Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [51]

8 September 2021   09:32 Diperbarui: 8 September 2021   09:36 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ya oppa, jangan khawatir, aku cukup tahan banting."

Kami tidak banyak bicara sementara dalam perjalanan menuju desa tersebut. Aku berbalas pesan dengan Choeun yang hari ini stand by penuh di Million Stars. Kafe itu mulai ramai lagi dan sepertinya semua orang sudah mulai melupakan kontroversi yang pernah ada disana. Cuaca juga sudah tidak sedingin biasanya lagi di akhir bulan Januari, bahkan sudah tidak turun salju semenjak tiga hari terakhir. Apakah itu artinya musim Semi akan segera datang? Aku juga tau kenapa tercipta kecanggungan di antara aku dan Hyunbin oppa. Aku masih ingat bagaimana Dongsun menceritakan padaku soal aku yang sangat mabuk saat bersama Hyunbin oppa waktu itu. Aku menduga pastilah aku mengucapkan hal-hal di luar akal sehatku ketika otakku tidak bisa dipakai dengan baik. Jadi lebih baik kami tidak membahas apa yang terjadi hari itu. Memang sejak hari itu juga, aku tidak pernah berduaan dengan Hyunbin oppa, kecuali kami berpapasan di kampus. Tapi masalahnya, secara tidak sengaja nama kami terpilih sebagai panitia untuk event besar ini. Aku merasa dipermainkan oleh takdir. Tapi sejauh ini Hyunbin oppa bekerja dengan sangat profesional, dan aku lega dia tidak membuat kecanggungan ini semakin menjadi-jadi. Kami sampai di desanya sekitar jam setengah sebelas pagi, dan mengobrol dengan kepala desa sebelum berkeliling di suasana pedesaan yang sejuk. Kami juga sudah menghampiri tempat penginapan dan mempertimbangkan apakah kami akan mendirikan tenda daripada menggunakan penginapan. Kami duduk di bawah lindungan pohon besar untuk berdiskusi kegiatan apa saja yang bisa dilakukan para mahasiswa di desa ini bersama kepala desa. Ketika kami sudah merencanakan kegiatan selama tiga hari dua malam itu (dan kami memutuskan akan menggunakan tenda saja, aku yakin para mahasiswa akan menyukainya) jam sudah menunjukkan jam lima sore.

"Wah tidak terasa ya sudah sore. Tapi aku senang persiapan kita sudah cukup. Kita hanya perlu membentuk tim mahasiswanya. Apa kau punya ide siapa saja yang bisa kita pilih?"

Aku dan Hyunbin oppa berjalan keluar dari bawah naungan pohon menuju mobilnya yang diparkir agak jauh.

"Kita butuh berapa orang?" tanyaku dan mendadak wajah-wajah yang kukenal muncul di pikiranku.

"Kurasa tiga orang cukup. Mereka nantinya bisa memilih masing-masing satu orang lagi untuk menemani mereka."

"Ah, hujan!"

"Cepat kesini, Eunyul!"

Hyunbin oppa menarik tanganku dan aku berlarian mengikutinya menuju pondok yang tak jauh dari areal perkebunan. Hujan turun mendadak sangat deras dan airnya terasa dingin. Tapi aku selalu suka bau hujan. Aku menjulurkan tanganku untuk merasakan air yang dingin itu di telapak tanganku sambil mendongak memandang langit. Langit masih tampak cerah meskipun saat ini hujan.

"Kau masih suka hujan ya?"

"Ya, aku selalu suka hujan. Suasananya, suaranya, baunya... Ah, oppa masih ingat kalau aku suka hujan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun