalu gagal. Tapi sekarang noona malah menemukan cincinnya... ya sudahlah, mungkin bukan nasibku melakukan hal yang romantis untuk melamar noona. Maaf ya, mungkin ini sangat tidak romantis, tapi... aku mau menghabiskan sisa hidupku untuk melakukan banyak hal dengan noona... yang romantis, yang lucu, yang bodoh, bahkan hal yang sedih ketika kita tidak beruntung, aku ingin berada di sampingmu."

I wanna look at the night ocean with you

I wanna quietly kiss you on your forehead

It'll feel like the stars shooting

If I'm with you, I feel like I have wings

Oh~ baby

I wanna tell you, hey, you're the prettiest right now
6. .

It's only us in the world, you and I, remember today
Romantic month of June

With you, the romantic month of June, the stars pass over us

Every time you smile, every time you wrinkle your nose

It's amazing, it feels strange

Is this how being in love feels like?

Everything in the world moves me

(Mc Kay -- Month of June)

Otakku macet. Apa yang baru saja terjadi? Tau-tau Donghyun sudah memegang tanganku, dan pandanganku yang sejak tadi "tersihir" untuk hanya menatap matanya, sekarang menatap tanganku, dan dia sudah memasukkan cincin itu ke jari manisku. APA YANG TERJADI?

"Aku bisa mendengarmu, noona. Jawabannya adalah: aku baru saja melamar noona."

"APA KAU SEKARANG BISA MENDENGAR SUARA DI PIKIRANKU JUGA?"

Donghyun mengedikkan bahunya dengan cuek, "ya, kurasa aku bisa."

"JANGAN BERCANDA!"

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun