"Donghyun... Min Donghyun..."
Biasanya akan sangat sulit membangunkannya, dan aku agak terkejut ketika dia akhirnya membuka matanya.
"Donghyun, kau tidak apa-apa?"
"Choeun... noona?"
"Ya, ini aku. Aku disini."
Aku terkejut ketika Donghyun duduk dan memelukku. Dia membenamkan kepalanya di bawah daguku dan memelukku sangat erat. Aku balik memeluknya. Tubuhnya hangat dan basah oleh keringat.
"Noona... jangan tinggalkan aku. Jangan biarkan aku mencarimu. Aku tidak bisa tanpamu."
"Donghyun, apa sih yang kau katakan? Siapa yang akan meninggalkanmu? Untuk apa kau mencariku? Aku selalu disini untukmu. Oke, maksudku, maaf aku sibuk beberapa hari ini, tapi aku sudah disini lagi," jelasku panjang, "aku jauh lebih takut kehilanganmu, meskipun mungkin aku tak pernah menunjukkannya padamu."
Aku mengelus belakang kepalanya dan punggungnya untuk beberapa saat sampai dia melepas pelukannya. Akhirnya kami bertukar pandang dalam keadaan kamarnya yang remang-remang, sinar lampu jalanan masuk lewat jendela yang tertutup kain gorden putih transparan. Wajahnya masih tampak pucat dan dia masih berkeringat.
"Noona janji ya? Tidak akan membiarkanku sendirian? Aku tadi mencarimu... di mimpiku. Kupikir itu bukan mimpi... rasanya nyata sekali. Aku mencari noona di tengah badai. Aku benar-benar takut kehilangan noona."
"Aku janji, Donghyun. Maafkan aku ya aku membuatmu kesepian... mungkin karena itu kau mimpi buruk."