"Oh, apa itu?"
"Ah, lucu sekali!"
Aku menoleh ke pintu depan restoran dan melihat dua orang berpakaian hewan berdiri di luar. Satu orang memakai kostum kucing putih, kepalanya besar sekali, tapi yang berpakaian panda lebih besar lagi kepalanya. Kadang aku berpikir, apa orang-orang di dalam kostum itu baik-baik saja, maksudku, pasti susah kan melihat dan berjalan dalam kostum itu? Dan seperti yang kuduga, si panda menabrak pintu dan limbung ke belakang karena kepalanya yang besar (banyak orang tertawa melihatnya), tapi si kucing menahan badannya sehingga si panda tidak terjatuh. Akhirnya si kucing mendorong pintu terbuka dan si panda (yang sepertinya jadi linglung) berjalan sempoyongan masuk ke restoran.
"Apa sih ini?" tanya Bojin yang duduk di sebelahku, mulai tertawa.
Aku ikut tertawa bersama Bojin saat si kucing bergabung dengan si panda, lalu keduanya melihat kesana kemari. Lalu mendadak, si kucing menunjukku... bukan, aku berharap bukan menunjukku, tapi menunjuk seseorang di meja kami... kukira dia menunjuk Bojin.
"Kau kenal mereka?"
"Tidak. Apa mereka menunjukku? Kurasa mereka menunjuk noona!" tebak Bojin.
"Aku? Tapi kenapa aku?"
Ternyata dugaan Bojin benar, si panda dan kucing mendatangiku dan meraih masing-masing lenganku membawaku berdiri.
"Apa ini?" tanyaku bingung, tapi aku tertawa bersama yang lainnya.
Si kucing menunjuk pintu keluar dan sepertinya tidak berniat melepas lenganku.