Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] You Are (Not) My Destiny [37]

13 Mei 2021   14:11 Diperbarui: 13 Mei 2021   14:41 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • Jonghyun & Taeyeon - Lonely
  • ASTRO -- Love Wheel
  • TXT -- Magic Island
  • GOT7 -- Magnetic
  • GOTCHA -- Make Sure Today
  • GOT7 -- Miracle
  • BTS -- Miss Right
  • Mc Kay -- Month of June
  • VERIVERY -- My Beauty
  • Jeong Sewoon -- Oh My Angel

MIN DONGHYUN'S POV

Dongsun hyong benar. Cara untuk memancing Hyunah keluar dengan mudah adalah dengan menggunakan namaku. Dan aku melihatnya memasuki caf tempat aku menunggunya. Dia seperti biasa, tampak cantik dan angkuh pada saat yang bersamaan. Aku melirik ponselku dengan khawatir. Choeun noona tidak membalas pesanku sejak semalam. Dongsun hyong mengiriminya pesan tentang Hyunah dan dia membacanya semalam sekitar jam 8 malam, tapi dia tak mengirim balasan, ataupun membalas pesanku. Apa sesuatu terjadi dengannya? Aku akan pergi ke tempatnya kalau hari ini dia tidak menemui Hyunah. Dan kalau dia tidak datang, berarti akulah yang harus berbicara dengan Hyunah. Hyunah duduk dengan tenang di hadapanku.

"Oh hai Donghyun. Aku tak menyangka kau ingin bertemu denganku di luar kampus dan tidak di Million Stars."

"Hai Hyunah-ssi. Kurasa kau tau Million Stars tutup sementara? Kurasa itu berita yang cukup heboh dibahas di kampus kita juga?"

"Oh, iya juga sih. Padahal aku suka cafenya," jawabnya, tapi tak ada nada penyesalan dalam suaranya, "jadi, kenapa kau mau menemuiku?"

Aku melirik ponselku lagi, tapi tak ada apapun disitu. Baiklah, berarti aku yang harus bicara dengannya.

"Sebenarnya aku ingin..."

Pintu caf terbuka lagi diiringi suara dering lonceng yang ditempel di pintu kacanya. Itu Choeun noona! Wajahnya yang tidak mengenakan riasan, hanya bibirnya dipolesi lip tint tipis berwarna pink, tapi aku yakin, dia tampak agak pucat. Aku melambai padanya dan matanya menangkap lambaian tanganku. Dia tersenyum tipis sejenak dan duduk di sampingku. Hyunah tampaknya cukup terkejut melihat Choeun noona, tapi dengan cepat kembali memasang ekspresi angkuhnya.

"Jadi, sebenarnya aku ingin kau menemui Choeun noona."

"Ada apa?" tanyanya sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.

"Sebaiknya aku langsung saja ke pokok pembicaraan. Jadi beritau aku alasannya, kenapa kau melakukan semua itu padaku?"

"Melakukan apa?"

"Menyuruh orang untuk menjegalku di dalam Haunted Maze dan mencoba mencelakaiku dengan kasus tepung di Million Stars. Kenapa kau begitu membenciku?"

"Apa sih yang kamu maksud? Aku tidak melakukan apa-apa," ujar Hyunah, masih mempertahankan wajah angkuhnya.

Aku memejamkan mataku untuk mencegah emosiku naik. Dongsun hyong sudah mengingatkan aku untuk tidak marah, lagipula kami punya semua buktinya. Aku mengambil ponselku dan menekan tombol play pada video kasus tepung. Kudorong ponselku ke arahnya di permukaan meja.

"Lihat saja sendiri."

Hyunah tidak memegang ponsel itu, dibiarkannya tetap di permukaan meja sambil ditontonnya. Matanya semakin membesar dan kurasa sekarang makin mengerti.

"Dan tentang Haunted Maze, ada yang mengisikiku soal itu, dan aku tau orang ini tidak punya motif apapun untuk berbohong padaku."

"Kenapa? Kesalahan apa yang pernah kulakukan padamu sampai membuatmu tega menyakitiku seperti ini?"

"Aku benci padamu," itulah kalimat yang keluar dari mulutnya setelah suasana hening beberapa lama.

Aku mengerutkan dahiku, tapi perasaan tidak enak mulai merasuki hatiku. Jangan-jangan...

"Aku menyukaimu, Donghyun. Dan aku tidak suka melihat kau selalu berada di dekatnya. Kau selalu berada di Million Stars, matamu selalu mengarah padanya. Perhitunganku meleset saat kau menolongnya di Haunted Maze. Dan kukira dengan menyebarkan gossip tentang Choeun-ssi dengan perantara para ahjumma dan melakukan sedikit hal dengan Million Stars, kau tidak akan kesana lagi. Kalau caf itu ditutup, aku akan sering melihatmu di kampus. Kau akan bermain basket dan sepakbola dengan lebih sering..."

"Tidakkah kau merasa tindakanmu itu begitu egois?"

"Aku tau. Tapi aku benar-benar menyukaimu. Mungkin kau tak ingat, tapi aku melihatmu pertama kalinya tiga tahun yang lalu. Waktu itu kau bersama dengan tim basketmu datang ke sekolah kami untuk menghadiri pertandingan persahabatan. Dan aku tidak bisa melupakan sosokmu sejak hari itu. Kau tak tau betapa bahagianya aku ketika melihat namamu ada di daftar mahasiswa di universitas kita. Dan kita bahkan ada di fakultas yang sama."

Ketika menceritakan semua ini, mata Hyunah terlihat berbinar senang. Tapi itu tidak membuatku bahagia. Di satu sisi, aku malah takut. Dia tak tampak cantik dengan binar mata itu. Dia malah terlihat... terobsesi.

"Dan ketika aku pertama kali melihatmu di kelas, aku langsung mengenalimu. Betapa senangnya aku juga, ketika aku mengunjungi Million Stars, aku melihatmu disana. Dan kita bertemu lagi sebagai sesama kapten basket. Aku merasa nasib baik berpihak padaku," ceritanya terdengar ceria, namun sedetik kemudian, suasana hatinya berubah, "tapi aku melihat matamu... selalu tertuju pada Choeun-ssi. Dimanapun aku melihatmu bersamanya, kau selalu memandangnya, seakan tak ada orang lain lagi di sekitarmu. Kau hanya memperhatikannya. Memang aku tau Choeun-ssi adalah pacar Chungdae-ssi, tapi sepertinya Chungdae-ssi tidak bisa selalu bersama dengannya, dan malahan kau yang selalu ada di sisinya."

Perasaan tidak enakku terbukti. Ternyata Choeun noona menjadi celaka karena perasaanku padanya.

"Jadi kupikir kalau aku bisa menyingkirkan Choeun-ssi dari sisimu, kau akan bisa memperhatikanku..."

"Kau salah," potongku, "tidak masalah ada atau tidaknya Choeun noona di sisiku, mata dan hatiku memang hanya tertuju padanya."

Aku bisa merasakan pandangan Choeun noona, dia sekarang sedang memandangiku. Aku gugup, karena ini terasa seperti aku mengungkapkan perasaanku padanya, perasaan yang kupendam semenjak terakhir kali aku mengungkapkannya di hari berhujan di musim panas beberapa tahun yang lalu, ketika aku tau Choeun noona memilih Chungdae hyong daripada aku. Tapi aku harus mengatakannya sekarang, untuk menghentikan Hyunah, juga untuk membuat Choeun noona sadar, perasaanku tidak pernah berubah padanya.

"Kau tidak tau cerita apa yang ada di masa lalu kami. Namun tidak hanya karena itu aku mencintainya. Aku mencintainya karena dia adalah Baek Choeun. Dia yang selalu ceria, dan ketika aku tidak bersamanya, aku selalu merindukannya. Maafkan aku Hyunah-ssi, apapun yang kau lakukan, kau tidak bisa membuatku berhenti memandangnya."

Mata Hyunah membesar dan dia tampak marah.

"Tapi kenapa? Lihatlah aku, aku punya segalanya. Aku cantik, aku juga tidak perlu bersusah payah bekerja, jadi kalau kau bersamaku, mudah saja bagi kita untuk nanti bekerja di rumah sakit yang sama. Bayangkan juga kalau kau membuat konten Youtube bersamaku, konten itu akan sangat terkenal, karena kau tau aku juga sudah punya banyak pengikut. Kita punya hobi yang sama, kita bisa jadi pasangan yang serasi."

"Tapi aku hanya mencintai Choeun noona. Aku tidak punya perasaan itu padamu. Aku tadinya ingin berteman baik-baik saja denganmu. Kau pikir aku tak tau kau suka padaku? Aku tau. Dan aku masih ingin setidaknya kita menjadi teman, karena, benar katamu kita sama-sama kapten tim basket," jelasku dengan suara tenang yang membuatku sendiri terkejut, "tapi apa yang kau lakukan pada Choeun noona benar-benar membuatku kecewa."

"Kau tidak akan menolakku seperti ini kan? Kau akan datang kepadaku dan bilang kalau kau menyesalinya kan?"

"Tidak, Hyunah-ssi. Ini adalah jawaban finalku."

Hyunah tampak sangat marah dan dia mendadak berdiri.

"Kau akan menyesalinya," ancamnya dengan suara bergetar, "aku yakin kau akan menyesalinya."

"Hyunah-ssi. Aku tidak akan meneruskan laporannya ke polisi, tapi aku akan membuka Million Stars lagi. Kuharap kau tidak akan melakukan apapun lagi terhadap caf itu... ataupun terhadapku."

"Kau pikir aku takut dengan polisi? Apakah kau barusan mencoba mengancamku?"

"Tidak, aku tidak mengancammu. Aku hanya memperingatkanmu."

"Silahkan kalau kau mau melaporkanku, aku tidak peduli soal itu," suaranya terdengar kencang saat dia membalas ucapan Choeun noona.

Aku tidak ingin membalas ucapannya, tapi aku hanya memandangnya tajam, memperingatkannya bahwa kalau dia mengatakan sesuatu yang keterlaluan pada noona-ku, aku tidak akan tinggal diam. Aku sudah cukup sabar dengan segala yang dilakukannya. Dongsun hyong benar, setidaknya Choeun noona tidak benar-benar terluka dan tidak terjadi sesuatu yang gawat pada Million Stars (jika Hyunah tidak mau meminta maaf, dan perkiraannya seperti itu, setidaknya kita bisa menayangkan beberapa bagian dari video dan membersihkan nama caf kembali, kita hanya perlu promosi, begitu rencananya), jadi menurutnya, aku juga tidak perlu terlalu emosi. Hyunah pergi dari hadapan kami dengan cepat, dan dia tampak sangat marah.

"Akhirnya... segalanya sudah akan kembali berjalan dengan normal."

"Terima kasih Donghyun. Sampaikan terima kasihku pada Dongsun juga."

"Ayo kita ke caf sekarang. Dongsun hyong dan Bojin hyong ada disana. Ayo kita pikirkan strategi untuk mempromosikan Million Stars lagi."

"Aku... kurasa aku tidak bisa kesana hari ini. aku malu untuk mengatakan ini, tapi bisakah kalian yang memikirkan strateginya?" pinta Choeun noona, "dan beritau aku apa yang harus aku lalukan selanjutnya."

Aku memperhatikan wajah Choeun noona dengan seksama, aku berusaha mengunci tatapanku dengannya, tapi ketika dia tau usahaku, dia memalingkan wajahnya.

"Ada apa noona? Kau tidak membalas pesanku. Kukira kau tidak akan datang tadi. Apa terjadi sesuatu? Apa noona sakit?"

"Aku... ya, aku hanya sedikit tidak enak badan, tapi jangan khawatirkan aku."

"Apakah kau ingin aku menemanimu? Aku bisa menggeser rapatnya ke hari yang lain..."

"Tidak Donghyun," tolaknya cepat, "aku hanya butuh sedikit istirahat."

"Baiklah kalau itu yang noona inginkan..."

Choeun noona berdiri, dan aku menahan tangannya. Dia menoleh padaku dan tersenyum tipis.

"Terima kasih Donghyun, untuk... segalanya."

"Panggil aku kalau noona membutuhkanku kapan saja, oke?"

"Ya, pasti."

Aku melepas tangannya dan menatap sosoknya menjauh. Dia tidak mengatakan apapun setelah dia mendengar tentang perasaanku padanya... ah sial... apakah aku baru saja membuat hubungan kami menjadi canggung? Dia tampak tidak bahagia... haruskah aku mengejarnya? Ah kau bodoh, Min Donghyun... apa yang baru saja kau lakukan? Ini bukan seperti akhir yang kau bayangkan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun