Penghargaan ini mendefinisikan bahwa lagu-lagu ciptaannya diputar oleh seluruh masyarakat luas, yang mana masyarakat global ini menurut data (Iqbal, 2023) statistik pengguna aktif TikTok per bulan adalah 1,5 miliar.
Selain itu, menurut sumber data yang sama dengan sebelumnya, pengguna aplikasi ini didominasi oleh rentang usia 18-24 tahun dengan angka sebesar 34,9%. Dari pemaparan data ini, tak heran jika algortima For You selalu menampilkan tren-tren penggunaan lagu romantis milik Taylor Swift sebagai daya tariknya.
Tidak hanya satu atau dua lagu karya ikon pop ini yang menjadi tren khusus. Dari banyaknya album yang dikeluarkan sebagai wujud representasi pengalaman kisah cinta Taylor saat masih remaja, hanya album Lover yang hampir seluruh isinya menjadi tren di TikTok.
Namun, yang menjadi kajian dalam tulisan ini adalah bagaimana lagu-lagu romantis milik Taylor Swift yang direproduksi oleh platform TikTok dapat menciptakan agen dan struktur sendiri.
Bahkan, saat PPSMB berlangsung, hampir semua kakak-kakak fasilitator mengajak para mahasiswa baru yang sedang melakukan masa orientasi tersebut untuk turut membuat tren “Fearless”—salah satu lagu Taylor Swift yang bernuansa romantis—untuk diunggah dalam aplikasi TikTok.
Hal ini bisa dilihat sebagai suatu fenomena dalam kajian sosiologi sebab hal ini tak hanya terjadi pada mahasiswa UGM, melainkan juga terjadi pada orientasi kampus lain dan bersifat global.
Menciptakan Imajinasi Palsu
Pada album terbarunya yang merupakan versi baru dari lagu lamanya. "Slut! (Taylor's Version)” menjadi paling menuai perhatian karena menciptakan standar-standar romantis dan stigma yang memberatkan laki-laki dalam hubungan. Berikut lirik lagu tersebut:
“In a world of boys, he's a gentleman
Got lovestruck, went straight to my head
Got lovesick, all over my bed
Love to think you'll never forget
We'll pay the price, I guess”
Jika mendengar lagu aslinya, sang penyanyi menekankan pada kata gentleman. Hal ini kemudian yang dikonsumsi, diproduksi, dan direproduksi oleh platform TikTok. Aktor pertamanya, yaitu perempuan. Mereka menglorifikasi tren ini sebagai bentuk representasi hubungan yang sedang ia jalani.
Ketika video tersebut diputar, pasti perempuan tersebut akan menunjukkan sisi maskulin kekasihnya dengan menyisipkan scene di mana pasangannya mengikatkannya tali sepatu, membelikannya bunga, mengajaknya pergi makan, memberikannya kejutan mewah, dan sebagainya.