Mohon tunggu...
Siti Nurrobani
Siti Nurrobani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate sociology student at UGM

Membuat dan menulis di Blog ini sebagai saluran dari aspirasi saya sebagai mahasiswa. Saya tertarik dengan isu politik, budaya, dan perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stigmatisasi Gender dalam Sebatang Rokok

17 Januari 2025   11:35 Diperbarui: 17 Januari 2025   11:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dian Sastrowardoyo dalam serial Gadis Kretek (Kredit: pajak.com) 

Wacana tentang feminitas dan maskulinitas diintegrasikan pada semua bidang kehidupan sosial, termasuk di lembaga-lembaga seperti agama, media, pendidikan, dan pekerjaan (Walby 1989). Secara sosiologis, patriarki dibagi menjadi dua: publik dan privat. Patriarki privat adalah sistem ketika perempuan sebagian besar dikecualikan dari kehidupan sosial di luar rumah, dengan seorang pria yang mengendalikan peran dan tugas mereka secara langsung di dalam rumah tangga. Sebaliknya, patriarki publik tidak membatasi keberadaan perempuan di tempat-tempat tertentu, tetapi menempatkan mereka dalam posisi yang lebih rendah di semua tempat tersebut. 

Stigmatisasi dan pemberian standar ganda pada perokok perempuan merupakan contoh nyata patriarki publik yang menunjukkan bagaimana perempuan sering kali dinilai secara berbeda dibandingkan laki-laki dalam konteks yang sama. Dalam masyarakat patriarki, perempuan yang merokok lebih mungkin menghadapi stigma sosial yang lebih besar dibandingkan laki-laki karena perilaku tersebut dianggap tidak sesuai dengan norma feminitas yang diharapkan. Di sisi lain, laki-laki yang merokok mungkin lebih diterima atau bahkan dianggap sebagai simbol maskulinitas. Akibatnya, perempuan yang merokok sering kali merasa perlu menyembunyikan kebiasaan mereka untuk menghindari penilaian negatif dari masyarakat, seperti merokok dalam kamar mandi, kamar kos, atau ruang lainnya yang terlihat "aman".

Dalam lingkungan kerja, perempuan yang merokok bisa dianggap kurang profesional atau tidak memiliki kapabilitas yang tinggi, sementara laki-laki yang merokok mungkin tidak menghadapi penilaian yang sama. Hal ini menunjukkan bagaimana standar ganda beroperasi dalam kehidupan sehari-hari dan memperkuat struktur patriarki yang ada. Laki-laki kerap mengharapkan perempuan untuk tidak melakukan tindakan yang selama ini diperuntukkan bagi mereka atau disimbolkan secara maskulin (Coser 1977). Maksudnya, perempuan tidak dibiarkan melakukan tindakan yang diklaim hanya milik laki-laki belaka karena adanya konstruksi antara maskulin dan feminin yang kabur.

Dilansir dari theconversation.com terdapat tekanan dua arah yang dirasakan perempuan berhijab sebagai perokok aktif. Dari satu sisi, mereka diharapkan untuk mematuhi norma-norma religius yang menekankan kesopanan dan kepatuhan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Namun, dari sisi lain, mereka juga menghadapi stigma sosial yang lebih liar terkait identitas hijabnya sebagai perokok perempuan. Hal ini menciptakan dilema yang kompleks, yakni perempuan berhijab yang merokok harus merekonstruksi ulang posisinya di antara dualitas identitas religius dan keinginan untuk kebebasan personal.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana konstruksi sosial dan budaya dapat memperkuat standar ganda yang membatasi kebebasan individu. Perokok perempuan di Indonesia dilihat sebagai simbol perlawanan terhadap norma-norma yang mengekang. Namun, hal ini juga menegaskan bahwa ketidaksetaraan gender di negara ini turut dilanggengkan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, perlu ada upaya yang lebih besar untuk mengubah persepsi dan norma sosial yang membatasi peran dan kebebasan perempuan.

Daftar Pustaka

Alexander, Stephanie A.C., Katherine L. Frohlich, Blake D. Poland, Rebecca J. Haines, and Catherine Maule. 2010. "I'm a Young Student, I'm a Girl ... and for Some Reason They Are Hard on Me for Smoking: The Role of Gender and Social Context for Smoking Behaviour." Critical Public Health 20 (3): 323--38. https://doi.org/10.1080/09581590903410197. 

Barraclough, S. 1999. "Women and Tobacco in Indonesia." Tobacco Control 8 (3): 327--32. https://doi.org/10.1136/tc.8.3.327. 

Butler, Judith. 2004. Undoing Gender. Routledge. https://doi.org/10.4324/9780203499627. 

Coser A., Lewis. 1977. "Georg Simmel's Neglected Contributions to the Sociology of Women." Signs: Journal of Women in Culture and Society 2, no. 4 (1977): 869-876. https://www.jstor.org/stable/3173216. 

David, Jean-Charles, David Fonte, Anne-Laure Sutter Dallay, Marc Auriacombe, Fuschia Serre, Nicole Rascle, and D Loyal. 2024. "The Stigma of Smoking among Women: A Systematic Review." Social Science & Medicine 340 (January): 116491--91. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2023.116491. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun