Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.
- Kim Seokjin -- I Love You
- WANNA ONE -- IPU (confession version)
- SUPER JUNIOR -- Let's Not
- Standing Egg -- Little Star
- Jonghyun & Taeyeon  - Lonely
- ASTRO -- Love Wheel
- TXT -- Magic Island
- GOT7 -- Magnetic
- GOTCHA -- Make Sure Today
- GOT7 -- Miracle
HWAN EUNYUL'S POV
"...maaf ya Dongsun."
Aku menggigit bagian bawah bibirku dengan agak khawatir. Dongsun dan aku berada dalam sambungan telepon. Aku sedang berada di kampus, sedangkan Dongsun hari ini mengambil izin karena dia akan menjalani sesi pemotretan. Dia sedang di sela-sela istirahatnya, jadi dia akhirnya bisa meneleponku setelah aku mencoba meneleponnya dua kali sebelumnya.
"Kenapa harus minta maaf, noona? Aku tau ini untuk kegiatan kampus, jadi aku pasti tidak akan mempermasalahkannya," balas Dongsun di seberang sana.
"Benarkah Dongsun? Tapi aku akan keluar dengannya seharian hari ini karena tempatnya kan cukup jauh."
"Sungguh, tidak apa-apa, noona. Tapi kalau terjadi sesuatu, hubungi aku ya. Mungkin aku tidak akan bisa langsung menyambut telepon noona, tapi tinggalkan pesan saja ya."
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih, Dongsun."
"Tidak perlu berterimakasih, noona. Ngomong-ngomong jam berapa kalian akan pergi?"
"Aku sedang menungguinya keluar dari ruangan Park Gyosunim. Bagaimana keadaan disana?"
"Cukup lancar, noona. Kurasa aku bisa pulang sebelum malam... bahkan sore, kalau pemotretannya selalu lancar seperti ini."
Akhirnya sudah hampir sebulan Dongsun resmi menjadi artis di bawah naungan Morning Star Entertainment. Terjadi perdebatan cukup alot ketika Dongsun ingin mengganti isi kontraknya, karena ada klausul mengenai larangan berpacaran di kontrak itu. Tapi Dongsun dengan jelas mengatakan dia dan aku saat ini sedang menjalin hubungan, jadi dia ingin mengganti poin itu. Dan akhirnya poin itu dihilangkan, jadi Dongsun bersedia menandatangani kontrak barunya (klausul itu diganti dengan durasi kontrak Dongsun yang lebih panjang, yang tadinya 4 tahun menjadi 6 tahun, dan Dongsun harus menghasilkan pendapatan dengan jumlah dua kali lipat dari kontrak awal, aku lupa berapa jumlahnya, tapi setauku ada banyak angka 0 disana, tapi Dongsun ingin aku tidak mengkhawatirkannya). Tapi aku melihatnya bekerja sangat keras, meski dia tetap menyediakan waktunya untukku.
"Jaga dirimu baik-baik dan makan yang banyak ya."
"Noona, kupikir aku sudah mulai makan sebanyak Donghyun. Apakah aku akan menjadi gendut sepertinya?"
Aku tertawa dan menghardiknya, "Donghyun tidak gendut tapi dia jelas punya tubuh yang lebih padat darimu, dan itu sungguh tidak apa-apa."
Dongsun tertawa juga, "ah noona, aku harus mulai sesi pemotretannya lagi. Sampai nanti!"
"Ya Dongsun, selamat bekerja!"
Dan di saat itu juga, Hyunbin oppa akhirnya menemuiku.
"Apakah kau siap untuk berangkat sekarang, Eunyul?"
"Ya, ayo kita pergi sekarang, oppa."
Aku dan Hyunbin oppa ditugaskan menjadi panitia utama University Outing tahun ini. Untuk sesi pertama, fakultas yang terpilih untuk pergi adalah fakultas olahraga, insinyur, ilmu pengetahuan & teknologi komputer, dan bisnis dan ilmu pengetahuan sosial (ini berarti Chungdae, Bojin, Dongsun, Hyeil, Joonki, Youngkyong dan Yeowoo akan ikut pergi nantinya). Kami sekarang akan melakukan survei ke desa pilihan Hyunbin oppa. Aku masuk ke mobil Hyunbin oppa dan langsung memakai seatbelt.
"Perjalanan kesana akan cukup panjang, sekitar satu jam penuh. Katakan kalau kau butuh istirahat ya, Eunyul."
"Ya oppa, jangan khawatir, aku cukup tahan banting."
Kami tidak banyak bicara sementara dalam perjalanan menuju desa tersebut. Aku berbalas pesan dengan Choeun yang hari ini stand by penuh di Million Stars. Kafe itu mulai ramai lagi dan sepertinya semua orang sudah mulai melupakan kontroversi yang pernah ada disana. Cuaca juga sudah tidak sedingin biasanya lagi di akhir bulan Januari, bahkan sudah tidak turun salju semenjak tiga hari terakhir. Apakah itu artinya musim Semi akan segera datang? Aku juga tau kenapa tercipta kecanggungan di antara aku dan Hyunbin oppa. Aku masih ingat bagaimana Dongsun menceritakan padaku soal aku yang sangat mabuk saat bersama Hyunbin oppa waktu itu. Aku menduga pastilah aku mengucapkan hal-hal di luar akal sehatku ketika otakku tidak bisa dipakai dengan baik. Jadi lebih baik kami tidak membahas apa yang terjadi hari itu. Memang sejak hari itu juga, aku tidak pernah berduaan dengan Hyunbin oppa, kecuali kami berpapasan di kampus. Tapi masalahnya, secara tidak sengaja nama kami terpilih sebagai panitia untuk event besar ini. Aku merasa dipermainkan oleh takdir. Tapi sejauh ini Hyunbin oppa bekerja dengan sangat profesional, dan aku lega dia tidak membuat kecanggungan ini semakin menjadi-jadi. Kami sampai di desanya sekitar jam setengah sebelas pagi, dan mengobrol dengan kepala desa sebelum berkeliling di suasana pedesaan yang sejuk. Kami juga sudah menghampiri tempat penginapan dan mempertimbangkan apakah kami akan mendirikan tenda daripada menggunakan penginapan. Kami duduk di bawah lindungan pohon besar untuk berdiskusi kegiatan apa saja yang bisa dilakukan para mahasiswa di desa ini bersama kepala desa. Ketika kami sudah merencanakan kegiatan selama tiga hari dua malam itu (dan kami memutuskan akan menggunakan tenda saja, aku yakin para mahasiswa akan menyukainya) jam sudah menunjukkan jam lima sore.
"Wah tidak terasa ya sudah sore. Tapi aku senang persiapan kita sudah cukup. Kita hanya perlu membentuk tim mahasiswanya. Apa kau punya ide siapa saja yang bisa kita pilih?"
Aku dan Hyunbin oppa berjalan keluar dari bawah naungan pohon menuju mobilnya yang diparkir agak jauh.
"Kita butuh berapa orang?" tanyaku dan mendadak wajah-wajah yang kukenal muncul di pikiranku.
"Kurasa tiga orang cukup. Mereka nantinya bisa memilih masing-masing satu orang lagi untuk menemani mereka."
"Ah, hujan!"
"Cepat kesini, Eunyul!"
Hyunbin oppa menarik tanganku dan aku berlarian mengikutinya menuju pondok yang tak jauh dari areal perkebunan. Hujan turun mendadak sangat deras dan airnya terasa dingin. Tapi aku selalu suka bau hujan. Aku menjulurkan tanganku untuk merasakan air yang dingin itu di telapak tanganku sambil mendongak memandang langit. Langit masih tampak cerah meskipun saat ini hujan.
"Kau masih suka hujan ya?"
"Ya, aku selalu suka hujan. Suasananya, suaranya, baunya... Ah, oppa masih ingat kalau aku suka hujan?"
"Tentu," jawabnya tenang, "aku tak pernah melupakan apapun yang kau sukai, Eunyul. Aku masih mengingat semua hal kecil tentangmu."
Aku memandangnya dan ekspresinya tampak tenang, dan dia juga tersenyum tipis.
"Taukah kau? Aku benar-benar menyesal aku sudah melepasmu. Aku menyesal aku tidak mengejarmu waktu itu. Andaikan aku mengejarmu... mungkin sekarang kita sudah menikah."
Aku tertawa kecil.
"Sudahlah oppa, tak ada yang perlu disesali dari hal yang sudah berlalu. Lagipula sekarang aku bersama dengan Dongsun, dan dia pria yang baik."
"Ya, aku tau dia pria yang baik. Tapi..."
"Tapi kenapa oppa?"
"Maukah kau berjanji sesuatu padaku?"
Mendadak, dia berdiri di dekatku dan memegang pundakku untuk berhadapan dengannya. Aku sangat bingung karena dia terlihat sangat serius sekarang. Keadaan ini juga membuatku gugup.
We're too different
You know that well
We aren't able to embrace each other's realities
I don't understand
I don't remember
Words that will always just be words, I don't expect them
I love you
I love you
I love you
I love you
I love you
I love you
To your warm touch
(Kim Seokjin -- I Love You)
"Aku minta maaf atas segala yang pernah terjadi. Aku tau aku pernah minta maaf, tapi kali ini aku ingin minta maaf dengan tulus. Aku senang sekali bertemu denganmu lagi, dan aku ingin kita kembali lagi seperti dulu," jelasnya perlahan, "tapi kehadiranku malah membuatmu ketakutan. Dan lagipula, setelah melihat dan mengenal Dongsun, kurasa dia pria yang baik. Aku sekali lagi minta maaf karena aku pernah berusaha mengambilmu dari Dongsun. Aku bisa tenang sekarang karena kau punya pasangan yang baik. Aku harap kita bisa berteman... tanpa merasa canggung lagi."
"Ah oppa, kukira oppa mau bilang apa. Aku sudah lama memaafkan oppa, jadi jangan khawatir soal itu. Dan ya, ayo kita berteman baik."
"Ngomong-ngomong berjanjilah padaku. Kalau Dongsun jahat padamu, aku akan menjewernya karena dia sudah menyakiti... adik perempuanku."
Aku tertawa dan hatiku terasa ringan.
"Aku akan lapor pada oppa. Tapi sebelum oppa dengan leluasa menganggapku sebagai adik perempuan oppa, kurasa kita perlu meresmikannya."
"Meresmikannya? Bagaimana?"
"Hujannya sudah berhenti. Dan aku lapar. Jadi tolong traktir aku."
Hyunbin oppa tertawa dan mengacak rambutku.
"Ayo, kita makan yang banyak."
Aku tertawa dan berjalan cepat menuju mobilnya. Syukurlah, jika segalanya bisa berakhir dengan baik seperti ini...
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H