"Kau kan bisa berjalan pulang bersamaku daripada mengikutiku begitu," hardikku.
"Memangnya noona mau? Kan, noona tidak mau berbicara denganku belakangan ini."
Aku menundukkan kepalaku dan merasa bersalah. Menghindari Donghyun bukan jalan keluarnya, apalagi setelah aku malah merasa merindukannya ketika dia tak ada di dekatku. Kau bodoh, Baek Choeun. Mau berapa lama lagi kau mengingkari dirimu sendiri? Kau tidak lelah dengan semua ini?
"Karena aku sudah terekspos... aku tak bisa mengikuti noona diam-diam lagi. Sekarang pilihannya hanya ada dua: pulanglah dengan Bojin hyong atau mulailah berkendara lagi, noona."
"Tidak, aku punya satu pilihan lagi."
"Apa itu?" tanya Donghyun saat kami sudah berada di ambang pintu apartemenku.
"Kau yang menemani aku."
Donghyun masih tampak terkejut ketika aku menariknya masuk ke dalam apartemenku. Aku melepas lapis demi lapis jaket yang kupakai dan menggantungnya, juga mengganti boot yang kupakai dengan sandal rumah.
"Tunggulah sampai saljunya agak mereda. Kau tau susah sekali mendapat taksi di daerahku pada jam segini."
"Tunggu noona, apakah benar... aku boleh menemani noona pulang?"
Aku berjalan ke dapur dan dia mengikutiku. Mendengar pertanyaannya yang penuh rasa penasaran membuatku merasa terhibur. Aku membuka salah satu lemariku.