Mohon tunggu...
Indii Gevira Rahmana
Indii Gevira Rahmana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seniman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peluh dan Mimpi

3 Desember 2024   15:29 Diperbarui: 3 Desember 2024   15:35 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari belum sepenuhnya menampakkan wajahnya ketika Dila sudah bersiap meninggalkan rumah. Udara pagi yang sejuk menusuk kulit, namun tidak menyurutkan semangatnya. Setiap hari, rutinitas ini tak pernah ia lewatkan. Sebagai seorang penjual kue keliling, Dila tahu betul arti kerja keras.

Sejak ayahnya meninggal, beban keluarga jatuh ke pundaknya. la harus menghidupi ibu dan adiknya yang masih sekolah. Kue-kue buatannya yang sederhana, seperti bolu kukus, brownies, dan kue lapis, menjadi tumpuan utama keluarga. Dengan sepeda bututnya, Dila berkeliling kampung, menjajakan kue-kuenya dari rumah ke rumah.

Terkadang, la merasa lelah. Tubuhnya terasa remuk karena harus berjalan kaki sejauh berkilometer- kilometer. Namun, ketika melihat senyum bahagia di wajah pelanggannya saat menikmati kue buatannya, semua lelah itu sirna seketika.

"Mbak Dila, kue lapisnya enak sekali!" puji Bu Dewi, pelanggan setianya.

Pujian seperti itu selalu menjadi penyemangat baginya. Dila tidak pernah berhenti belajar membuat kue baru. la mencari resep-resep unik di internet dan mencoba membuatnya sendiri. Berkat ketekunannya, kue-kue buatannya semakin beragam dan diminati banyak orang.

Suatu hari, seorang ibu rumah tangga bernama Bu Ani menyarankan Dila untuk mengikuti lomba membuat kue yang diadakan oleh sebuah perusahaan makanan. Awalnya, Dila ragu. la merasa tidak percaya diri untuk bersaing dengan para peserta lain yang lebih berpengalaman. Namun, atas dorongan Bu Ani, akhirnya Dila memutuskan untuk ikut.

Persiapan lomba sangat melelahkan. Dila harus begadang untuk menyempurnakan resep kue barunya. Namun, ia tetap bersemangat. la ingin membuktikan bahwa dengan kerja keras, segala sesuatu mungkin.

Hari lomba tiba. Dila datang ke lokasi dengan perasaan deg-degan. Peserta lain terlihat sangat profesional dengan peralatan masak modern mereka. Dila hanya membawa peralatan seadanya,namun ia tetap optimis.

Proses pembuatan kue berlangsung seru. Dila mengerjakan setiap tahap dengan penuh konsentrasi, la berharap kue buatannya bisa memukau para juri. Setelah beberapa jam, semua peserta selesai membuat kue.

Pengumuman pemenang membuat suasana menjadi tegang. Ketika namanya disebut sebagai juara kedua, Dila tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. la mendapatkan hadiah uang tunai yang cukup besar dan sebuah sertifikat.

Dengan uang hadiah itu, Dila bisa memperbaiki sepeda bututnya dan membeli bahan-bahan kue yang lebih berkualitas. la juga bisa membantu ibunya merenovasi rumah mereka.

Kisah sukses Dila menginspirasi banyak orang di kampungnya. Banyak anak muda yang termotivasi untuk berwirausaha. Dila tidak pernah melupakan asal-usulnya, la tetap rendah hati dan selalu berbagi ilmu dengan orang lain. 

Kemenangan dalam lomba membuat hidup Dila berubah drastis. Pesanan kue mengalir deras, tidak hanya dari tetangga sekitar, tapi juga dari kota sebelah. Dila pun memutuskan untuk menyewa sebuah ruko kecil dan membuka toko kue sendiri. la memberi nama tokonya "Dila's Bakery".

Awalnya, bisnis Dila berjalan lancar. Namun, tidak lama kemudian, ia mulai menghadapi persaingan yang ketat. Muncul toko kue baru di dekat tokonya yang menawarkan harga lebih murah dan varian rasa yang lebih modern. Pelanggan Dila pun mulai berkurang.

Dila merasa putus asa. la bekerja lebih keras lagi, mencoba menciptakan inovasi baru pada kue- kuenya. Namun, usahanya seperti sia-sia. Omset tokonya terus menurun.

Suatu hari, Dila bertemu dengan seorang nenek tua yang sering membeli kue di tokonya. Nenek itu memberitahu Dila tentang sebuah resep kue tradisional yang sudah hampir punah. Resep itu konon memiliki cita rasa yang sangat unik dan khas.

Dila tertarik dengan cerita nenek itu. la meminta resep tersebut dan berjanji akan melestarikannya. Dengan tekun, Dila mempelajari resep kuno itu dan mencoba membuatnya. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya ia berhasil membuat kue dengan cita rasa yang luar biasa.

Dila memutuskan untuk memasarkan kue tradisional itu dengan nama "Kue Legenda". Ternyata, kue tersebut sangat diminati oleh masyarakat. Banyak orang yang penasaran dengan cita rasa unik kue tersebut. Dalam waktu singkat, "Kue Legenda" menjadi produk andalan Dila's Bakery.

Sukses dengan "Kue Legenda", Dila tidak lantas berpuas diri. la terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya. Ia juga membuka kelas memasak untuk mengajarkan resep-resep kue buatannya.

Beberapa tahun kemudian, Dila's Bakery telah menjadi salah satu toko kue ternama di kota itu. Dila tidak hanya sukses dalam bisnis, tetapi juga berhasil mewujudkan mimpinya untuk membantu keluarga dan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun