Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [15]

4 Januari 2021   19:16 Diperbarui: 4 Januari 2021   20:48 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • GOT7 -- Confession Song
  • K.Will -- Day 1
  • SF9 -- Different
  • Chen & Punch - Everytime
  • Sondia -- First Love
  • Yook Sungjae -- From Winter
  • Plastic -- Gangnam Exit 4
  • THE BOYZ -- Good Bye
  • MXM -- Good Day
  • MONSTA X - Gravity

MIN DONGHYUN'S POV

Kurasa aku sudah cukup baik menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus. Sebentar lagi malahan musim panas akan tiba dan kami akan mendapat liburan singkat selama dua minggu. Sebelum liburan itu dimulai, universitas kami mengadakan kompetisi basket kecil yang diikuti oleh tiga universitas lainnya. Tapi para pemain yang dicari untuk tim basket kali ini adalah dari antara mahasiswa semester satu sampai lima saja. Dan ternyata proses seleksi tidak mudah. Yang pertama, mahasiswa universitas kami banyak sekali; yang kedua, universitas kami sendiri punya fakultas olahraga dan mahasiswanya sangat banyak. Chungdae hyong sendiri mengambil jurusan ilmu olahraga, dan dia dengan senang hati mendalami banyak cabang olahraga. Sedangkan kita tau bersama jumlah pemain basket inti hanya lima orang. Dulu ketika di Hwachin persaingannya tidak sesulit ini, aku bahkan menjadi pemain inti saja selama tiga tahun disana (setelah Chungdae hyong lulus aku bahkan jadi kapten tim basket dan sepakbola sekaligus). Tapi sangat berbeda rasanya ketika untuk menjadi tim intipun kami harus mengikuti audisi selama empat hari penuh semenjak pertengahan bulan April.

Dongsun hyong duduk di sampingku dan menyodorkan botol minuman padaku, "minum yang banyak."

Aku mengambil botol minuman itu dan menenggak setengah isinya sambil mataku memandangi anggota muda tim basket kami. Anggota senior yang terdiri dari semester tujuh ke atas ikut kami latihan hari ini dan kami melakukan sparing. Aku baru saja diganti karena sudah bermain selama 10 menit, begitu juga dengan Dongsun hyong.

"Senang ya, rasanya kita seperti kembali reuni setelah lulus dari Hwachin."

Aku tertawa karena aku tau apa maksudnya.

"Hyong, aku, Chungdae hyong, Hyeil hyong dan Joonki hyong. Kita semua masuk tim basket lagi."

"Ya, sayangnya Joonki jadi tidak masuk tim inti, padahal kudengar sejak tahun kemarin, dia sudah ada di tim inti. Aku tak tau siapa di antara kita yang mendepak Joonki, aku merasa tidak enak. Tapi ngomong-ngomong kita punya Bojin hyong di tim inti. Heran ya, sepertinya kita berjodoh sekali dengannya."

Mau tak mau mataku mengikuti gerakan Bojin hyong yang baru saja mencetak three points. Joonki hyong bukannya tidak bagus, tapi Bojin hyong jauh lebih bijak ketika mendistribusikan bola untuk teman setimnya, dimana itu adalah kelemahan Joonki hyong yang lebih individualis. Dongsun hyong yang menyodok lenganku dengan lengannya membuat konsentrasiku terpecah.

"Dan kali ini Chungdae kalah denganmu karena kau yang dapat posisi kapten."

Aku tak bisa menahan senyumku, "ah ya... ini kan hanya tim muda, hyong. Mungkin kalau kita sudah gabung dengan senior, aku tak akan jadi kapten. Atau aku bahkan tak akan masuk tim inti. Dan lagipula mungkin Chungdae hyong bisa jadi kapten tim sepakbola."

"Oh ya, kita juga akan ikut audisi kan? Nanti sesudah liburan musim panas selesai."

"Kemungkinan kita lebih besar disana, karena setidaknya pemain sepakbola lebih banyak."

"Kau benar."

Kami tertawa bersama. Aku berpikir apakah Choeun noona mau menonton pertandingan kami. Tapi aku tau aku tak perlu menanyakannya karena dia pasti akan dapat info dari Chungdae hyong. Memang semenjak menonton konser dengannya, aku belum keluar bersamanya lagi. Semoga dia bisa meluangkan waktunya untuk menonton pertandingan kami.

Aku dan para pemain basket memasuki lapangan basket indoor kami yang sudah dipenuhi oleh banyak penonton. Hari Senin ini adalah pertandingan pertama kami. Dua pertandingan berikutnya akan diadakan hari Rabu dan Jumat dan pemenang ditentukan dengan jumlah skor yang tercetak. Untuk hari ini, pertandingan pertama adalah tim basket wanita duluan, jadi kami akan duduk di area penonton dan memberi mereka semangat. Tim basket wanita kami dan tim lawan sedang melakukan pemanasan di lapangan. Saat aku menuju ke bangku paling depan dimana kami harus duduk menonton dan menunggu disana, aku melihat Chinye melambai dari barisan kedua, yang artinya dia akan duduk di belakang kami.

"Chinye semangat sekali mau menonton. Dia sampai bawa snack," lapor Hyeil hyong.

Tapi aku menyadari dia duduk sendirian sementara ada tiga kursi kosong di sampingnya.

"Kenapa dia Cuma sendirian?"

"Lho, kau tak tau soal Youngkyong dan Yeowoo ya?" Joonki hyong balik bertanya.

"Memangnya mereka kena..."

Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, naluriku sebagai pemain basket terusik ketika aku melihat sebuah bola melayang menuju Chinye yang matanya masih tertuju pada kami. Aku berlari dan sedikit melompat, tapi aku berhasil meraih bola itu hanya beberapa sentimeter sebelum menghantam wajah Chinye. Jantungku berdebar dan Chinye berteriak terkejut.

"Kau tak apa-apa kan Chinye?"

"Oh ya... terima kasih Donghyun," jawab Chinye yang masih tampak terkejut.

"Oh maaf aku tidak sengaja..."

Aku rasanya mengenal suara itu dan benar saja... ternyata pemilik suara itu adalah si gadis arogan yang waktu itu mengunjungi Million Stars. Dan dia memakai seragam tim basket... tunggu. Dia satu kampus denganku? Dan dia juga pemain basket?

"Oh, kau... pelayan yang waktu itu kan?" tanyanya dengan nada yang masih kurang kusukai.

"Ya..."

"Ternyata kau berkuliah disini juga," ujarnya sambil menjulurkan tangannya, "aku Song Hyunah, semester tiga kedokteran."

Apa dia serius? Dia juga di kedokteran? Apa takdir sedang mempermainkanku?

Aku menyambut uluran tangannya, "aku Min Donghyun, semester satu, tapi aku di kedokteran hewan."

"Oh, mungkin kita akan sering bertemu nantinya, di sekitar kampus maupun di basket," matanya melirik gelang di lenganku, "dan kau kapten."

Secara otomatis mataku juga melirik ke lengannya dan dia punya gelang berwarna biru, sama dengan yang kupakai. Sial, dia juga kapten.

"Kau juga kapten."

"Hyunah, ayo kita... YA MIN DONGHYUN!"

Yeowoo noona berlarian mendekatiku dan dia juga berseragam tim basket. Aku dan dia saling menunjuk dan tertawa bersama.

"Aku tidak tau Yeowoo noona ada di tim basket."

"Kau kan tidak pernah tanya. Aku sudah di tim sejak tahun kemarin. Dan kulihat kau sudah berkenalan dengan kapten kami."

"Oh kalian berteman?"

Entah mengapa, melihat binar di mata Hyunah membuatku tidak nyaman, seolah-olah fakta bahwa Yeowoo noona dan aku berteman membuatnya sangat bahagia.

"Oh ya, kami teman akrab sejak SMA. Ayo kita mengobrol lagi nanti, kita perlu pemanasan yang cukup."

"Sampai nanti, Donghyun-ssi."

Aku kembali ke bangku penonton dimana aku harus melewati kaki-kaki segerombolan pemain basket kami sampai aku mencapai satu-satunya kursi kosong yang disisakan di antara Joonki hyong dan Chungdae hyong dan aku duduk tepat di depan Chinye.

"Nah baru aku mau bilang kalau Yeowoo sudah main basket sejak tahun kemarin. Dia ada di tim sepakbola juga," lapor Joonki hyong.

"Kecintaannya pada olahraga memang tidak bisa hilang ya."

"Dan ngomong-ngomong, itu tadi cewek yang waktu itu kan," Chungdae hyong menyenggol lenganku, "yang menyiksa kita."

"Ya, benar hyong. Aku juga sempat kaget kita ketemu dia lagi disini. Dan dia juga di jurusan kedokteran."

Chungdae hyong membelalakkan matanya, "hati-hati loh."

"Aku? Hati-hati? Kenapa?"

"Eonni! Disini!"

Teriakan Chinye membuat perhatianku teralih menuju pintu masuk gedung: Choeun noona baru saja masuk bersama Eunyul noona. Mereka setengah berlarian dan melambai pada kami sebelum duduk di kursi yang disediakan Chinye.

"Oh noona, datang untuk menonton kami?" tanyaku, berusaha mengontrol suaraku agar tak terdengar terlalu bahagia.

"Ya! Aku akan meneriaki kalian hari ini," jawabnya dengan ceria lalu menyodorkan kantong yang dipegangnya ke Chungdae hyong, "bagi-bagi ini."

"Sajangnim!" seru Bojin hyong yang langsung melakukan hi-five dengan Choeun noona.

Eunyul noona juga menyodorkan bungkusan yang sama untuk Dongsun hyong, "yang ini untuk tim wanita dan para pelatih."

"Wow apakah pertandingan basket ini disponsori oleh Million Stars?" tanya Hyeil hyong sambil mendistribusikan minuman.

"Kata noona, noona tak bisa datang!" protes Chungdae hyong yang berdiri menghadap Choeun noona sambil berkacak pinggang.

"Aku berbohong padamu."

"Ya... noona!"

"Yang penting aku disini sekarang dan kau senang kan?"

Chungdae hyong menganggukkan kepalanya tapi dia tetap cemberut.

"Jangan cemberut. Aku tak bisa melakukan apapun disini untukmu."

Aku tak tau apa yang Choeun noona maksud, tapi aku punya perasaan tak enak Chungdae hyong sedang merengek meminta sesuatu dari Choeun noona yang tidak bisa dilakukannya di depan umum. Aku juga mau diperhatikan olehmu, noona.

"Selamat datang semuanya di Hyojae Basketball Junior Cup!"

Shin Sonsaengnim, salah satu dosenku ternyata menjadi MC untuk pertandingan hari ini. Para penonton bersorak bersemangat menanggapi segala perkataannya. Aku sesekali tersenyum sambil menikmati jus dari Million Stars.

"Dan sebelum pertandingan pertama dimulai, mari kita sambut..." penonton bersorak lebih kencang lagi, "tim cheerleader Hyojae University!"

"SUK YOUNGKYONG?" tanya Chungdae hyong yang lebih terdengar seperti teriakan.

"Yah baru tau dia. Aku sudah tau Youngkyong di tim ini lho," sindir Joonki hyong.

Aku terkejut sampai tak bisa berkata-kata. Youngkyong memakai seragam cheerleader yang cantik: atasannya yang ketat dan menunjukkan bagian perutnya berwarna biru tua dan pink, rok mininya berwarna pink, kaos kaki panjang yang dia pakai berwarna putih, dan rambut panjangnya diikat ekor kuda dengan pita berwarna biru. Youngkyong membawa dua pom-pom di masing-masing tangannya dengan dua warna yang berbeda: merah dan biru. Youngkyong adalah yang pertama berlari ke tengah lapangan diikuti cheerleader yang lainnya (dan aku menyadari tak ada dari mereka yang membawa pom-pom dengan dua warna, mereka hanya membawa masing-masing pom-pom merah atau biru) dan gelang lengan berwarna pink di lengan kanan Youngkyong menjawab pertanyaanku: cewek semester satu ini yang baru saja bergabung dengan tim cheerleader langsung menjadi kapten tim. Aku tak bisa menyalahkannya, Youngkyong sangat popular sekarang. Followers di Instagramnya sudah mencapai lebih dari 2000 akun, aku juga melihat wajahnya sebagai model dimana-mana, dan sekarang sorakan yang paling kencang justru terdengar dari para pria. Youngkyong sangat ceria saat memimpin tarian, teriakannya juga sangat kencang dan bersemangat.

"Wow Youngkyong..." bahkan Hyeil hyong tampaknya sangat kagum dengannya.

Lama sekali rasanya tepukan tangan berhenti setelah para cheerleader keluar dari lapangan. Aku masih setengah termenung ketika pertandingan basket wanita dimulai dan Youngkyong berlari sangat cepat mengitari sisi lapangan untuk duduk di sebelah Eunyul noona. Dia sudah memakai jaket berwarna oranye untuk menutupi seragam cheerleader-nya.

"Ah capek sekali."

"Ini, masih ada minuman," ucap Chungdae hyong sambil menyodorkan jus dari Million Stars untuknya.

"Youngkyong, kau keren dan cantik sekali," puji Choeun noona.

"Ah tidak, eonni lebih cantik," tolak Youngkyong sambil menyeruput jus, "aku bisa minta snack?"

Dan akhirnya aku bisa berkonsentrasi menonton pertandingan yang berlangsung. Yeowoo noona bermain sangat baik dan aku tidak heran dengan kenyataan itu, karena itu artinya skill basketnya tidak pernah berubah dari sejak SMA sampai sekarang. Tapi perhatianku teralih pada Hyunah. Ternyata cewek ini bermain baik juga, aku bisa mengerti kenapa dia menjadi kapten. Aura arogannya membuatnya lebih mudah memberi perintah pada timnya dan tim basket universitas kami terus mengungguli lawan kami.

"Wah... kuakui dia sangat hebat," kudengar suara Dongsun hyong dari sebelah Chungdae hyong, "gerakannya sangat lincah dan terarah, si kapten ini."

Mau tak mau aku juga mengakui bahwa skill dia sangat bagus. Akhirnya tim wanita universitas kami menang 42-10, skor yang cukup telak. Kami lalu berdiri dan bergantian tempat dengan mereka.

"SEMANGAT!" seru Eunyul noona sambil menepuk punggung Dongsun hyong.

Aku akan bermain bagus. Chungdae hyong memang rekan setimku, tapi dia juga sainganku untuk mendapatkan perhatian Choeun noona, jadi aku akan berusaha... aku ingin noona hanya melihatku dan bersorak untukku.

"Good luck," ujar Hyunah saat kami berpapasan.

"Oh ya. Terima kasih."

Inilah aku ketika aku bertanding: aku tak mendengar suara apapun dari penonton karena aku sangat berkonsentrasi, dan aku butuh konsentrasi penuh itu untuk melakukan quick scan setiap beberapa detik sekali, karena aku harus tau kemana aku bergerak dan kepada siapa bola harus kuoper. Lawan kami tangguh, mereka tidak seperti tim basket wanita mereka yang lemah. Pergerakan mereka cepat dan tembakan mereka tepat sasaran. Tapi itu bukan berarti kami akan menyerah. Setelah 2x10 menit, skor kami unggul 26-17 dan Bojin hyong diganti dengan Joonki hyong.

"Chungdae hyong, aku akan merepotkanmu sedikit. Kau tau, kaptennya," ujarku ketika kami beristirahat.

"Aku setuju dengan Donghyun. Kaptennya hampir sama cepatnya dengan Chungdae," setuju Choi Saem, pelatih tim basket kami.

"Oke, tak masalah," Chungdae hyong dengan cepat menerima saranku.

Chungdae hyong adalah pemain tercepat kami dan dia sangat rajin berlari kesana kemari, jadi aku akan memanfaatkannya untuk menjaga si kapten lawan yang juga sangat lincah. Bojin hyong bagus dalam mengoper, tapi dia memang terlihat lelah dan diganti dengan Joonki hyong. Dengan begini kami bisa memanfaatkan postur Joonki hyong untuk menjaga daerah pertahanan.

"Kurasa kalau kita mempertahankan tempo permainan kita, kita akan bisa menang."

"HYOJAE HWAITING!" teriak Youngkyong keras dari daerah penonton.

Aku menoleh dan bertemu pandang dengan Choeun noona. Aku tak tau apakah sejak tadi dia sudah melihatku, tapi kenyataan kami bertemu pandang membuatku tersenyum. Mulutnya mengucapkan "hwaiting" tanpa suara dan diapun tersenyum. Aku tidak akan mengecewakanmu, noona.

"Tidak begitu buruk, teman-teman!" seru Bojin hyong begitu kami semua masuk ke kamar ganti, "menang dengan selisih 8 poin yang tipis, bagaimanapun, tidak buruk."

"Ya, lawan kita sangat tangguh tadi," setuju Dongsun hyong sambil melepas seragamnya yang basah.

"Aku capek sekali."

Joonki hyong merebahkan diri di lantai diikuti dengan Chungdae hyong. Aku tertawa melihat tingkah mereka ini dan baru saja akan melompat untuk bergabung dengan mereka, pintu kamar ganti diketuk. Dongsun hyong asal mengambil handuk dan meletakkannya di bahunya, membuka pintu dan mengintip keluar, lalu sejurus kemudian pintu ditutup kembali.

"Donghyun, itu... Hyunah-ssi. Dan dia bilang Choi Saem menunggumu."

Aku menghentikan lompatanku dengan kecewa, "ah tolong bilang aku akan mandi sebentar dan aku akan segera kesana."

Aku cepat-cepat mandi dan bahkan membiarkan saja rambutku basah ketika aku keluar dari kamar mandi.

"Hyong, apakah kau akan menungguku?"

"Ya ayo kita pulang bersama. Aku, Chungdae, Eunyul noona dan Choeun noona. Kami akan menunggumu di depan kafetaria."

"Ya baiklah."

Aku mengambil backpack-ku dan ketika keluar dari kamar ganti, aku bertemu dengan Hyunah. Dia sudah mandi sepertinya dan rambutnya setengah kering. Dia tersenyum padaku.

"Ayo kita temui Choi Saem bersama."

"Kamu dari tadi menungguiku? Kenapa kamu tidak duluan saja?" tanyaku heran karena dia berarti menunggu cukup lama di depan kamar ganti kami.

"Tak apa, sebaiknya bersama saja kan, karena kita kapten?"

"Oh ya, benar..."

"Tunggu sebentar, ada serbuk handuk di rambutmu."

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan air bercipratan dari rambutku.

"Oh maaf, apa aku membuatmu basah? Dan apakah serbuknya sudah jatuh?"

"Belum. Sini aku ambilkan," ucapnya sambil melangkah mendekatiku.

"Oh tak apa, aku bisa sendiri."

"Sudah, kau saja tak bisa melihatnya kan?"

Aku tak bisa mencegahnya mengambil serbuk handuk itu dari rambutku. Aku berharap dia tidak perlu memperhatikan aku seperti itu, karena itu membuatku tak nyaman.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun