Kyungju melompat masuk ke mobilnya dan mulai memacu mobilnya. Dengan tangan kirinya, dia menekan tombol nomor satu di layar kecil di dashboard mobilnya.
"Sekretaris Kim," layar itu berbicara dan langsung membuat sambungan telepon.
Kyungju mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan tidak menentu, dan pada dering kedua panggilan telepon diangkat.
"Sekretaris Kim, aku tidak tau apa yang terjadi dengan Yoonsung. Dia menyandera Valene dan dia menginginkan dataku. Aku akan kirimkan posisi mereka padamu, tolong bawa beberapa polisi, tapi datanglah dengan rahasia," ujar Kyungju panjang, "yang paling penting adalah keselamatan Valene dan Yoonsung tidak terluka. Aku sedang menuju kesana sekarang. Aku punya waktu 2 jam. Jadi aku mohon... cepatlah."
Sambungan telepon diakhiri Kyungju. Otaknya masih menolak membayangkan Valene saat ini disandera Yoonsung. Mengapa harus Yoonsung? Bagaimana kalau Yoonsung memang tega menyakiti Valene? Memang dia tau sejak dulu Yoonsung sangat ambisius dalam segala hal... bagaimana kalau kekalahannya hari ini adalah puncak dari kekesalannya selama ini? Kyungju tau persis kemana dia harus pergi. Dia memarkir mobilnya tak jauh dari sebuah gedung tinggi yang sudah lama tidak terpakai. Kyungju keluar dari mobilnya dan memandangi gedung yang dulunya indah namun kini sudah menghitam itu. Kyungju bisa membayangkan api yang melalap keindahan gedung itu, walau dulu dia tidak disini untuk melihat peristiwa itu secara langsung. Dan malam itu, dia memandang sepupunya Song Yoonsung, bergandengan tangan dengan ayah Kyungju sendiri, dalam keadaan menyedihkan dan penuh luka lecet. Yoonsung terus terisak dan menolak berbicara bahkan hingga mereka mengantarkan mayat kedua orangtuanya ke peristirahatan terakhir mereka. Kyungju masih ingat, dalam sekitar satu tahun sejak kedatangan Yoonsung kecil, dia harus terus menerus pergi untuk terapi mengatasi shock yang dia alami. Dan meskipun akhirnya Yoonsung tumbuh dalam keadaan baik-baik saja, atau bahkan dia tumbuh menjadi sosok yang sangat tampan dan tenang, Kyungju mulai melangkah perlahan, dia tak yakin telah mengenali sosok Yoonsung yang sebenarnya. Dia terlalu takut, namun tidak berani memikirkan kemungkinan apapun. Yang ada di pikirannya adalah apakah Valene terluka saat ini. Kyungju masuk ke gedung tak bertuan ini, melangkah mencari jalan yang lebih aman untuk diinjak, tidak berani mengeluarkan suara, hanya menerangi langkah dan melihat sekelilingnya dengan cahaya dari ponselnya. Dimanakah mereka: sepupu yang disayanginya dan gadis yang dicintainya berada? Dia tak bisa menemukannya.
***
"Indah bukan, noona?"
Valene memandang ke bawah dengan perasaan takut. Memang, Valene punya sedikit phobia pada ketinggian dan atap gedung ini rupanya cukup tinggi. Angin di sore hari ini bertiup sangat kencang dan Valene tidak heran jika sebentar lagi akan turun salju. Matahari senja sedang melawan kekuatan awan yang berusaha menghalangi cahayanya yang berwarna kemerahan. Pemandangan yang sungguh indah... andaikan kedua tangannya tidak diikat dan Yoonsung terus mencengkeram lengannya dengan kuat. Valene menoleh dan memandangi wajah Yoonsung, dia ingin membencinya, tapi dia tidak bisa. Ada sorot kesedihan dalam mata Yoonsung, meskipun dia tersenyum licik pada saat yang bersamaan.
"Noona tidak ingin Kyungju hyong memberikan datanya untukku, kan?"
Valene menggelengkan kepalanya, "tidak. Kumohon Yoonsung, mari kita hentikan segalanya dan kita akan bicarakan ini baik-baik. Ya? Kumohon..."
"Kalau begitu noona harus memilihku dibanding Kyungju hyong. Jadilah milikku dan aku akan melepaskan segalanya."
Mengapa harus begini, batin Valene, kenapa aku harus terlibat dalam semua ini? Baru saja Valene memikirkan akhir yang indah dari kisah cintanya dan Kyungju, tapi mengapa kini dia harus memilih? Apakah lebih baik Kyungju memberikan data itu, dan Valene bisa kembali ke sisi Kyungju dengan baik-baik, namun Kyungju harus merelakan kerja kerasnya? Atau haruskah dia memilih Yoonsung dan menyembuhkan sakit hatinya... siapa tau Yoonsung bisa berubah dan dia bisa kembali ke sisi Kyungju setelah Yoonsung sembuh?
"Aku..."
"Datanya disini. Lepaskan Valene noona."
Valene dan Yoonsung menoleh pada saat yang bersamaan: Kyungju baru saja sampai ke atap. Dia terlihat agak terengah dan peluh membasahi wajah tampannya. Kyungju mengangkat sebuah folder di tangannya tinggi-tinggi dan baik Valene maupun Yoonsung tau, itulah data penjualan hari ini.
"Serahkan itu baik-baik dan aku akan melepaskan Valene noona."
"Mengapa kau harus melakukan itu, Yoonsung?"
"JANGAN BANYAK BERTANYA!"
"KYAAAH!"
Jantung Valene nyaris berhenti berdetak. Tak ada tembok di sekeliling atap ini, dan Yoonsung baru saja membawa dirinya mundur dua langkah ke belakang, dan tak heran jika mereka mundur sedikit lagi saja, mereka akan jatuh. Yoonsung ganti mencengkeram bahu Valene ketika berbicara dengan Kyungju.
"BAIK! BAIK, AKU TIDAK AKAN BERTANYA! LEPASKAN VALENE NOONA!"
"Selalu kau, hyong. Kau selalu menjadi juara kelas, bahkan juara sekolah. Gadis-gadis lebih memilihmu daripada memilihku. Kau selalu jadi pusat perhatian, bahkan tanpa kau banyak berusaha. Aku tau harabojipun akhirnya akan memilihmu daripada aku," ujar Yoonsung, "bahkan Valene noona lebih memilihmu."
"Aku... tidak bermaksud melakukannya. Tapi kau... kau mencintai Valene noona?"
 "Jadi hyong pikir aku menyelamatkan Valene noona tanpa alasan apa-apa? Aku menyukainya, sejak pertama kali kita bertemu dengannya, aku sudah menyukainya. Tapi apa dayaku... aku tau hanya ada hyong di matanya. Seperti apapun aku berusaha, dia tidak akan memandangku."
Valene yang tengah berusaha melepaskan ikatan tangannya (dia menyadari tangannya yang tanpa memakai sarung tangan saat ini mulai basah dan licin karena keringat dingin), menghentikan usahanya dan balas menatap Yoonsung. Yoonsung bahkan terlihat lebih sedih lagi sekarang, bahkan sepertinya matanya sudah basah. Hati Valene terenyuh. Dia pikir semua kejadian ini tidaklah mungkin terjadi di dunia nyata, tak mungkin ada seseorang yang begitu tampan namun kisahnya begitu menyayat hati seperti Yoonsung. Andaikan saja hatinya tidak sudah dimiliki Kyungju, dia pasti akan jatuh cinta pada Yoonsung, meskipun dia sesungguhnya berbahaya... atau apakah dia terpaksa melakukan semua ini, karena dia sudah lama menderita? Yoonsung melepaskan tatapannya dan memandang Kyungju yang sudah maju selangkah.
"Kalian terlalu mundur, itu bisa berbahaya. Ayolah Yoonsung, ambillah. Majulah dan aku akan memberikannya padamu."
"Tidak hyong! Aku tidak bisa mempercayaimu!"
"Baiklah, aku akan letakkan disini, aku akan mundur, oke?"
Dengan hati-hati, Kyungju meletakkan dokumen itu ke lantai, sementara tanpa melepaskan pandangannya pada Yoonsung dan Valene, dia mundur perlahan. Valene akhirnya merasakan tangannya terlepas dari ikatan, namun dia tetap bertahan pada posisinya, berusaha berkontak mata dengan Kyungju. Yoonsung maju dan perlahan melepaskan cengkeraman tangannya pada lengan Valene dan menunduk untuk mengambil dokumen itu. Baru saja Valene berkontak mata dengan Kyungju dan bersiap lari, semua ini terjadi begitu cepat: angin berhembus dan membuat dokumen yang terletak di lantai terbang begitu saja. Valene yang terlalu kaget tidak jadi lari, malahan bersama Kyungju, memandangi dokumen yang terbang itu. Namun Yoonsung tidak diam begitu saja. Dia mulai berlari dan melompat untuk menangkap dokumen itu, namun dia terlalu mundur dan keseimbangannya goyah...
"TIDAK, YOONSUNG!" teriak Kyungju.
Namun bukan Kyungju yang lebih cepat berlari ke arah Yoonsung, melainkan Valene. Valene menjatuhkan dirinya ke lantai dan dengan kedua tangannya menangkap tangan kanan Yoonsung. Yoonsung sekarang bergelantungan mengerikan, sedetik saja Valene terlambat menangkap tangannya, dia pastilah sudah jatuh. Valene memandangi Yoonsung ketakutan, begitu pula Yoonsung balik memandangnya dengan sorot yang sama.
"Noona... mengapa kau menangkapku? Bukankah aku memperlakukanmu dengan jahat tadi?"
Valene menggelengkan kepalanya dengan cepat, "aku tidak akan melepasmu Yoonsung."
Kyungju menjatuhkan dirinya di sebelah Valene juga dan menjulurkan tangannya.
"Yoonsung, berikan tanganmu yang satunya padaku. Ayo, kami akan mengangkatmu naik."
Yoonsung menggelengkan kepalanya.
"Mungkin ini hukuman Tuhan untukku karena aku sudah bertindak terlalu jahat. Mungkin ini takdirku untuk mati di tempat yang sama dengan kedua orangtuaku."
"Tidak! Kau jangan berkata begitu, Yoonsung! Aku tidak menginginkan posisi direktur, aku akan memberikan segalanya untukmu! Ayo, ulurkan tanganmu!"
"Hyong, maafkan aku dan semua kesalahanku."
Dari kedua bola mata Yoonsung menetes air mata yang membuat hati Valene dan Kyungju terenyuh. Tapi tidak, batin Valene, aku tidak akan melepaskan tanganmu, Yoonsung. Dan Valene perlahan ikut menangis bersama Yoonsung.
"Tidak, noona, jangan menangis!" seru Kyungju panic.
"KYAAAAH!!!"
Tubuh Yoonsung yang terlalu berat ditambah gravitasi dan Valene yang tengah emosi membuatnya nyaris tak bisa menahan berat badan Yoonsung. Valene terseret maju beberapa sentimeter dan dengan sigap, Kyungju memeluk pinggang Valene dari belakang.
"Jangan! Jangan lepaskan tanganmu, Yoonsung!" jerit Valene, yang masih terus menangis.
"Biarkan aku sendiri saja yang menanggung semua ini. Aku sudah sangat lelah. Aku merasa sangat bersalah."
"Kau jangan bodoh, Yoonsung. Aku akan hitung sampai 3 dan di hentakan ketiga aku akan mengangkat kalian berdua. Satu..."
"Hyong, kami terlalu berat untukmu. Tidak perlu bersusah payah menyelamatkan aku yang sudah menyakitimu dan Valene noona seperti ini..."
"KAU SUDAH KUANGGAP ADIKKU SENDIRI! BAGAIMANA AKU BISA MELANJUTKAN HIDUPKU TANPAMU, YOONSUNG?"
Dan Valene bisa merasakan tubuh Kyungju yang bergetar di belakangnya, Valene mengira Kyungju ikut menangis.
"Hyong, noona, katakan kalian memaafkanku meskipun sesungguhnya aku tak pantas dimaafkan. Tapi aku mohon... maafkan aku atas segalanya."
"Tidak, Yoonsung, tidak... jangan katakan itu!" Valene menjerit lebih keras saat dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menahan Yoonsung.
"AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU KALAU KAU MENYERAH, YOONSUNG!"
"Maafkan aku hyong, noona... maaf..."
"Valene, kerahkan tenagamu! Satu... dua... tiga!"
Valene mengira Kyungju benar-benar telah mengangkat mereka berdua bersama-sama... namun baik tangan Valene dan tangan Yoonsung basah dan licin oleh keringat... dan Valene tidak berdaya untuk menangkap tangan Yoonsung untuk yang kedua kalinya. Valene tidak akan melupakan bagaimana dia memandang mata Yoonsung yang terus jatuh dengan cepat ke bawah, tidak akan melupakan senyum Yoonsung yang tulus dari dalam hatinya... Yoonsung tidak jahat, dia hanya menginginkan kasih sayang lebih yang dia rindukan dari kedua orangtuanya. Tapi mengapa dia harus mengalami semua ini?
"YOONSUNG!"
"Tidak, noona!"
Dan tidak ada lagi yang dilihat Valene setelah mendengar teriakan Kyungju.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H