"Sudah, jangan ribut-ribut kalian. Aku punya usul," ujar Chungdae hyong, "mau dengar usulku?"
Aku membereskan mejaku dengan cepat setelah jam kuliahku selesai. Jam delapan malam ini kami akan menjalankan rencana yang sudah kami persiapkan sejak kemarin. Timku sama dengan tim yang membantuku menyatakan perasaan pada Choeun noona waktu itu, tapi kali ini juga ditambah Chungdae hyong dan Youngkyong, tapi berkurang Eunyul noona (menurut Dongsun hyong, Eunyul noona pasti tidak bisa menahan diri membocorkannya pada Choeun noona, jadi lebih baik dia tidak tau). Aku mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasku dan membukanya: ada cincin dengan satu mata permata kecil di tengahnya, tampak sederhana, tapi menurutku cahaya permatanya menyilaukan dan itu cukup untuk menggambarkan Choeun noona. Dia sederhana, tapi bercahaya di saat yang bersamaan. Membayangkan aku akan memakaikan cincin ini padanya malam ini membuatku bersemangat. Aku memasukkan cincinnya ke dalam tasku lagi dan berjalan keluar kelas. Aku menyapa siapa saja yang menyapaku dengan cepat, tapi pergerakanku terhenti oleh ponselku yang berbunyi. Rupanya Myung hyong, salah seorang seniorku yang meneleponku.
"Yoboseyo hyong."
"Donghyun, maaf meneleponmu mendadak. Kami butuh bantuanmu."
"Ada apa hyong?"
"Kami kekurangan tenaga disini. Banyak sekali yang sakit. Kami mau memastikan apa mereka terkena sejenis pandemi."
"Hyong dimana? Aku akan kesana."
Dari latarnya, aku bisa mendengar suara anjing-anjing dan aku tau dari suara mereka, mereka terdengar kesakitan, bahkan ada beberapa yang melolong. Aku mengenal Myung hyong dari Youth Dogs Rescue Team yang kuikuti semenjak aku masuk ke kampus. Klub ini bertugas di berbagai tempat, terutama penampungan hewan, tugas utamanya untuk menyelamatkan anjing terlantar, dan kami yang berkuliah di kedokteran hewan bertugas khusus untuk memberikan pertolongan kesehatan pada anjing yang membutuhkan. Karena aku sibuk dengan liga minggu lalu, aku tidak mengikuti kegiatan mereka. Tapi mendengar mereka butuh bantuanku, aku akan langsung kesana. Kurasa aku tidak akan terlambat untuk pesta kejutannya, toh masih ada lima jam lagi sebelum jam 8 malam. Aku menaiki bus menuju tempat penampungan anjing yang dimaksud Myung hyong. Begitu sampai kesana, hatiku terenyuh. Sudah banyak rekanku dari klub yang sibuk disana, tapi memang hanya ada tiga rekan kedokteranku yang sibuk dengan peralatan mereka. Aku meletakkan tasku dan mengeluarkan peralatan kesehatan (yang untungnya selalu kubawa sejak Minki sakit mendadak waktu itu) dan dengan cepat bergabung dengan Myung hyong yang sudah bersimbah keringat.
"Apa yang terjadi hyong?"
"Beberapa dari mereka muntah-muntah. Aku perlu memastikan ini bukan pandemi dan mengetahui apa sebab pastinya sebelum menunggu mereka dibawa ke rumah sakit. Mobilnya tidak bisa menampung banyak," jelas Myung hyong yang bahkan tidak melihat ke arahku ketika aku bertanya padanya.
"Yang mana yang sakit, tolong bawa kesini."